Sifa Kamila, memilih bercerai dari sang suami karena tidak mau diduakan. Ia pun pergi dari rumah yang dia huni bersama Aksa mantan suami selama dua tahun.
Sifa memilih merantau ke Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan kosmetik sebagai Office Girls. Mujur bagi janda cantik dan lugu itu, karena bos pemilik perusahaan mencintainya. Cinta semanis madu yang disuguhkan Felix, membuat Sifa terlena hingga salah jalan dan menyerahkan kehormatan yang seharusnya Sifa jaga. Hasil dari kesalahannya itu Sifa pun akhirnya mengandung.
"Cepat nikahi aku Mas" Sifa menangis sesegukan, karena Felix sengaja mengulur-ulur waktu.
"Aku menikahi kamu? Hahaha..." alih-alih menikahi Sifa, Felik justru berniat membunuh Sifa mendorong dari atas jembatan hingga jatuh ke dalam kali.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Siapa kau?!" Tandas Perto, mendengar suara rolling door dibuka perlahan-lahan pria itu segera berlari ke garasi. Dua orang pria pun berlari keluar tanpa memberi perlawanan.
"Hai... jangan lari! Maling-maliing..." teriak Perto berlari mengejar maling.
"Perto..." Sifa yang tengah tertidur segera bangun, kemudian menggelung rambutnya asal. Tanpa mengganti piama yang dia pakai. Sifa hendak membuka pintu depan. Namun, Sifa berhenti sejenak memindai sekeliling mencari benda yang bisa dia jadikan senjata. Sifa menyambar ikat pinggang Perto yang tergeletak di lantai ruang tamu, yang tertinggal ketika menonton televisi setelah makan malam.
"Mana malingnya Sif?" Tanya Siti dengan suara serak sudah berada di belakang Sifa diikuti teman-teman.
"Kita lihat dulu" Sifa membuka pintu cepat, lalu keluar. Di depan pagar nampak Perto tengah mengotak patik gembok yang dirusak penyusup.
"Perto ada maling..." Sifa berlari mendekati sahabatnya itu.
"Benar Sifa, ada maling masuk garasi, tapi begitu melihat aku langsung kabur" tutur Perto. Rupanya dua orang pria segera kabur dengan motor yang mereka parkir di luar pagar.
"Pencuri..." Sifa menoleh ke arah garasi yang dalam keadaan terbuka, kemudian bergerak masuk.
"Coba kita cek ada yang hilang tidak" Sifa mengajak Siti dan teman-temanya memeriksa stok parfum. Setelah mereka hitung, Sifa mencocokkan dengan data yang dia simpan di lap top.
"Tidak ada yang hilang kok" ucap Sifa, tetapi ia menjadi curiga jika kedatangan pria misterius itu bukan untuk mencuri. Sifa meneliti segel kosmetik dan tempat penyulingan.
*************
"Hahaha..." di kantor, seorang pria tertawa terbahak-bahak karena dua orang suruhannya berhasil memasukkan bahan kimia ke dalam hasil produksi parfum Kamila.
"Sebentar lagi kamu akan hancur Sifa, karena semua orang tidak akan ada lagi yang mau menggunakan parfum buatan kamu, bahkan kamu harus siap-siap masuk penjara" gumamnya disambung tawa puas. Karena pria itu menyuruh anak buahnya mencampur parfum dengan bahan kimia berbahaya jika mengenai kulit manusia.
Dia adalah Felix, merasa usahanya berhasil maka tertawa lebar. Puas tertawa, dia memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan ia tersenyum, malam ini dia akan bersenang-senang tanpa ada yang mengganggu.
"Mau kemana Mas?" Tanya Dania, ketika ke kamar hendak mengajak suaminya itu makan malam, tetapi Felix sudah rapi. Nampak sedang menyemprot baju yang dia pakai dengan minyak wangi, rambutnya sudah dia sisir kelimis, kemeja lengan pendek dan celana jins sudah melekat di badan.
"Aku mau bertemu klien di luar, Nia" Felix mengatakan malam ini tidak makan di rumah.
"Kok nggak makan dulu sih Mas" Dania kecewa karena dia sudah memasak spesial untuk Felix.
"Kalau aku makan di rumah, kasihan klien dong Nia" Felix mengatakan acaranya di restoran tidak mungkin membiarkan kliennya makan sendiri.
Dania hanya diam saja, walaupun membantah pasti berakhir ribut. Sebenarnya ia ingin sekali-kali diajak pergi suaminya itu, tetapi hanya dalam angan-angan saja.
"Aku berangkat ya, jangan cemburut gitu. Aku nggak sampai malam kok" Felix mengecup kening Dania lalu pergi.
Memang benar Felix bertemu dengan klien malam ini, tetapi hanya sebentar. Selebihnya dia masuk club malam berdansa dengan wanita-wanita cantik untuk merayakan kemenangan yang selangkah lagi akan melihat Kamila gulung tikar.
"Ayo kita minum" Felix bersulam hingga malam semakin larut akhirnya membawa wanita itu ke hotel untuk bersenang-senang.
Hari berganti hari, Felix semakin tidak terkendali. Kerjaannya hanya bersenang-senang dengan wanita hingga banyak menghambur-hamburkan uang perusahaan. Padahal perusahaan terbesar pada masanya itu, kini sudah mengalami pailit. Angka penjualan semakin menurun, akibat persaingan harga dan kualitas pun salah satu pemicu mundur nya perusahaan.
Dia lupa bahwa setiap bulan harus membayar gaji karyawan dan juga kebutuhan lain, hingga tiga bulan kemudian.
"Tuan Felix, bagaimana ini? Semua karyawan demo menuntut gajinya dibayar" lapor bagian ke uangan, karena sudah tiga bulan mereka tidak mendapatkan gaji.
Felix mendelik gusar, lalu menghubungi para petinggi perusahaan agar menenangkan pendemo dan berjanji akan mengusahakan untuk membayar gaji mereka dalam minggu ini.
"Minggu ini Tuan..." bagian keuangan terkejut, pasalnya darimana akan mendapat uang sebanyak itu dalam waktu seminggu.
"Kamu diam, jangan menambah kepala saya makin pusing" Felix mengusir anak buahnya itu keluar.
Felix mengecek urutan perusahaan yang dulu pernah bertengger di angka 2. Tetapi angka itu sudah ganti nama perusahaan lain, bahkan nama Felix grup sudah tidak tercatat.
"Aaagghhh... Sial" Felix geram, tidak ada jalan lain dia harus menawarkan sisa saham nya kepada para investor secara online agar cepat terjual. Jika tidak, bisa-bisa perusahaan ini dibakar oleh karyawan yang sudah memanas di luar sana.
Hanya dalam hitungan menit, salah satu investor minat membeli saham. Felix mengajak bertemu siang ini juga untuk membahas lebih lanjut. Hingga keduanya memutuskan untuk bertemu di salah satu restoran. Felix menunggu para karyawan yang demo membubarkan diri terlebih dahulu setelah aman lalu berangkat.
"Selamat siang..." ucap pria yang logat jawa nya kental sudah menunggu Felix di tempat yang telah mereka sepakati. Si pria berdiri menjabat tangan Felix sopan.
"Selamat siang" Felix menerima uluran tangan si pria, matanya menatap tangan yang warna kulitnya sangat kontras dengannya itu seketika meragukan jika pria ini seorang investor.
"Silakan duduk, Tuan" Kata si pria.
"Anda yang bernama Mister Daly?" Felik menatap remeh penampilan pria itu tidak yakin mampu membeli sahamnya.Terlebih, si pria hanya mengenakan celana dan baju murah yang biasa dijual di kaki lima 100 ribu mendapat tiga potong. Kulit dekil, berwarna gelap itu tentu tidak meyakinkan bahwa si pria itu memiliki uang banyak.
"Benar Tuan, silakan duduk dulu baru kita bicarakan" Si pria itu mengulangi karena Felix sepertinya malas untuk duduk.
"Jangan-jangan, pria ini hanya ingin menipu aku" batin Felik, mau tak mau akhirnya duduk berhadapan dengan Mister Daly.
Setelah berbasa-basi sebentar, Felix menulis menu lalu menyodorkan buku kecil kepada Mister Daly. Mister Daly pun ikut memesan seperti apa yang Felik pesan, walaupun ia belum pernah makan makanan seperti itu.
"Anda yakin ingin membeli saham saya?" Felix pada akhirnya bertanya daripada tidak yakin.
"Sebenarnya yang akan membeli saham Anda, bos saya Tuan, saat ini beliau sedang dalam perjalanan"
"Sudah saya duga" Felix akhirnya merasa tenang, karena dalam minggu ini harus mendapatkan uang.
Tak tak tak.
"Itu bos saya sudah datang Tuan" ucap Mister Daly. Mister Daly kemudian memesan makanan yang sama untuk wanita yang dia katakan bos itu.
Sementara Felix menatap wanita yang berjalan anggun menylempang tas sambil mengempit buku ke arahnya. "Selamat siang..." ucapnya di balik masker.
...~Bersambung~...