NovelToon NovelToon
Rahim Perjanjian

Rahim Perjanjian

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:82.1k
Nilai: 5
Nama Author: LapCuk

"May, kalau nanti kita dewasa, terus aku gak bisa menjadi wanita sempurna. Apa yang bakal kamu lakukan?"

"Hila, dali masih dalam pelut Bunda, kita sudah saling belbagi makanan dan kasih sayang. Jadi ketika nanti kita udah besal, gak ada alasan untuk gak saling belbagi. Aku akan menjadi pelengkap kekulanganmu, Mahila," dengan aksen yang masih cadel, Maysarah menjawab pertanyaan yang diajukan Mahira. Matanya memandang penuh kasih adik kembarnya itu.

Percakapan dua anak kembar yang masih berumur 7 tahun itu benar-benar menjadi kenyataan sekaligus ujian bagi ikatan persaudaraan mereka.

Cobaan kehidupan datang menghampiri salah satu dari mereka, menjadikan dirinya egois layaknya pemeran Antagonis. Lantaran perlakuan manis orang-orang di sekitarnya.

Demi menutupi Luka hatinya yang kian menganga. Maysarah melakukan pengorbanan besar, ia bertekad untuk menepati serta melunasi janji masa kecilnya.

Ayo, ikuti kisahnya...💚

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LapCuk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RP bab 30

Selamat membaca💜

Boleh author minta dukungan Vote- nya nggak ya, kalau tidak keberatan tolong bantu Vote ya... Terimakasih 💜

...----------------...

"Mbak Esti... kamu ada lihat ponselku yang satu lagi, nggak?" May sedang kebingungan mencari keberadaan salah satu handphonenya. Laci-laci lemari dan meja rias sudah dibongkarnya, tetapi tidak juga menemukan apa yang dicari.

"Sa-ya tidak tahu, Nona." Jawabnya gugup tanpa berani menatap sang majikan. Jelas dirinya tahu betul di mana ponsel Maysarah berada.

"Kok aneh ya? seingat ku dulu ada di dalam kamar, tapi kenapa gak ada?" Masih dalam keadaan kalut sedikit panik. Maysarah mondar-mandir membongkar setiap laci. Dirinya sama sekali tidak menangkap nada gugup Esti.

"Coba saya bantu cari diluar kamar ya, Nona." Beritahunya sambil keluar dari sana. Setelah sampai balkon yang ada di lantai dua, Esti segera menghubungi si pembawa ponsel Maysarah

"Ada apa?" tanya seseorang.

"Tuan, Nona May mencari ponselnya. Bisakah, Tuan segera mengembalikannya?" tanya Esti penuh harap.

"Tidak! bilang saja tidak tahu! atau katakan saja ponselnya dimaling orang!" Langsung sambungan telepon dimatikan tanpa adanya kata pamitan.

"Anda-lah si maling itu Muntaz Abraham!" Gumamnya geram seraya meremat ponselnya sendiri.

Lima Minggu yang lalu saat di rumah sakit, Muntaz meminta paksa salah satu handphone milik Maysarah. Esti memberikan ponsel yang digunakan untuk kepentingan publik kepada Muntaz, bukan HP May yang khusus berkomunikasi dengan dokter Dania.

"Ketemu tidak, Mbak?" May langsung bertanya saat melihat Esti kembali memasuki kamarnya.

"Tidak, Nona," jawabnya berbohong.

"Jadi, kemana perginya tuh handphone? terus gimana caranya aku menghubungi Dodi?"

May menghela nafas panjang, dia bingung mau menghubungi Dodi. Nomor laki-laki itu hanya ada di HP-nya yang hilang. Setelah satu bulan pasca dia melahirkan dan kehilangan, Maysarah sudah memutuskan langka kakinya. Dia menerima ajakan Dania untuk pindah keluar negeri. Semua dokumennya sedang dalam proses selagi menunggu masa nifasnya selesai dua mingguan lagi.

"Nona, gunakan saja ponsel saya, ada nomor Tuan Dodi didalamnya." Esti menyodorkan handphonenya kepada May.

"Gapapa, aku pakai hp-mu, Mbak?" tanya May sungkan.

"Silakan, Nona. Saya sama sekali tidak keberatan." Ujarnya seraya tersenyum, meletakkan ponselnya pada telapak tangan Maysarah.

"Kamu, jangan kemana-mana ya, Mbak. Temani saya berbicara dengan Dodi." Pintanya seraya mengeklik panggilan ke nomor pria yang hampir setahun lalu melamarnya. Begitu sambungan tersambung.

"Assalammualaikum," sapa suara laki-laki yang tidak lain adalah Dodi.

"Walaikumsalam," sahut May lembut menjawab sapaan Dodi.

"May... ini kamu yang menelepon?" tanya Dodi merasa tidak percaya, kalau wanita yang sangat dirindukan itu lebih dulu menelepon dirinya.

"Iya, Do. Aku pakai ponselnya Mbak Esti. Handphoneku yang biasanya itu hilang! Do... bisa tidak sambungannya dialihkan menjadi video call?"

"Eh... kamu ngomong apa May? eh, tunggu-tunggu... tentu sangat bi-sa May!" Serunya, Dodi tidak menyangka sampai nggak percaya, gadis yang selama ini selalu menjaga interaksinya dengan kaum Adam, meminta video call.

May meletakkan ponselnya di Phone holder pada tengah-tengah meja kerjanya. Lalu mengubah panggilan menjadi video call.

"Hai...," sapanya ketika melihat wajah Dodi terpampang pada layar ponsel.

"Hai, juga May." Sambutnya antusias bercampur gugup sambil melambaikan tangan. Andai saja May ada didekatnya pasti wanita anggun itu akan melihat jelas rona merah pada pipi dan telinga nya yang terasa hangat.

"Bagaimana kabarmu, Do?"

Baik, kalau kamu?" tanyanya balik.

"Alhamdulillah juga baik." Jawabnya sedikit berbohong. Fisiknya memang baik, tetapi tidak dengan mental dan hatinya yang berantakan dan hancur lebur.

"Kamu lagi ada dimana, Do? kok sepertinya bukan daerah Jakarta." May mengamati background tempat dimana Dodi berada sekarang, seperti tanah lapang penuh dengan semak ilalang.

"Aku lagi ditugaskan keluar provinsi, May. Membuka lahan perkebunan baru." Beritahunya sembari menunjukkan pada Maysarah seperti apa tempat yang sedang dia pijak.

"Berapa lama kamu di sana, Do?" May bertanya lesu, dia sama sekali tidak menyangka Dodi tengah berada jauh dari Jakarta.

"Paling lama setahun. Ada apa May, kenapa nada suaramu menjadi beda?" Dirinya menatap lekat wanita yang kini menundukkan wajahnya.

"Tolong katakan dengan jujur, May. Jangan membuat aku khawatir," sambungnya dengan raut cemas.

"Sebenernya, aku mau menjawab lamaran kamu waktu itu, tapi aku nggak tahu kalau kamu gak lagi di Ibukota." Ujar May jujur, kembali menatap layar ponselnya.

"Tentang itu ya... Eh, tunggu sebentar ya May. Aku mau mengatur nafas, perasaan, hati, fisik dan otakku dulu. Untuk jaga-jaga biar gak pingsan. Takutnya jawabannya nggak sesuai harapanku."

"Emang jawaban apa yang kamu harapkan, Do?" tanya May dengan nada sedikit menggoda Dodi.

"Kamu serius nanya seperti itu, May? tentu saja yes i do yang ingin aku dengar." Jawab cepat Dodi tanpa berpikir panjang.

"Ya, seperti harapanmu. Aku bersedia menjadi istrimu!" May menatap lembut wajah Dodi yang belum loading akan kalimatnya barusan.

Setelah satu menit berlalu, Dodi yang semula seperti orang blo'on dengan mulut sedikit menganga, lupa mengedip bahkan mungkin lupa bernafas itu, tersadar dari keterkejutannya.

"Kamu serius, May? coba ulangi sekali lagi, kalimat syahdu penuh haru tadi, May!" pintanya memelas.

"Tidak ada siaran ulang!"

"Sayang... kok gitu sih, tega banget ma calon suami,"

"Belum halal, gak boleh manggil-manggil sayang!"

"Eh... maaf, aku keceplosan saking senengnya. Ini beneran serius kan, kamu sungguh menerima lamaranku kan, May?"

"Iya, datanglah segera menghadap ke-dua orang tuaku."

"Aku janji! Segera bertamu ke rumahmu dan langsung melamar dirimu. Terimakasih, May... Alhamdulillah.. Alhamdulillah." Tak henti-hentinya Dodi mengucapkan puji syukur. Dia mengusap sudut matanya yang berair. Penantiannya selama hampir lima tahun akhirnya berbuah manis.

"Do... tapi sebelumnya aku ingin jujur tentang satu hal, jika nanti setelah mendengar ungkapanku, hatimu meragu berujung tidak terima. Aku ikhlas menerima keputusanmu."

Lantas May mulai menceritakan tentang kebohongannya yang tidak pergi keluar negeri. Dirinya juga jujur kalau sebelumnya mengandung benih Muntaz dan Mahira. Lalu tentang kehilangan dan kepergian Widari Abraham yang sangat menyakitkan. Satu hal yang tidak diceritakan oleh Maysarah kepada Dodi, adanya kisah cinta singkat masa lalunya bersama Muntaz Abraham. Cinta yang dipaksa melayu lalu mati sebelum sempat bertunas apalagi berbunga.

Beberapa saat kemudian, setelah May selesai bercerita. Dodi-pun menanggapi.

"Hanya laki-laki bodoh! yang pergi menjauh apalagi mundur dari keinginannya untuk mempersunting wanita berhati malaikat sepertimu, Maysarah. Aku Dodi Darsah, menerimamu dengan segala kekurangan serta masa lalumu. Demi Allah! cintaku murni karena-Nya. Keinginanku hanya satu May, membina hubungan rumah tangga denganmu, bersama kita mencari Ridho-Nya." Ucapnya tegas, jari telunjuknya ia acungkan seperti sedang bersyahadat.

"Aku bangga dan bersyukur memiliki calon istri Sholehah serta berhati mulia seperti mu. Maysarah... tunggu ya! secepatnya aku akan melamar mu secara resmi." Lagi-lagi Dodi mengusap buliran air matanya yang jatuh membasahi pipi, hatinya ikut ngilu mendengar setiap kata dan membayangkan bagaimana menderitanya calon istrinya itu.

Tak lama kemudian mereka memutuskan sambungan video call itu. Maysarah masih duduk termenung di atas kursi meja kerjanya, ini adalah harapan terakhirnya untuk berjuang hidup. Mempertahankan kewarasannya yang sudah setipis kulit kentang. Diambilnya Bros pemberian almarhumah ibunya Muntaz yang berinisial AM ( Abraham ).

"Mbak Esti, bisa minta tolong! kembalikan barang ini kepada pemiliknya." May menyerahkan kotak Bros itu kepada Esti.

'Maaf Mi, kali ini aku benar-benar sudah melepaskan harapan itu, kami tidak berjodoh. Maafkan aku yang tidak bisa memenuhi amanahmu Mi.'

Di lain tempat, Seseorang sedang memberikan sebuah perintah. "Halangi Dia, jegal setiap langkanya! jangan biarkan dirinya kembali ke Ibukota...!"

~ Bersambung ~

Terimakasih sudah mampir... Insya Allah beberapa jam lagi, akan update bab terbaru. Jadi tolong klik permintaan update ya ♥️.

1
Tanz>⁠.⁠<
gak kerasa Udah end aja. gak ada niatan mau lanjut kehidupan may sama Muntaz apa Thor 😭😭
Tanz>⁠.⁠<
semoga kalian bahagia ya dengan tempat tinggal yang baru. ingat Muntaz jaga baik baik istri berhati malaikat mu itu
Tanz>⁠.⁠<
seperti rumah ku dulu. nyaman banget walau terlihat sederhana 🤗
Tanz>⁠.⁠<
kok aku mewek ya baca nya 😭
Tanz>⁠.⁠<
siappppp /Scream/
Tanz>⁠.⁠<
demi kesembuhan may, senja. tolong mengerti lah
Tanz>⁠.⁠<
ayo taz semangat /Determined//Determined/
Tanz>⁠.⁠<
apa alasan mu untuk bohong, Dania?.
Tanz>⁠.⁠<
pabrik mu may
Tanz>⁠.⁠<
semoga aja sifat nya juga kembar 😆
Tanz>⁠.⁠<
kasian juga liat Hira 🥺

semoga may cepat sadar 🤲🏻
Tanz>⁠.⁠<
turut berduka dan bersuka cita Hira 😌
Tanz>⁠.⁠<
Dania bisa aja nih 🤭
Tanz>⁠.⁠<
suka kesel kalo lagi ada kecelakaan, malah sibuk nge videoin nge foto foto. bukan nya ngebantu, malah mencari kesempatan dalam kesempitan 😤
Tanz>⁠.⁠<
plz aku ngakak bagian ini, sakit perut ku ngetawain ini aja 🤣🤣🤣🤣
Tanz>⁠.⁠<
heisss kenapa gak sekali kubur suami mu senja. biar sekalian, gak repot repot lagi nanti /Facepalm/
Jumli
mawar-mawar untuk maysarah. kenapa harus secepat ini berakhir.
Jumli
lah.... kok tamat😭
secepat ini kak😭😭😭
Jumli
di bagian ini aku tidak bisa menahan tangis🥺
walau kesal sama saga, tapi setidaknya dia menyesal🥲
Tanz>⁠.⁠<
terus kan Dania buat keluarga satu ini kena mental 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!