Menikahi Adik Ipar

“Maaangg!” Panggil Yara dengan sangat bersemangat, ia senang sekali dapat bertemu dengan mie ayam kegemarannya. 

“Eh Mbak Yara, kok ada disini?” Tanya Mamang itu sambil menyerahkan mangkuk mie ayam kepada Pak Satpam. 

“Nanti aja ceritanya, Mang.. Saya pesan mie ayam satu, pake bakso yang banyak. Terus pangsit goreng nya kasih dua, telur kasih satu ya, Mang..” Request Yara kepada Mang mie ayam. 

Mungkin sudah terbiasa dengan request an ribet ala Yara, Mamang itu terlihat tidak sulit menyiapkan apa yang Yara minta tadi. Ia malah mengajak Yara bercerita, tapi Yara tidak ada mengatakan mengapa ia ada di rumah mewah itu. 

Hingga mangkuk berisi mie ayam porsi besar itu, mendarat pada tangan Yara. Sudah pasti Yara langsung tersenyum senang, ia makan dengan lahap disamping Pak Satpam. Sambil bercerita ala bapak-bapak, kelihatan sudah mahir sekali Yara berbicara dengan kedua pria separuh tua itu. 

•

Aksa kebingungan mencari keberadaan Yara, ia ingin balas dendam karna wanita itu sudah berani menggigit lengannya. Aksa mencari disekitar halaman belakang dan samping, tapi tak kunjung menemukan dimana istri bocah nya. 

“Tuan muda, mencari siapa?” Tanya Pak Gus, sedari tadi ia heran melihat Aksa yang jalan kesana kemari seperti mencari sesuatu. 

Gengsi tingkat tinggi adalah Aksa, itu diakui oleh pihak keluarga besar Pratama. Tidak mau mengakui yang sebenarnya, Aksa malah pura-pura memegang bunga mawar yang ada disamping nya. 

“Tidak ada cari apapun, hanya melihat bunga mawar ini saja.” Jawab Aksa asal. 

Pak Gus hanya mengangguk mendengar jawaban bohong Aksa, ia tahu sebenarnya bukan itu yang dicari pria itu. Hanya saja Pak Gus tidak berani berkomentar, ia lebih mengiyakan saja. 

“Maaf, Tuan..” Suara pria membuat Aksa langsung menatap keasal suara. 

“Maaf, anda siapa?” Tanya Aksa, ia belum melihat siapa pria asing itu. 

“Saya penjual mie ayam dipagar depan, Tuan..”

“Lalu?”

“Saya ingin meminta bayaran kepada, Tuan. Nona Yara makan dua porsi mie ayam, kata nona tadi minta bayarannya kepada Tuan Muda.” Jelas Mamang mie ayam itu. 

Aksa ternganga sambil mencari keberadaan dimana Yara berada, sudah pasti semakin kesal dengan ulah Yara yang ada-ada saja.

“Dia makan dua porsi besar?” Tanya Aksa kepada Mang mie ayam sembari mengambil dompet nya di kantong celana. 

“Iya Tuan, itu mah biasa. Terkadang Nona mau makan sampai tiga porsi, kadang mau juga lebih.” Jawab Mamang mie ayam jujur apa adanya. 

Aksa hanya bisa menggelengkan kepala saja, ia memberikan dua lembar uang berwarna merah kepada Mamang mie ayam. 

“Wah, Tuan ini kebanyakan..”

“Sudah ambil saja sisanya untukmu,” Ucap Aksa, ia berlalu pergi kala uang itu sudah berada ditangan Mamang mie ayam. 

Aksa mencari keberadaan Yara, ternyata wanita itu tengah bersantai menonton televisi. Malah tertawa karna acara kartun dua anak botak yang sama sekali tidak menarik menurut Aksa. 

“Hei!” Panggil Aksa sembari melempar Yara dengan bantal sofa. 

“Eh, suamiku..” 

Sudah pasti Aksa geli sendiri mendengar panggilan itu, sangat aneh menurut nya. 

“Suamiku?” Aksa duduk disamping Yara, ia menatap tak suka gadis disamping nya itu. 

“Sudah dibayarkan mie ayam nya?” Tanya Yara dengan bersandar kepada sofa, tapi ia fokus menonton televisi. 

“Sudah, lain kali jangan makan kalau tidak punya uang.” Cibir Aksa kepada sang istri yang selalu saja aneh. 

“Kakak saja sebagai suami tidak ada memberiku uang, bagaimana aku mau hidup coba?” 

Astaga, Aksa baru tersadar itu. Ia langsung duduk tegak memikirkan soal nafkah itu, ia benar-benar lupa. Karna pernikahan yang serba tidak diinginkan ini, membuat Aksa lupa akan tanggungjawab nya. 

“Kau mau berapa?” Tanya Aksa langsung saja tanpa basi basi. 

Yara terlihat berpikir serius, ia tidak boleh salah menyebut. Takut rugi suatu saat nanti, Yara harus memikirkan jumlah yang banyak sehingga Aksa akan setres nanti. 

“30 juta sebulan,” Ucap Yara dengan senyuman bangga ala dirinya. 

“Service nya lengkapnya tidak?” Tanya Aksa sembari memegang kartu hitam ditangannya. 

“Service seperti apa?” Yara benar-benar tidak mengerti dengan maksud Aksa, service yang ada di bayangan nya adalah bengkel. 

“Diatas ranjang,” Jawab Aksa tanpa beban sedikitpun, membuat tubuh Yara membeku. Bahkan langsung mematikan televisi begitu saja, ia menatap tak percaya kepada sang suami yang malah berekspresi datar. 

“Harus banget nih?” Tanya Yara memastikan, ia sebenarnya takut. Berharap mendapatkan gelengan dari Aksa, pria itu malah mengangguk mantap. 

“Di dunia ini, apa yang kau beri harus mendapatkan ganjarannya.” Ucap Aksa dengan senyuman tipis diwajahnya. Ia ingin mengerjai Yara yang polos itu, ekspresi wajah Yara sungguh lucu dimatanya. 

“Tapi, Tapi.. Aku tidak tahu cara service ranjang, Kak..” 

“Tidak papa, aku akan mengajarimu nanti.” Aksa memberikan kartu hitam yang hanya orang tertentu memiliki nya kepada Yara. Sudah pasti Yara menatap bingung kartu itu, ia tidak tahu menggunakan uang di benda itu. 

“Sandi nya akan aku beri tahu jika kau berhasil membuktikan kemampuan mu diatas ranjang nanti.” Kata Aksa, ia bangkit berlalu pergi meninggalkan Yara seorang diri. 

Yara tidak tahu harus senang atau tidak dengan semua ini, ia hanya diam memerhatikan kepergian Aksa menuju ruang kerja. Pikiran Yara melayang jauh mengenai service diatas ranjang itu. 

“Aku harus cari tahu sendiri, jangan sampai beruang itu yang mengajariku.” Yara bermonolog sendiri, ia mengambil ponsel nya yang tergeletak dimeja. 

Yara mengetik sesuatu yang perlu ia cari di mbah yang serba tahu itu. Yara membaca dengan seksama, memahami dengan baik-baik. 

“Agak sulit sebenarnya, tapi.. Mengapa Kak Aksa menyuruhku service kasur ya?”

Yara menjadi bingung sendiri, tapi pikiran serba aneh sudah seperti ciri khas Aksa. Yara yakin saja dengan apa yang ia cari, ia memahami dengan baik sebelum mempraktikkan nya.