Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan
Di sisi lain.
Bara sama sekali susah fokus dengan pekerjaannya, selesai meeting ia langsung masuk ke ruangannya. Di tatapnya jam yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan jam istirahat sekolah. Bara mengambil ponselnya menghubungi Alea, jika tak bisa melihat wajah polos nan cantik Alea bisa di pastikan Bara akan tetap kurang fokus bekerja.
Tuutt..
Sambungan telpon langsung di jawab oleh Alea, di sana terlihat jelas wajah cantik Alea dengan pipi menggembung. Sangat menggemaskan, hal tersebut membuat mood Bara langsung naik dan menyunggingkan senyumnya.
[Sayang, pipi mu seperti ikan buntal xixixi.]
[Hihi, aku sedang makan bakso kak. Kakak sedang apa? Apa sedang istirahat?]
[ Kakak baru saja selesai meeting, jangan terlalu pedas makan baksonya ya.]
[Kakak, aku kangen]
[Kaka janji bakalan usahain biar pekerjaannya selesai, nanti kita bertemu sekalian jalan-jalan ke tempat yang kamu mau. Deal?]
[DEAL, asal sama kakak. Kemana pun kakak membawaku pergi, aku pasti akan senang sekali.]
Bara dan Alea melanjutkan obrolannya melalui video call, sesekali mereka melempar candaan sampai keduanya terkekeh. Ketiga teman Alea merasa menjadi nyamuk diantara keduanya, tak jauh dari tempat Alea duduk. Ada sepasang mata yang menatap kearahnya, Bagas dan teman-temannya sama-sama makan di kantin, lebih tepatnya terhalang satu meja di dekat Alea.
"Kalau sudah tiada, baru terasa." Sindir salah satu teman Bagas.
"Ck, diem loe." Sewot Bagas.
"Udah gue kasih peringatan sama loe dari jauh-jauh hari, hargain usaha Alea meskipun terpaksa. Batu sih loe di bilangin, sekarang nyesel kan loe dimana loe luka gak ada yang ngobatin, dimana loe lagi rapuh gak ada tempat untuk pulang. Rumah loe yang sebenarnya bukan ada di Jena maupun cewek yang pernah loe pacarin sebelumnya, gengsi loe terlalu tinggi sampai di titik kehilangan baru nyadar dan mau ngelakuin hal egois. Menyedihkan kata aing teh." Ucap Haikal panjang lebar.
"Terus, sekarang gue harus gimana? Gue kacau tanpa Alea." Tanya Bagas.
"Tahta tertinggi dalam mencintai tanpa bisa bersatu adalah, mengikhlaskan. Setelah apa yang udah loe perbuat sama Alea, gue rasa gak memungkinkan kalo Alea bakal nerima loe balik lagi." Ucap Bima.
Bagas terdiam mendengar ucapan kedua temannya, netranya tetap menatap lurus kearah Alea yang tengah tertawa memandangi layar ponselnya. Di dalam dirinya ia terus bertanya-tanya, apa dia harus mengikhlaskan atau kembali mengejar.
*
*
Di rumah sakit.
Seora berteriak histeris kala bodyguardnya memberitahukan bahwa anaknya di bawa pergi, dengan susah payah ia berjalan walaupun luka sayatan di bagain perutnya masih berdenyut nyeri. Violetta tak sengaja melewati ruangan Seora, dia sangat mengenali suara teriakan Seora yang tengah menangis histeris tersebut.
"Sepertinya dia sudah mengetahuinya." Gumam Violetta tersenyum.
Dari arah belakang, Seseorang menghampiri Violetta dengan wajah kesalnya.
"Kakak." Pangil Gala dengan kesal.
Violetta membalikkan tubuhnya, dia melihat wajah Gala yang cemberut sambil menghentakkan kakinya. Bersaman dengan itu pula, Seora keluar dengan tertatih di dampingi oleh bodyguardnya dan juga perawat.
"Gala." Panggil Seora dengan suara seraknya.
Gala menoleh ke arah sumber suara, ia melihat penampilan Seora yang acak-acakan lengkap dengan mata sembabnya. Violetta langsung menarik tangan Gala menjauh dari Seora, ia tidak mau Galanya yang memiliki hati lembut merasa kasihan pada mantannya itu.
"Ayo Gal, kita harus segera pulang. Kakak ngidam cilok sama rujak, lagian cek kandungannya juga udah selesai." Ajak Violetta terus menarik tangan Gala menjauh dari ruang rawat Seora.
"Gala, jangan pergi Gal. Aku butuh kamu, hikss.." Panggil Seora.
Gala terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya, ia tetap berjalan kemana Violetta membawanya pergi. Hari ini, Gala menemani kakaknya cek kandungan karena Azrio tidak bisa menemani Violetta, alhasil Gala lah yang menemani sang kakak ke rumah sakit. Tanpa di duga, ternyata Seora berada di rumah sakit yang sama.
''Mengapa dia berantakan? Apa terjadi sesuatu padanya? Ah, apa yang ku pikirkan? Lebih baik aku pergi saja.' Batin Gala.
Tubuh Seora semakin merosot ke bawah karena sakit di bagian perutnya, perawat langsung membawa Seora masuk kembali ke dalam dan memeriksa luka sayatan di perutnya.
*
*
Di Tempat lain.
Seorang pria dan juga wanita tengah menatap ke arah box kecil, dimana seorang bayi tengah terlelap disana. Di samping mereka juga ada seorang dokter obgyn yang di tugaskan untuk menangani bayi tersebut, mereka bekerja sama untuk membawa bayi tak berdosa itu tanpa sepengetahuan dari ibu kandungnya.
"Bayinya sehat, tidak ada yang cacat dari tubuhnya. Sore sudah bisa di bawa pulang." Ucap sang dokter.
"Baiklah, terimakasih." Ucapnya.
Dokter tersebut pun berpamitan kepada pria dan wanita tersebut, sang pria mengantarkan dokter tersebut sampai di depan kamarnya. Setelah selesai mengantarkan sang dokter, pria tersebut kembali menghampiri istrinya yang tengah memberikan susu kepada bayi tersebut.
"Seora pasti sedang mencarinya." Ucap wanita tersebut.
"Biarkan saja, ini hukuman untuk semua perbuatannya." Balas pria tersebut.