Terjerat Pesona Sahabat Suamiku

Zelmira masih terdiam, ia tidak menyangka suaminya akan mengatakan hal itu pada Jesica. Bukan membalas perbuatan dirinya, tapi Nathan malah ingin mempertahankan pernikahannya.

“Ze, jangan melamun, habiskan buahnya dulu,” ucap Nathan dengan memberikan sepotong apel merah pada Zelmira.

“Nath, aku pengin pulang ke rumah mama,” pinta Zelmira.

“Pulang? Kita liburan saja ya ke sana beberapa hari? Jangan pulang, Ze. Kita hadapi ini sama-sama, jangan sampai masalah kamu diketahui mama dan papa kamu, kamu tahu mama kamu bagaimana bencinya dengan yang namanya perselingkuhan kan, Ze?” ucap Nathan.

“Ya maksudku ingin ke rumah mama saja, menentramkan pikiranku,” ucap Zelmira.

“Nanti kita ke rumah mama, setelah dari liburan ya? Aku mau ajak kamu liburan, mau?”

“Nath, kau terlalu baik untukku. Aku ini sudah mengkhianati pernikahan kita, kenapa kamu masih di sampingku dan mempertahankanku? Jangan pernah iba dan kasihan padaku, Nath! Jangan pula karena anak dalam kandunganku ini,” ucap Zelmira.

Nathan mengembuskan napasnya dengan kasar. Ia menarik kursinya supaya dekat dengan Zelmira. Digenggamnya tangan Zelmira lali ia cium dengan penuh cinta yang tulus.

“Jangan pernah bicara seperti itu, Ze. Aku masih bersama kamu dan mempertahankan kamu, mempertahankan pernikahan ini, karena aku sangat menyayangimu, aku sangat mencintaimu, Zelmira. Ada atau tidak adanya anak dalam kandunganmu, aku tetap akan mempertahankan kamu, mempertahankan pernikahan ini. Adanya kamu begini, karena aku juga yang salah. Kita saling instropeksi diri, saling memaafkan, dan aku mohon, bertahanlah di sisiku, Ze. Aku sangat mencintaimu, apa kamu masih mencintaiku, Ze?”

“Maafkan aku, Nath. Aku memang sudah membagi hatiku, aku sempat jatuh cinta pada Alshad, maafkan aku, aku perempuan yang sangat kejam dan murahan, Nath!” ucap Zelmira dengan suara lirih dan bergetar karena menangis.

“Aku sudah memaafkanmu, Ze. Sudah ya, lupakan semuanya perlahan. Jika memang hatimu sudah terbagi, aku tidak mempermasalahkan itu. Karena, aki yakin suatu hari nanti kamu akan bisa mencintaiku sepenuhnya,” ucap Nathan.

Nathan memeluk Zelmira. Ia benar-benar tidak mau melepaskan Zelmira, apalagi sedang hamil, meskipun anak yang ada di dalam kandungan Zelmira adalah anak Alshad, Nathan pun tidak akan menceraikan Zelmira.

Tak mengapa jika Zelmira jatuh cinta pada Alshad. Adanya Zelmira sampai menjatuhkan hatinya pada laki-laki lain juga karena dirinya yang terlalu abai, tidak memedulikan Zelmira.

**

Nathan berencana mengajak liburan Zelmira ke tempat yang sudah lama Zelmira inginkan. Akan tetapi karena kesibukan Nathan itu, Zelmira belum sempat ke sana.

Labuan Bajo, tempat yang ingin Zelmira kunjungi. Zelmira ingin sekali ke sana, menghabiskan waktu dengan Nathan saat ulang tahun pernikahannya, namun karena kesibukan Nathan, Zelmira terpaksa melupakan rencana liburannya itu.

“Kita mau ke mana sih, Nath?” tanya Zelmira.

“Ke tempat yang sudah lama kamu inginkan, tapi belum aku wujudkan. Berhubung aku sudah free, aku akan wujudkan impianmu untuk liburan ke Labuan Bajo. Kamu suka?” jawab Nathan.

“Kamu yakin mau mengajakku ke sana?” tanya Zelmira.

“Ya, aku sudah beli tiket pesawatnya, lalu aku juga sudah hubungi jasa travel di sana supaya kita bisa keliling menikmati destinasi wisata di sana. Bagaimana, suka?”

“Terima kasih, Nath. Aku sangat suka. Terima kasih sudah mewujudkan impianku untuk ke sana,” ucapnya dengan senyum mengambang ragu.

Nathan mendekati Zelmira, memeluk Zelmira dari belakang, lalu mengusap pipi Zelmira dengan lembut.

“Kalau suka, senyumnya jangan pelit dong? Aku rindu senyuman kamu yang cantik, Ze. Rindu renyah tawamu,” ucap Nathan dengan memeluk Zelmira dari belakang lalu mencium pipinya.

“Nath apa yang kamu harapkan pada perempuan yang kotor seperti aku ini? Kamu masih pantas mendapatkan yang lebih baik dariku.”

“Sstt ... Jangan bicara seperti itu. Aku sudah bilang padamu, jangan pernah bilang seperti itu lagi, karena gak ada yang terbaik selain kamu. Apa hanya karena masalah ini kamu ingin semuanya selesai? Ingin menghancurkan semuanya? Kenangan kita, cinta kita, kasih sayang kita, yang mungkin masih sangat kental di hati kita. Meskipun ada masalah kamu dan Alshad, aku yakin kamu tidak akan pernah lupa kenangan dan cinta kita, Ze,” ucap Nathan.

“Begitu pun dosaku. Aku tak pernah melupakan semua itu, Nath. Aku telah menyakitimu.”

Nathan membalikkan tubuh Zelmira supaya menghadap ke arahnya. Ia menatap wajah Zelmira dengan dalam. Meski ada rasa kecewa pada Zelmira, Nathan mencoba mengubur rasa itu dalam-dalam, karena ia masih sangat mencintai Zelmira. Ia bertahan bukan karena Zelmira hamil, ia bertahan karena Zelmira harus bahagia di tangannya. Nathan rela bekerja tak ingat waktu hanya untuk masa depan pernikahannya dengan Zelmira, untuk kebahagiaan Zelmira.

Sekarang Nathan sudah mendapat posisi baik di kantornya. Bahkan dia diamanahi oleh pemilik perusahaan untuk mengelola anak cabang perusahaan tersebut. Itu semua karena prestasi Nathan, jadi Nathan mendapatkan kepercayaan dan amanah dari atasannya.

“Tuhan akan mengampunimu kalau kamu bertobat, Ze, dan lupakan semua itu, perbaiki dirimu lagi, perbaiki ego kita, kita sama-sama memperbaiki lagi, jalan kita masih panjang, apalagi di tengah-tengah kita akan hadir buah hati yang sudah lama kita nantikan. Jangan pernah lagi berkata seperti itu, Ze. Kita perbaiki semuanya bersama, kita buka lembaran baru lagi, kalau kamu sudah merasakan kurang nyaman di rumah ini lagi, kita akan segera pindah, sudah kita siap-siap lagi. Jangan sampai kita ketinggalan pesawat,” tutur Nathan.

“Maksud kamu pindah dari sini?” tanya Zelmira.

“Iya, kalau kamu mau, gimana?”

“Lalu rumah ini? Rumah ini penuh kenangan, Nath. Apalagi rumah ini hadiah ulang tahun pernikahan dari kamu? Masa mau dijual?”

“Siapa yang mau jual rumah ini, Sayang? Nanti pulang dari liburan, aku akan ajak kamu lihat rumah baru kita, sedang di renovasi sekarang, mungkin satu bulan lagi selesai,” ucap Nathan.

“Rumah baru? Kamu beli rumah baru?” tanya Zelmira.

“Ya, aku beli rumah baru, yah jadi gak surprize nih, tapi gak apa-apa. Aku dapat bonus banyak dari kantor, jadi aku belikan rumah untuk kita, kita butuh suasana baru, kita akan mulai dari awal lagi, lupakan semua yang menyakitkan, kita sama-sama saling melupakan kejadian yang menyakitkan itu,” ucap Nathan.

Zelmira memeluk Nathan. Ia sangat berterima kasih pada suaminya yang masih mau menerima dirinya. Jarang ada laki-laki yang mau memaafkan perselingkuhan yang dilakukan istrinya. Tapi Nathan malah menerima Zelmira dengan penuh cinta.

“Aku tidak tahu harus bicara apa, Nath. Kamu orang yang sangat baik, aku sangat malu dengan kamu,” ucap Zelmira.

“Sudah gak usah banyak bicara. Ayo kita berangkat,” ajak Nathan.

**

Jesica geram dengan Nathan yang tidak pernah merespon chat atau telefon darinya. Jesica ingin membalas sakit hatinya karena Zelmira sudah berani mengambil cinta Alshad darinya. Apalagi Alshad menyetujui gugatan yang ia ajukan. Padahal Jesica tidak sungguh-sungguh ingin bercerai, tapi Alshad dengan senang hati menandatangani gugatan cerai dari Jesica.

“Kau mencintai Zelmira, Al?” tanya Jesica.

“Memang kenapa kalau aku jatuh cinta pada Zelmira? Salah?”

“Kau masih punya aku saat itu, Al! Kenapa kau mudah berpaling?!”

“Tanya saja hatimu, Jes!”

Alshad menaruh pena yang ia gunakan untuk membubuhkan tanda tangan di surat gugatan Jesica.

“Apa setelah cerai kau akan kembali mendekati Zelmira?”

“Bukan urusan kamu! Mau aku dekati Zelmira lagi, atau perempuan lain itu bukan urusan kamu! Ingat, jangan sampai kau menyakiti Zelmira, dia tidak salah, aku yang salah. Kalau kau menyakitinya, kau berurusan dengan aku!” ancam Alshad.

“Sebegitu cintanya kamu dengan perempuan itu? Sama dengan suaminya yang bodoh! Masih mau dengan perempuan murahan seperti Zelmira yang mau tidur dengan sahabatnya!”

“Jaga mulutmu kalau bicara! Silakan keluar dari rumahku!” usir Alshad.

Jesica benar-benar tidak mengerti dengan dua laki-laki itu yang lebih condong ke Zelmira.

“Apa lebihnya Zelmira sih? Kita lihat saja nanti!” batin Jesica kesal.