Di era teknologi virtual yang semakin berkembang pesat, muncullah fenomena baru yang mengguncang dunia hiburan: Virtual YouTuber. Mereka bukanlah manusia sejati, melainkan karakter digital yang dihidupkan oleh teknologi canggih. Namun, pesona dan daya tarik mereka tidak kalah dengan para selebritas dunia nyata.
Aldira, seorang karyawan kantor biasa tidak pernah menyangka bahwa ambisi terhadap pekerjaan dan laki-laki pujaannya membuat dia harus terjun ke dunia maya sebagai vtuber dengan menggunakan akun youtube orang lain yang tidak pernah ia ketahui sosok asli di baliknya. Seiring berjalannya waktu, rahasia di balik pemilik akun asli tersebut satu per satu mulai terkuak sehingga menimbulkan konflik yang dapat mempertaruhkan cinta sejati sekaligus karirnya. Pada akhirnya dia tetap harus memilih antara sepak terjangnya sebagai vtuber atau merelakan semuanya demi kisah cintanya yang rumit.
Temukan jawabannya, hanya di Terpikat Cinta Vtuber.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Van Waku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 - Penawar Luka
Di sebuah restoran yang cukup fancy, Tony menarik kursi dan mempersilahkan Aldira untuk duduk. Sikapnya yang gentle membuat Aldira tidak mampu untuk bersikap ketus terhadapnya. Ia duduk dengan perlahan berusaha untuk tidak menimbulkan suara di tengah heningnya pengunjung restoran yang kebanyakan dari kalangan menengah ke atas.
“All set! Kamu mau pesan apa?” Kata Tony sambil duduk di kursinya.
“Aku belum pernah ke tempat ini. Sepertinya mahal.” Bisik Aldira khawatir.
“On me, kok! Pilih saja sesukamu.” Ucap Tony.
Aldira membuka lembar demi lembar menu yang tersusun rapi dalam sebuah buku yang tercetak dengan kualitas tinggi. Gambar tiap sajian yang terpampang membuatnya menelan ludah karena terlihat enak dan higienis. Tapi sayangnya tidak tertera satu pun harga di sana.
“Aku nasi goreng dan es teh tawar saja.” Katanya sungkan.
“Hanya itu? Di sini terkenal akan daging sapinya, lho.” Tanya Tony.
“Iya, itu saja.” Jawab Aldira malu-malu. Dia berusaha menghindari menu yang sekiranya mahal.
Kemudian Tony memanggil pelayan dan memesan beberapa makanan, termasuk nasi goreng dan es teh tawar yang dipesan Aldira. Setelah memesan, Tony mengalihkan pandangannya lurus ke depan dan menatap Aldira.
“Aku kira kamu sudah tidak mau pergi denganku lagi.” Katanya.
“Kalau tahu kamu mengajakku ke restoran semewah ini, aku tidak akan ikut denganmu.” Jawab Aldira dengan mukanya yang salah tingkah.
“Hahaha. Sekali-kali kita tidak makan di pinggir jalan. Ganti suasana ‘kan bagus,” balas Tony. “Tampaknya, Pretty Cute Case semakin naik daun karenamu. Selamat, ya!”
“Semua berkatmu dan Rafi yang selalu membantuku. Aku pun tidak menyangka keterusan menekuni dunia vtuber ini.”
Sepintas, Aldira melupakan kekecewaannya terhadap Tony karena diperlakukan dengan begitu baik malam itu. Mereka berdua saling berbagi cerita sama seperti sebelum pertemuan Aldira dengan Salma di rumah sakit. Bunyi dentingan sendok dan garpu mewarnai obrolan mereka menandakan jamuan restoran tersebut mampu memberikan rasa nyaman bagi keduanya.
“Ngomong-ngomong kamu tidak terpikir untuk membuat akun youtube-mu sendiri?”
“Maksudmu bukan memakai Pretty Cute Case lagi?” Tanya Aldira memastikan,
Tony mengangguk, “Iya. Bukankah akan lebih baik lepas dari bayang-bayang Salma?”
Dada Aldira seperti tertusuk sembilu mendengar nama tersebut. Rupanya, Tony masih memikirkan Salma. Jelas saja, pria itu telah memiliki hubungan darah dengan bayi yang dikandung Salma.
“Lagipula, jika suatu saat nanti Salma kembali dan dia tahu bahwa kamu telah menggunakan akunnya tanpa persetujuannya, bukankah akan menjadi skandal di dunia youtube?” Tambah Tony.
Aldira meletakkan sendok dan garpunya di atas piring. Tangannya terkepal erat di atas meja berusaha untuk menahan emosi yang selama ini dipendamnya.
“Jika kamu memiliki akun sendiri, pastinya kamu bisa mengembangkan fanbase kamu yang real tanpa harus bersembunyi di balik nama orang lain. Aku dan Rafi akan membantumu supaya bisa mengembangkan akunmu sendiri.” Lanjut Tony.
“Hentikan!” Seru Aldira dengan suara yang tertahan.
Tony terhenyak, dia segera menutup mulutnya. Tangan Aldira terlihat gemetar dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Tony memperhatikan gesture yang tiba-tiba berubah dari Aldira.
“Kamu mengajakku makan di restoran mewah ini hanya untuk menyuruhku berhenti membuat konten di akun Salma?” Ujar Aldira dengan suara bergetar.
“Bukan itu maksudku.” Jawab Tony panik.
“Jika kamu masih memikirkannya, kenapa harus mengajakku ke tempat seperti ini?”
“Al, aku tidak bermaksud…”
“Tony, jika kamu masih begitu mengkhawatirkan Salma, sebaiknya kamu segera mencarinya dan bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan.” Ucap Aldira meluapkan emosi yang tak tertahankan.
“Bertanggung jawab apa?” Tony terlihat bingung.
“Tidak usah pura-pura tak tahu. Sebaiknya kita harus mengerti batasan masing-masing. Jangan membuatku salah paham lagi atas hubungan kita berdua ini, aku tidak ingin merusak hubungan kalian!” Terang Aldira.
Sambil menahan air mata yang memaksa untuk mengalir dari matanya, Aldira beranjak dari kursinya dan segera berlari meninggalkan Tony. Tony yang terkejut dengan tingkah laku Aldira ikut berdiri dari kursi. Namun, kakinya seperti tertahan begitu melihat punggung Aldira yang kala itu begitu rapuh.
“Aldira, apa yang kamu ketahui tentang Salma?” Gumamnya sambil melihat sosok Aldira yang semakin menjauh dari pandangan.
***
Aldira terus berlari menjauh. Air mata yang dari tadi ia tahan akhirnya mengalir dengan deras. Tanpa menoleh sedikit pun ke belakang, dia terus menangis sambil menembus kerumunan orang yang lalu-lalang. Langkah kaki yang begitu cepat membuatnya tidak sadar telah berada di depan gedung kantor Rafi. Sambil berusaha menyembunyikan tangisnya, dia membelok ke sisi gedung dan menyandarkan punggung di tembok.
“Bodoh sekali aku. Kenapa aku begitu lemah pada Tony? Tentu saja dia mengajakku makan malam karena ada kebutuhan lain. Mengapa aku naif sekali?” Gumamnya sambil menitikkan air mata.
Angin malam yang berhembus kencang tidak lagi dirasakan olehnya. Aldira hanya merasakan kesakitan yang mendalam di hatinya hingga membuat kulitnya mati rasa. Padahal dia sudah sebisa mungkin untuk menjauh dari Tony, tetapi Aldira tetap terbuai oleh ajakan makan malamnya. Dia menyesali kelembekannya tersebut. Jika dia lebih kuat lagi, tentunya rasa pedih di hati tidak akan dia alami malam itu.
Aldira mendongakkan kepala dan menyeka pipinya yang basah karena air mata. Dia sadar untuk kembali menjadi Aldira yang kuat seperti sebelumnya. Tidak pantas bagi wanita dominan itu untuk menangis dengan cengeng hanya untuk seorang pria yang telah menghamili wanita lain.
“Bodoh sekali, kenapa aku berlari ke kantor Rafi? Pasti orangnya juga sudah tidak ada di kantor.” Katanya sambil melangkah ke arah pintu gedung.
Tak disangka, ia berpapasan dengan Rafi yang baru saja keluar dari gedung kantornya sambil membawa kantong plastik berisi bungkusan nasi. Rafi terkejut melihat wanita itu di hadapannya.
“Ada apa kamu ke sini? Bukankah kita hari ini tidak ada janji?” Tanya Rafi dengan muka penasaran.
“Ah, iya. Aku tidak sengaja lewat kantormu.” Jawab Aldira.
“Tunggu sebentar!” Rafi mendekatkan wajahnya, “Mukamu sembab, kamu menangis?”
Aldira segera memundurkan kakinya dan mengusap wajah dengan tangannya. Dia kira seluruh air mata sudah berhasil disapunya, tetapi mata yang sembab dan muka yang memerah tetap tidak bisa disembunyikan dari Rafi.
“Hei, ada apa?” Tanya Rafi khawatir.
“Tidak ada apa-apa. Mungkin karena udara dingin saja.”
“Kamu sudah makan? Kebetulan aku beli nasi bungkus tadi siang dan belum sempat aku makan.” Kata Rafi menawarkan.
“Aku sudah makan, kok. Kamu saja yang makan nasi bungkusnya. Tidak baik, lho menunda waktu makan.” Ucap Aldira.
“Ayo, makan bareng saja! Aku tidak mungkin menghabiskan nasi bungkus ini sendirian. Porsinya banyak sekali.”
Rafi menarik tangan Aldira dan mengajaknya ke sebuah bangku taman. Mereka duduk bersebelahan dengan nasi bungkus di tengah mereka. Rafi membukanya perlahan dan menaruh dua sendok plastik di atasnya.
“Aku tidak tahu apa yang sedang kamu alami. Tapi percaya, deh kalau nasi bungkus ini walaupun harganya murah namun bisa mengembalikan mood-mu.” Kata Rafi menyemangati.
“Apa, sih? Aku, ‘kan sudah bilang aku tidak apa-apa!” Protes Aldira dengan suara meninggi.
“Hahahaha. Iya, aku percaya. Ayo, bantu aku menghabiskan makanan ini!” Ajak Rafi tanpa mengungkit lagi apa yang terjadi pada Aldira.
Setiap kali Aldira menghadapi pergumulan, Rafi selalu hadir untuknya tanpa diminta. Seakan Tuhan memberikan obat penawar padanya di saat Aldira membutuhkan. Entah mengapa, kehadiran pria tersebut selalu menjadi penghiburan bagi hatinya yang sedih. Begitu juga dengan nasi bungkus yang hanya berlauk tempe orek dan telur balado, meskipun sederhana, namun rasanya begitu enak hingga mampu menambal luka yang ada di dadanya.