Agnes menjalani kehidupan yang amat menyiksa batinnya sejak kelas tiga SD. Hal itu terus berlanjut. Lingkungannya selalu membuat Agnes babak belur baik secara Fisik maupun Psikis. Namun dia tetap kuat. Dia punya Tuhan di sisinya. Tapi seolah belum cukup, hidupnya terus ditimpa badai.
"Bagaimana bisa..? Kenapa Kau masih dapat tersenyum setelah semua hal yang mengacaukan Fisik dan Psikis Mu ?" Michael Leclair
"Apa yang telah Dia kehendaki, akan terjadi. Ku telan pahit-pahit fakta ini saat Dia mengambil seseorang yang menjadi kekuatanku. Juga, Aku tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik untukku, Michael." Agnes Roosevelt
Rencana Tuhan seperti apa yang malah membuat Nya terbaring di rumah sakit ? Agnes Roosevelt, ending seperti apa yang ditetapkan Tuhan untuk Mu ?
Penasaran ? Silakan langsung di baca~ Only di Noveltoon dengan judul "Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATPM_Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Dua hari kemudian, Agnes menuju ke Kediaman Lecllair usai menghubungi Brigida terlebih dahulu. Dia pergi satu jam sebelum waktu mengajar di mulai. Brigida tidak memberitahu siapapun tentang kedatangan Agnes. Feliks, Theresia maupun Michael benar-benar tenggelam di ruang kerja masing-masing.
“Brigida, Aku sudah sangat lama tidak memakai Dress, jadi apakah Kau bisa membantu menilai penampilan Ku ?”
“Tentu saja bisa. Kak Agnes bisa berganti baju di sini.” Ucap Brigida sambil membuka pintu yang masih terhubung dengan kamar nya. Di sana terdapat lemari yang di penuhi Busana dan perintilan-perintilan lain milik Brigida.
Agnes pun langsung masuk dan berganti pakaian. Dia sudah membawa Cocktail Dress yang baru saja di beli dengan sepatu.
Klek
Pintu terbuka dan mata Brigida di sambut dengan penampilan Agnes yang amat memukau.
“Aku tidak tau model ini masih tren atau tidak. Tapi bagaimana menurut Mu, Brigida ?”
“OMG!” Lontarnya sambil menutup mulut yang ingin beteriak.
Dengan cekatan Brigida mendudukan tubuh Agnes di depan meja rias.
“Eh ? Tidak perlu. Aku hanya ingin—“
“Sssstttt.. Kak Agnes, Aku sangat pandai dalam memoles make up dan menata rambut. Cukup percayakan saja pada Ku.”
Tangan Brigida dengan lihai bergerak kesana kemari. Make up tipis tercipta di wajah Agnes, dan tatanan rambut yang di kepang bagian depannya saja dan membiarkan helaian rambut Agnes terurai menambah kesan elegan. Hampir 40 menit sudah Brigida berkutat untuk mempercantik Agnes.
“Haahh...” Helaan nafas panjang terdengar. Brigida berdiri sambil bercakak pingggang dan melihat Agnes yang saat ini sudah berdiri dan menatap Brigida dengan pergerakan halus.
“Astaga, Brigida. Bagaimana bisa Kamu bekerja keras untuk sesuatu yang akan di hapus ?”
“Kyyyaaaaa...!!!”
Teriakan tiba-tiba Brigida menggema di kediaman Lecllair. Langkah kaki Michael yang paling lebar dan cepat sehingga dalam kurun waktu satu menit Dia sudah sampai di kamar Brigia.
Klek.
“Apa yang terjadi—“ Michael mematung. Sungguh terpanah di tempat nya.
“A... Agnes ?” Panggil nya meyakinkan bahwa sosok yang berdiri saat ini adalah wanita yang selama ini selalu memakai celana panjang dan kemeja.
“Maaf membuat keributan, Tuan Michael. Aku pun tidak tau kenapa Brigida tiba-tiba—“
“Oh, Ya Tuhan!” Teriak Theresia penuh keterkejutan saat baru saja tiba.
“Nak Agnes, ini sungguh diri Mu ? Astaga, betapa cantik nya paras yang Kau miliki.” Puji Theresia dan berjalan mendekat. Michael masih berdiri di tempat nya. Masih mematung dan enggan untuk berkedip.
“Kau jatuh cinta lagi saat melihat Agnes, Nak ?” Sambar Feliks di belakang Michael.
“..Ya!” Jawab Sang anak tanpa ragu.
“Hahaha. Semoga berhasil memperjuangkan nya, Michael.” Feliks memberi dukungan.
Akhir dari kehebohan yang Brigida ciptakan itu adalah foto bersama. Brigida tidak mengganti pakaian. Sejak awal Dia memang sudah memakai gaun rumah yang tidak dihiasi banyak corak, namun layak untuk di sandingkan dengan Agnes. Busana yang di kenakan oleh Theresia dan juga Feliks selalu rapi seperti biasanya. Busana Michael saja yang berbeda dari biasanya. Karena Dia ada meeting offline, mengharuskan Michael memakai setelan Jas perpaduan warna hitam dan putih.
Usai foto bersama, dengan sopan Michael memandang Agnes dan bersuara.
“Apa Aku boleh foto berdua saja dengan Mu, Agnes ?”
Agnes mencetak lengkungan senyum di wajah. Menurutnya, Ini hanya ajakan foto dan tidak perlu sampai harus meminta izin seperti ini. “Tentu Tuan Michael.” Tutur Agnes dengan elegan.
Agnes pun berjalan pelan ke arah uluran tangan dan berdiri di samping kanan Michael. Brigida sudah stand by memegang kamera. Sejak Agnes berjalan, tangannya dengan cekatan terus mengambil foto. Feliks dan Theresia ikut tersenyum melihat kedekatan Mereka.
Serasi.
Itulah yang terlintas saat Agnes dan Michael berdiri sejajar.
“Permisi,” ucap Michael sambil membawa satu tangan Agnes untuk bertengger di lengan berototnya.
“Hahaha, Aku bukan benda kaca yang akan pecah jika tidak dipindahkan dengan baik, Tuan Michael.” Ucap Agnes merasakan pergerakan Michael yang sangat hati-hati sekali.
“Bukan benda kaca.”
“Maaf ?”
Mata dengan warna Ocean dan Hazel kembali beradu dalam satu resonansi.
“Kau bukan benda kaca. Tapi Wanita memang harus di perlakukan selembut ini.”
“Terimakasih,” tutur Agnes dan kembali menghadap kearah kamera. “Pasangan Mu di masa mendatang akan sangat beruntung karena mendapatkan diri Mu, Tuan Michael” Sambungnya.
“It’s You.” Jawab Michael mendekatkan mulut di gendang telinga Agnes dan memperdengarkan suara nya yang berat dan kasar, namun terdengar sek*si.
“I’m not sure about that,” jawab Agnes menggeleng pelan. Masih dengan senyuman.
Jemari tangan yang dua kali lebih besar dari jemari Agnes bergerak dan dengan Ibu jari dan jari telunjuk, Michael menjepit ujung dagu Agnes dan mengalihkan atensi Agnes hanya pada nya.
Ocean eyes milik Michael dan Hazel eyes milik Agnes beradu dalam jarak satu jengkal. Nafas Michael bahkan dapat di rasakan oleh kulit wajah Agnes. Wanita itu tidak memberontak, Dia diam dan menunggu apa yang ingin Michael katakan.
“If not with You, then not with anyone else!” Ucap Michael sungguh-sungguh kemudian melepaskan jemari tangan yang menjepit dagu Agnes. Masih dengan tangan yang sama, Michael mengambil tangan Agnes yang masih bertengger di lengan kemudian mengecupnya dengan hati-hati. “Terimakasih atas waktu dan kesempatan yang Kau berikan pada Ku, Agnes.” Tuntas Michael dan keluar dari kamar Brigida setelah berpamitan pada Ayah dan Ibu nya.
Percakapan Mereka tadi didengar dengan jelas oleh Feliks, Theresia dan Brigida. Setelah Michael meninggalkan kamar Brigida, ketiga orang itu menatap Agnes sambil berusaha mengontrol ekspresi wajah.
“Tenang saja Nak Agnes. Kami tidak melihat dan mendengar apapun.” Tutur Theresia.
“Kami kembali ke ruang kerja dulu, terimakasih atas momen tadi.” Sambung Feliks merangkul Istrinya dan keluar dari kamar Brigida.
Agnes mengalihkan atensinya ke arah Brigida. Terlihat jelas Brigida tengah menahan diri agar tidak tersenyum sampai bibir nya bergetar.
“Kau boleh bereaksi seperti apapun yang Kau mau Brigida.”
Setelah kata itu keluar, Brigida langsung mencetak senyum lebar dan melihat kembali foto yang Dia ambil saat Michael dan Agnes berbicara. Brigida sangat peka pada timing. Jemari nya tidak berhenti sejak tadi dan berhasil mengabadikan momen Michael dan Agnes.
“Dia tidak malu saat mengeluarkan perkataan tadi dengan sangat serius dan penuh kejujuran di hadapan keluarga Nya ? Bahaya, jika Dia terus serius seperti ini—” Agnes menggeleng pelan menepis kemungkinan yang terlintas setelah berucap di batinnya. ”Sudahlah. Lebih baik Aku melepaskan Dress ini terlebih dahulu.” Tuntas nya mengakhiri pemikiran lain.
...*** ...
Setelah itu, Agnes benar-benar menjalani kehidupan tanpa ada satu hal pun yang terganggu. Dan seperti laju anak panah, hari berganti dengan cepat. Kini sudah mendarat di hari senin lagi. Hari yang telah di tentukan sejak seminggu yang lalu, tentang pertemuan keluarga Roosevelt dan keluarga Eklet untuk topik penting yang akan di bahas.
Agnes menjemput Laras seperti yang sudah Dia katakan memakai mobil Lusia. Mereka berdua akan masuk paling terakhir, saat kedua keluarga sudah duduk di kursi. Dengan begitu Agnes bisa mencegah hal buruk terjadi.
“Kau serius memakai gaun seperti ini ? Apa Kau berniat menarik perhatian Charles ?” Lontar Laras tak terima. Apa-apaan penampilan cantik nan elegan yang Agnes miliki saat ini ?
“Laras, please jangan kampungan. Restoran yang terlanjut di pesan ini punya Dress code yang harus diikuti.”
“Alasan! Kau hanya—“
Ciit.
Agnes menghentikan mobil. Dia sudah muak bernafas di satu mobil yang sama dengan Laras. Di tambah sikap nya ini, Agnes seperti ingin menendang Nya keluar.
“Sekali Kau bersuara lagi, Aku akan memutar arah dan kembali ke apartemen. Jangan buat mood Ku berubah dan berakhir tidak ingin membantu. Mood Ku sudah sangat kacau hanya dengan duduk bersebelahan dengan Mu, Laras. Kau paham ?”
“...” Laras diam seribu bahasa dengan anggukan patuh.
Agnes kembali melajukan mobil. Ke tempat di mana Keluarga Eklet dan Roosevelt menunggu.
...*** ...
See you in the next day, ya. Jangan lupa like dan komen. Btw, jangan lupa Follow IG author 'ATPM_Writer' yaa. Thank you so much Darling~♡