Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kanebo Kering
Di dalam benak Salwa masih ada pertanyaan besar. Ia belum bertemu dengan anak sambungnya.
Apakah anak sambungnya itu bisa menerimanya? Apa dia bisa menjadi Ibu yang baik? Belum lagi dia masih berpikir tentang perasaannya kepada suaminya, atau pun sebaliknya.
Di tengah kegelisahannya, ia dikejutkan dengan bariton suaminya.
"Ayo ke atas! Kamarku ada di atas!"
"Kenapa dia kaku sekali? Kayak kanebo kering! Ups dosa, Wa!" Batin Salwa.
Salwa mengikuti langkah suaminya. Mereka pun sampai di sebuah kamar yang sangat kuas. Lebih luas dari kamar Salwa di rumah orang tuanya. Kamar bernuansa putih dan gold dengan aksen mewah memanjakan penglihatan Salwa.
"Ini kamarku! Anggaplah kamar sendiri!"
"Iya, terima kasih!"
"Bos! Ini barang-barangnya Nyonya!" Ujar Iyan dari depan pintu kamar yang tidak tertutup.
"Bawa masuk, dan taruh di walk on closet!"
"Siap, Bos!"
Setelah menaruh barang Salwa, Iyan pun keluar dari kamar bosnya dan menutup pintu sesuai perintah bosnya.
Saat menoleh ke dinding di atas tempat tidur, mata Salwa menemukan gambar sepasang pengantin yang begitu bahagia.
Deg
"Itu pasti foto mendiang istrinya! Cantik sekali! Lihatlah Wa! Masih hitungan menit, kamu sudah merasa tersaingi! Ish, itu cuma foto wa! Tapi foto yang mengandung kenangan indah." Batin Salwa.
Salwa tidak merasa, bahwa sebenarnya ia cemburu. Meski dirinya belum merasakan cinta kepada suaminya.
"Silahkan kalau mau bersih-bersih! Bajumu bisa ditata di lemari yang kosong yang ada di sana! Atau kalau kamu butuh bantuan asisten, kamu tinggal pencet saja tombol ini!Kamar mandinya di sebelah sana! Aku akan keluar dulu!"
"Hem, terima kasih!"
"Sama-sama."
Tristan pun keluar dari kamarnya. Salwa masuk ke kamar mandi membersihkan diri. Saat akan shalat, ternyata ia datang bulan. Salwa pun masuk ke walk in closet menata baju-bajunya di lemari yang kosong sesuai petunjuk suaminya. Dan tidak terasa, adzan Ashar berkumandang.
Setelah selesai, ia keluar dari ruangan itu dengan masih memakai cadarnya. Ia belum terbiasa dengan tempat yang masih asing menurutnya.
Tok
Tok
Tok
"Ia masuklah!"
Ternyata Tristan yang mengetuk pintu. Salwa kagum terhadap sikap suaminya. Meski itu kamarnya sendiri, ia masih mengetuk pintu karena menghormati istrinya yang masih perlu beradaptasi.
"Apa kamu sudah Shalat?"
"Sa-saya sedang berhalangan!"
"Oh, ya sudah! Aku shalat dulu!"
Salwa sedang berkirim pesan dengan keluarganya. Ayah Haris mengirim foto pernikahan Salwa di grup WA keluarga. Saudara Salwa yang tidak bisa menyaksikan pernikahannya, memberikan selamat kepadanya.
Tristan sudah selesai shalat. Saat ini ia sedang mengenakan sarung dan kemeja putih lengan pendek. Aura ketampanannya bertambah dua kali lipat. Salwa baru menyadari itu. Dia tidak dapat berkedip saat memandangi suaminya yang sedang sibuk melipat sajadah.
"Masyaallah, indah sekali ciptaan-Mu! Batin Salwa.
Ia tersadar dari lamunannya saat mendengar pintu kamar diketuk.
Tok
Tok
Tok
"Biar aku yang buka!" Ujar Tristan.
Ia melangkah ke arah pintu dan membukanya.
"Abi... apa Ira boleh masuk?"
"Masuklah, sayang!"
Khumairah berlari masuk ke dalam kamar Abinya. Tadi ia mendengar dari Encusnya bahwa Abinya membawa seorang wanita yang diakuinya sebagai istrinya. Itu berarti ia memiliki Ibu baru. Khumaira tertegun saat melihat sosok wanita yang sedang duduk di tempat tidur. Dengan memakai gamis warna abu beserta dengan cadarnya.
Salwa tak kalah terkejutnya melihat Khumairah.
"Ira...!"
Mendengar duanya dipanggil, Khumairah mendekati wanita yang berada di depannya saat ini. Ia sepertinya mengenal suara itu.
"Ira masih ingat aunty?"
Khumairah masih mengingat-ingat. Namun tangan mungilnya tetap ia ulurkan untuk mencium punggung tangan Salwa.
"Aunty cantik? Ini benar aunty cantik?"
Salwa mengangguk.
Khumairah memeluk tubuh Salwa yang saat ini dalam posisi duduk.
"Kalau begitu, apa benar Aunty cantik sudah menikah dengan Abinya Ira?"
Salwa kembali mengangguk.
"Yeay... Ira senang sekali!"
Khumaira mengangkat tangannya layaknya anak kecil yang mendapatkan sesuatu yang ia inginkan.
Melihat pemandangan itu, Tristan menjadi lebih lega. Rupanya, putrinya itu sudah kenal dengan Salwa.
"Aunty cantik, bolehkah Ira panggil Aunty dengan panggilan Bunda?"
Hati Salwa terenyuh saat mendengar permintaan gadis kecil yang saat ini menjadi anak sambungnya. Ia menoleh ke arah Tristan untuk mendapat persetujuan. Tristan mengangguk, memberikan tanda setuju.
"Boleh, asal Ira senang!"
"Senang sekali, Bunda! Terima kasih sudah mau menjadi bundaku! Ternyata benar, Allah akan mendengarkan do'aku kalau aku mau shalat."
Salwa tertegun mendengar ucapan polos Khumaira. Ia pun merasa lega, karena apa yang ia hadapi tidak akan seburuk yang ia bayangkan. Anak sambungnya sangat baik dan bisa menerimanya.
"Tinggal Bapaknya! Ya Allah, semoga kulkas dua pintu itu segera mencair. Oh iya aku baru ingat sekarang! Jadi benar aku pernah bertemu satu kali dengan Mas Tristan." Batin Salwa.
Flash back on
Dua minggu yang lalu Tristan dan Khumairah datang ke acara aqiqah keponakan Salwa.
Ira nampak senang karena bisa bertemu dengan teman sepantaran. Ia mendekati si kembar Alya dn Ayla.
"Hai... boleh kenalan?" Ira mengulurkan tangannya.
"Boleh, Kak! Namaku Alya, dan ini adikku Ayla! Nama Kaka siapa?"
"Humairah! Panggil saja Ira! Kalian kembar?"
"Iya, kami kembar tiga!" Ujar keduanya.
"Wah... keren! Tapi yang satu mana?"
"Mas Arya pasti main sama anak laki-laki!" Jawab Ayla.
Lalu pandangan Humairah beralih pada wanita bercadar di samping si kembar. Entah kenapa, ia sangat penasaran.
"Ini aunty kami, Kak Ira! Namanya Aunty Salwa."
"Hai aunty!" Ujar Humaira dengan tersenyum. Ia mencium punggung tangan Salwa.
"Hai, cantik!" Salwa memegang dagu Humairah.
Humairah ikut bermain bersama mereka. Salwa menemani mereka menyusun puzzel huruf hijaiyah. Sesekali Humaira mengambil perhatian Salwa.
Beberapa menit kemudian, sebagian keluarga sudah berpamitan pulang.
"Kalian lanjutkan mainnya ya! Aunty mau ke kamar mandi dulu!"
Salwa pergi ke kamar mandi untuk membuang air kecil.
Saat keluar Salwa terkejut, karena ada seorang laki-laki yang menunggu di depan kamar mandi. Seperkian detik mata mereka saling berpandangan. Namun Salwa sadar dan menundukkan pandangannya.
"Astaghfirullah 'adzim." Batin Naila.
Ia langsung pergi meninggalkan kamar mandi. Laki-laki tersebut tersenyum saat melihat Salwa pergi tanpa satu kata pun.
Flash back off
Malam pun tiba
Saat ini Tristan, Salwa, dan Khumairah sedang makan malam di meja makan.
Peran Salwa baru dimulai, ia menuangkan nasi ke piring suaminya.
"Sudah cukup! Tolong ambilkan itu!" Tristan menuju ikan gurami bakar. Salwa pun mengambilkan untuk suaminya.
"Bunda, Ira mau Ayam goreng saja!"
"Ah, baiklah! Makan yang banyak ya! Biar sehat dan pintar!"
Mereka pun menikmati makan malam dengan penuh kehangatan layaknya keluarga yang harmonis.
Tristan melihat cara makan istrinya.
"Kenapa ia tidak merasa kesulitan, makan masih mengenakan cadarnya?" Batin Tristan.
Bersambung....
...----------------...
Next ya kak....
Tapi Si Ira Anak Siapa..Anak Satria Atau Tristan....
Bahasanya Sangat Sempura..
Ceritanya Suka Bgt...👍🏻😍😘
Bagus Baca Ceritanya Si Salwa...😘🤗