kisah seorang pemuda bernama BARKAH yang selamat dari kobaran api , ia melakukan perjalan spiritual ke pulau jawa. hal-hal diluar nalar pun di dapatnya setiap kali ia membantu orang yang datang kepadanya .
sempat dirancun oleh orang tak di kenalnya , untungnya, tangisan Diana membuatnya seakan hidup kembali ..
bagaimana kisah perjalanannya , simak terus tiap episode nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titik.tiga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9
" setelah di bakar, semua pun seakan kembali normal "
Di pagi hari aku dan si bapa pun berbincang di teras rumahnya di temani gorengan yang dibuatkan si ibu dan teh manis hangat requestan ku .
Bukan tanpa sebab aku meminta teh, tapi karena sebelumnya aku sudah ngopi jadi aku memilih untuk teh saja.
tak terasa rokok pun habis, aku pun bertanya pada si bapa " pak, warung yang deket dimana ya ? "
Si bapa pun menjawab . " paling di jalan mas, tempat yang kemarin kita turun dari mobil , emangnya mau beli apa mas ? "
" beli roko pa . " jawabku santai .
" ini aja mas barengan , kalau engga biar bapa saja yang belikan . " ucap si bapa sembari menyodorkan roko nya .
Mendengar ucapan si bapa yang akan pergi membelikan ku roko otomatis aku pun berkata . " gausah pa, yaudah gpp ini aja sama aja ko . Maaf ya pa jadi minta , soalnya ga tau bakalan lama jadinya ga sempat beli . "
" gpp mas , saya yang mesti nya minta maaf karena ga sempat siapin roko buat mas , bentar ya mas saya masuk dulu . " jawab si bapa kemudian masuk ke dalam .
Tak berselang lama , si bapa pun kembali kemudian memberikanku sebungkus roko surya 16 .
" ini mas, maaf mas cuma punya ini . " ucapnya
" wah makasih banyak pa, gpp nih buat saya ? " ucapku sambil menerima roko nya .
" iya mas beneran , saya senang bila mas mau menerima nya .
oh iya mas, soal barang-barang itu , gimana? Mau sekarang ? " ucap si bapa mengingatkan ku .
Aku pun menjawabnya . " boleh pa, untung bapa ingatkan saya . Kita ambil yang diluar dulu aja pa . "
" yaudah yu mas, kebetulan ada beberapa yang di tanam , " ucap si bapa kemudian berdiri .
aku pun kemudian ikut berdiri dan berjalan ke tempat barang tersebut di tanam .
Lokasi penanamannya cukup mudah di cari sebab si bapa memberi tanda di setiap tempatnya .
aku pun mencoba mengambilnya dan mengumpulkannya , cukup beragam barang-barangnya , dari mulai kain putih yang terlilit , semacam kris kecil , kemudian semacam miniatur gunung dalam pewayangan , semacam jarum emas dan kertas bertulisan arab gundul yang aku sendiri ga tau bacaannya karena seperti kaligrafi .
Setelah semua barang terkumpul, si bapa pun kemudian izin untuk mengambil barang-barang yang lainnya yang di simpan di dalam rumahnya.
Aku pun meminta si bapa untuk sekalian memanggilkan istri dan anaknya agar sama-sama menyaksikan . tak berselang lama mereka bertiga pun datang dengan membawa barang-barang termasuk kaligrafi kemudian mereka pun duduk di sampingku .
Aku pun berkata . " pa , bu , saya minta izin kalau boleh saya mau bakar semua barang-barang ini semua , gimana ?? . Kalau bapa atau ibu keberatan , gpp ko , silahkan bilang aja . "
si bapa pun menjawab . " silahkan mas, gimana baiknya saja, saya percayakan sepenuhnya sama mas, saya percaya dengan keputusan mas . "
aku pun kemudian bertanya pada diana . " kalau mba diana gimana, setuju ? "
Diana pun dengan santai nya menjawab " silahkan aja , aku juga ga tau kalau ada barang-barang kaya gini, lagian apa hubungannya sama aku , itu kan barang-barang punya bapa . "
Mendengar jawaban dari diana , aku pun sedikit lega karena secara tidak langsung mengatakan padaku bila dia tak ingat dengan kejadian yang menimpa nya selama ini .
Setelah mendapat persetujuan dari si bapa dan si ibu , aku pun langsung membakarnya .
sejujurnya , pada saat proses pembakaran itu aku tak membaca ayat apapun , aku hanya berdo'a pada allah agar diberikan yang terbaik dan dikembalikan seperti mana biasanya .
Di saat itu , entah kenapa seluruh tubuhku serasa merinding , tapi aku tak terlalu memperdulikannya.
Setelah proses pembakaran selesai , abu bekas pembakaran dan barang-barang yang tak bisa habis dibakar seperti kris mini , batu dan sebagainya terpaksa ku masukan kedalam botol bersama dengan tanah yang menjadi alasnya .
Setelah itu , aku pun berniat untuk menghanyutkan nya ke sungai besar yang berada di belakang rumahnya .
aku pun berjalan di temani si bapa, setelah sampai di pinggiran sungai , aku sempatkan untuk melihat ke bawah .
Benar yang di ucapkan si bapa , sungai itu cukup jauh bila di lihat dari atas , airnya pun cukup deras , sepanjang aliran sungai sudah di kirmir batu pondasi , tidak ada jalan untuk turun ke sungai tersebut selain melompat .
Dengan bacaan bissmillah , aku pun membuang botol tersebut kemudian kembali menemui si ibu dan anaknya bernama diana.
di teras rumah si bapa pun berkata . " mas , tadi saat mas bakar barang-barang itu , seluruh tubuh saya merinding terus dada saya sesak seperti mau muntah , cuma saya tahan . Itu kenapa ya mas ? "
Aku pun menjawabnya dengan santai . " oh , itu efek pembersihan mas ,
oh iya , buat sekedar jaga-jaga aja , kalau mas mau dan punya waktu , kita sama-sama ziarah ke makam sunan muria , ajak ibu dan diana juga . "
Si bapa pun menjawab " boleh mas , kalau gitu , besok kita berangkat mas . Makasih ya mas . "
" iya pa , sama-sama .. " jawabku kemudian menyalakan sebatang roko.
di saat itu si bapa pun bercerita banyak hal , obrolannya cukup random , semua di bahasnya termasuk masalah pemerintah .
Aku pun cukup bisa mengimbangi obrolannya . Tak berselang lama si ibu dan diana pun keluar dan di kami pun bercerita banyak hal . Si bapa pun tak lupa mengatakan niatnya untuk berziarah ke makam sunan muria esok hari . Untungnya si ibu dan diana setuju dan bersedia untuk ikut .
*****