Kisah cinta si kembar Winda dan Windi. Mereka sempat mengidamkan pria yang sama. Namun ternyata orang yang mereka idamkan lebih memilih Windi.
Mengetahui Kakanya juga menyukai orang yang sama dengannya, Windi pun mengalah. Ia tidak mau menerima lelaki tersebut karena tidak ingin menyakiti hati kakaknya. Pada akhirnya Winda dan Windi pun tidak berjodoh dengan pria tersebut.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing. Windi menemukan jodohnya terlebih dahulu dibandingkan Kakaknya. Kemudian Winda berjodoh dengan seorang duda yang sempat ia tolak lamarannya.
Pada akhirnya keduanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Time zone
Windi sudah berada di ruang UGD. Ia mengantarkan Soni dan Ibunya pulang ke rumah. Setelah itu, Windi melanjutkan perjalanan ke kantor. Meski hampir waktu istirahat, tapi ia tetap masuk ke kantor, karena kemarin ia sudah ijin.
Sementara Javier dan Kanzha tidak langsung pulang. Mereka mampir di sebuah toko mainan. Kanzha ingin membelikan Rani mainan.
"Aku turun dulu, kamu di mobil saja."
"Hem, iya."
Kanzha turun dari mobil dan masuk ke dalam toko. Handphone Javier berdering. Ternyata ada telpon dari nomor yang tidak dikenal. Biasanya ia tidak angkat mengangkatnya. Namun saat melihat profil ternyata foto Rayyan.
"Hallo, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Ini bener nomernya Om Ja... Om Javier?"
"Iya, ini Om Javier. Ini Rayyan ya?"
"Iya Om. Rayyan pinter kan bisa cari nama Om. Hehe.."
"Iya kamu pinter sekali. Ada yang bisa Om bantu?"
"Rayyan bosan sekali di rumah terus, Om. Mami sibuk sama adik-adik."
"Kamu punya banyak adik?"
"Iya, adikku dua dan akan nambah lagi. Belum saudara kembar ku... ah bikin pusing saja."
Javier tersenyum mendengar ocehan Rayyan.
"Kamu mau main sama, Om?"
"Mau sekali, Om. Tapi bagaimana caranya?"
"Bilang sama Anti Windi. Apa dia nanti ke rumahmu?"
"Tentu, Om."
Javier memberitahukan sesuatu kepada Rayyan. Rayyan mendengarkan dengan cermat. Setelah mereka selesai menyusun rencana, Rayyan pun mengakhiri obrolannya. Bersamaan dengan itu, Kanzha keluar dari toko mainan.
"Sudah?"
"Iya, sudah."
"Beli mainan apa sih?"
"Ini mainan edukasi untuk melatih motorik Rani."
Kanzha pun masuk ke dalam mobil.
"Pak, berangkat. Kita pulang ke rumah."
"Baik, non."
Mereka melanjutkan perjalanan pulang.
Sedangkan Rayyan saat ini sedang memikirkan rencana yang akan dia jalankan untuk membujuk Anti Windi.
-
Keesokan harinya.
Hari ini tanggal merah, jadi Windi tidak ke kantor. Sedangkan Winda tetap berangkat ke Galery. Karena meski tanggal merah, Galery tetap buka karena hari ini Winda ada janji dengan klien di Galery.
Windi bermain dengan keponakannya di rumah. Ada kedua anak Fadil dan keenam anak Fatin. Rumah itu menjadi ramai sekali karena delapan bocah tersebut memiliki kesenangan masing-masing.
Rayyan mulai beraksi.
"Anti... "
"Iya, ada apa Rayyan?"
"Besok pagi kan kita sudah balik ke Jakarta. Anti hari ini boleh tidak anterin Rayyan main time zone di mall?"
"Anti mau saja anterin. Tapi Mami sama Papi ngasih ijin nggak?"
"Makanya, anti bilangin sama Mami. Plis ya, Antiku yang cantik dan baik hati."
Rayyan memohon.
"Ya ampun... kecil-kecil sudah pintar merayu, gimana nanti besarnya nih bocah." Batin Windi.
"Hem, baiklah."
Windi pun meminta ijin kepada Fatin untuk membawa Rayyan dan saudaranya ke mall.
"Ya mbak, kasihan mereka. Nanti sampai Jakarta pasti mereka jarang berlibur karena Mami dan Papinya sibuk. Paling sekali berlibur ke luar negeri, itu pun beberapa bulan kemudian."
"Bentar, aku telpon Papinya dulu."
Setelah menelpon Zaki, akhirnya mereka mendapatkan ijin.
"Sama Papinya boleh. Memang siapa yang mau kamu bawa, dek?"
"Kembar empat."
"Kamu sanggup bawa mereka, dek?"
"Mereka masih bisa diatur, Mbak. Atau kalau Mbak mau ikut sekalian, ayo!"
"Nggak deh, capek."
"Ya sudah aku siap-siap dulu."
Windi berganti baju, kemudian ia merapikan baju Rayyan, Rayhan, Rihana dan Reyna. Keempatnya memakai kaos dengan warna yang sama. Warna biru muda, dengan setelan rok dan celana jeans. Windi juga menguncir rambut Reyna dan Rihana. Sebenarnya Windi sudah mengajak istri Fadil, namun dia tidak mau karena si kembar tidak enak badan.
"Sudah siap?"
"Siap anti!"
"Lets go... "
Kembar empat pamit kepada Mami, Opa dan juga Omanya. Opa Tristan memberikan kartu ATM kepada Windi.
"Wah kalian dapat uang jajan dari Opa nih."
"Makasih Opa." Ucap si kembar empat.
"Bi, pinnya berapa?"
"Tanggal ulang tahun Bunda."
"Ah so sweet sekali abiku ini. Kami berangkat dulu."
"Iya, Hati-hati bawa mobilnya. Jangan kayak kemarin. "
Windi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. z meski ia sudah merahasiakan tragedi ketidak sengajaannya menabrak kemarin, abinya tetap saja mengetahuinya.
Kembar empat masuk ke dalam mobil. Mereka duduk di jok belakang. Rayyan memberi kode kepada seseorang melalui HP jam tangan yang dipakainya.
Windi melajukan mobilnya ke mall terbesar yang ada di Surabaya. Beruntung jalanan tidak macet karena banyak yang libur dan tidak berangkat kerja hari ini. Setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit, akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju.
"Ayo turun, kita sudah sampai."
Windi membukakan pintu mobil untuk mereka. Kembar empat sangat senang karena mereka akan bermain sepuasnya di mall.
"Awas ya, jangan berlarian. Bergandengan tangan!"
"Iya, anti."
Windi memutuskan untuk tidak menggunakan eskalator karena ia harus memegang empat anak. Ia memilih naik lift untuk menuju lantai dua tempat time zone berada. Keadaan mall masih sepi karena memang baru jam buka.
Setelah sampai di time zone, Windi membeli kartu untuk bermain.
"Sekarang kalian sudah boleh bermain."
"Rayyan mau main itu, anti."
Rayyan menunjuk bola basket."
"Rayhan itu saja, anti."
Rayhan menunjuk game balapan.
Sedangkan Reyna dan Rihana bermain capit boneka.
Windi menemani mereka dengan senang hati.
Rayyan menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia seperti mencari sesuatu.
"Rayyan, ada apa?"
"Eh tidak, anti. Anti, boleh belikan minuman? harus nih... "
"Oh iya, kalian jangan ke mana-mana ya. Anti mau beli minuman sebentar saja."
"Oke, anti."
Windi menitipkan mereka kepada salah satu penjaga time zone. Ia pun naik satu lantai menuju food cord untuk membeli minuman.
"Mbak, es coklatnya empat."
"Baik, Kak. mohon ditunggu."
Lima menit kemudian, pesanan Windi sudah jadi. Ia segera kembali ke bawah.
Windi terkejut saat ada seorang laki-laki berada di dekat Rayyan dan bermain bersama Rayyan. Ia mengira laki-laki tersebut adalah penculik anak-anak. Windi segera berjalan cepat mendekati Rayyan.
"Rayyan sudah anti bilang.... "
Belum juga Windi menyelesaikan ucapannya, laki-laki tersebut berbalik badan.
"Tuan Javier."
"Ck... kenapa kamu senang sekali memanggilku Tuan? Kenapa tidak panggil nama saja, atau panggilan lainnya."
"E... itu, Pak. Saya... "
"Memang tampang ku seperti bapak-bapak?"
"Hahaha... Om Javier lucu." Sahut Rayyan.
"Kita sudah tidak terikat pekerjaan. Jadi jang terlalu formal!"
"Anti... mana minumanku?"
Rihana mendekat. Windi sampai lupa memberikan minuman untuk mereka. Ia pun membagikan minuman untuk kembar empat.
Javier takjub melihat anak kembar di hadapannya.
"Ehem... Windi kamu sendirian membawa empat anak ini?"
Ia bahkan merubah panggilannya kepada Windi dengan nama saja.
"Iya, Pak. Eh... Kak. Duh jadi bingung kan manggilnya." Gerutu Windi.
Javier menahan senyumnya.
"Anti, panggil sayang saja. Kayak Mami ke Papi." Bisik Rayyan.
"Astagfirullah... bener-bener nih bocah."
Rayyan melanjutkan permainannya bersama Om Javier. Sedangkan Anti Windi duduk sambil mengawasi mereka. Dalam hati Windi bertanya-tanya.
Bersambung....
...****************...
Tar nyesel lho kalau ditikung pria lain
Anak sama ibu sudah kasih lampu hijau
Ayo onty mimi bu dosen baru besuk Khaira ke rumah sakit, ajak bunda winda to menemani 😁😁😊