Rara Artanegara yang dahulu dikenal cukup cantik namun sejak mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai seorang sekretaris PT. GINCU karena permintaan suaminya, Pramana Handoko, bentuk tubuhnya berubah menjadi tak terawat dan cukup berisi. Padahal sebelum menikah ia begitu langsing bak gitar Spanyol.
Pernikahan yang sudah dijalani selama lima tahun, awalnya begitu bahagia namun berakhir dengan luka dan nestapa pada Rara. Sang ibu mertua yang selalu menuntut cucu padanya. Sering berlaku tak adil dan kejam. Begitu juga adik iparnya.
Bak jatuh tertimpa tangga. Dikhianati saat hamil dan kehilangan bayinya. Terusir dari rumah hingga menjadi gelandangan dan dicerai secara tidak terhormat.
"Aku bersumpah akan membuat kalian semua menyesal telah mengenalku dan kalian akan menangis darah nantinya. Hingga bersujud di kakiku!" ucap Rara penuh kebencian.
Pembalasan seperti apa yang akan Rara lakukan? Simak kisahnya💋
DILARANG PLAGIAT🔥
Update Chapter : Setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - Hidup Baru Awal Baru
Dua tahun kemudian.
Seorang wanita cantik berbody aduuhai bak gitar Spanyol tengah melakukan olahraga kardio. Tetesan keringat membanjiri tubuh dan wajahnya. Sorot matanya tajam bak mata elang yang bersiap membidik mangsanya.
Ceklek...
Derit pintu ruang kebugaran pribadi yang sangat mewah itu pun terbuka. Menampilkan pahatan tampan nan gagah memakai kaos putih dan celana pendek khusus gym.
Daksa tinggi dengan rahang kokoh serta perut kotak-kotak itu pun berjalan menghampiri wanitanya yang tengah melakukan kardio.
Tap...tap...tap...
"Ra, minumlah dulu. Sudah satu jam kamu olah raga," ucap David pada Rara seraya menyerahkan sebotol air minum.
"Sebentar lagi. Tanggung, Dav."
"Aku hitung nih. Kalau enggak nurut nanti aku ceburin ke kolam renang," ancam David sengaja.
"Fiuhh...." keluh Rara.
"Oke, bos. Laksanakan," cicit Rara seraya tersenyum dan berhenti kardio.
Lantas ia pun duduk selonjoran kaki di lantai bersebelahan dengan David. Rara mengambil botol minum yang diberikan David padanya dan langsung ia teguk.
Gluk... gluk... gluk...
"Puas, Tuan pemaksa!" pekik Rara meledek David seraya mengembalikan botol minumnya.
"Sangat puas Raden Roroku," jawab David seraya tersenyum.
"Ah... jangan panggil aku begitu! Dilarang panggil Roro Jonggrang, Raden Roro, Ndoro lah apa lah. Geli tahu!" sewot Rara seraya mengerucutkan bibirnya.
"Jangan dimajukan itu bibir soang. Nanti kalau aku khilaf gimana coba? Mau tanggung jawab?" ucap David.
"Boleh. Kamu tanggung tapi aku yang jawab. Wlekkk..." ucap Rara seraya berdiri menjulurkan lidahnya lantas berlari menjauh dari David.
"Hei, Roro Jonggrang! Hei, bibir soang! Lari ke mana kamu. Awas ya kalau sampai ketangkep. Aku bawa ke KUA langsung. Maharnya cukup permen kapas saja favorit kamu yang harga goceng," cicit David sambil mengejar Rara yang keluar dari ruang kebugaran.
Rara yang mendengar ucapan David, langsung berhenti berlari dan memukul lengan David.
"Eh, enak saja mahar permen kapas. Kamu kan kaya, masak kasih mahar cuma goceng. Dasar pelit! Orang pelit kuburannya sempit loh," ledek Rara seraya tertawa.
"Hushhh... enggak boleh bilang kuburan. Aku masih perjaka ting-ting begini. Belum pernah nyobain indahnya masuk ke dalam suurrgaa milik cintaku masak udah dipanggil malaikat. Jangan gitu dong, Ra. Tega kamu," cicit David mendadak cemberut seperti anak kecil.
"Di Inggris kan banyak bule. Kenapa dianggurin?" ledek Rara seraya tertawa.
"Gak doyan import. Lokal lebih legit kayaknya. Kan punyaku import punya. Masak ketemu import juga. Gak seru lah," cicit David.
"Jangan-jangan kamu udah cobain ya. Kok tahu rasanya legit? Ayo ngaku," ledek Rara memojokkan David.
"Tau ah. Gelap!" ketus David.
"Uluh...uluh... Tuan CEO yang katanya dikenal galak bin seram melebihi setan pohon Jeruk Pecel kok cemberut begini sih! Mirip iteuk kebelet kawin saja," ledek Rara.
David justru diam tak membalas ucapan Rara. David yang sedang duduk di pinggir kolam ikan, tengah sibuk memberi makan ikan-ikan miliknya tersebut. Keduanya kini tengah berada di area taman belakang mansion milik David di Singapura.
"Dav," panggil Rara.
David masih tak merespon justru malah sibuk melamun namun tangannya masih memberi makan ikan.
"Dav, kok diem sih! Kamu marah sama aku?" cicit Rara seraya melirik David yang masih dalam mode sama seperti sebelumnya.
David pun tetap diam tak menjawab. Bahkan tak melihat Rara yang duduk tak jauh dari sampingnya.
Rara pun melangkah mendekati David. Lantas Rara duduk di pinggir kolam ikan tepatnya di belakang punggung David. Seketika...
Grepp...
Kedua tangan Rara langsung memeluk David dari arah belakang.
Deg...
Jantung David mendadak berdegup kencang. Seketika tangannya pun berhenti memberi makan ikan.
"Maaf kalau bercandaku kelewatan. Kamu enggak marah kan sama aku," cicit Rara lirih seraya menempelkan kepalanya pada David dan memeluk erat teman masa kecilnya ini yang sudah menolong nyawanya dua tahun yang lalu.
Tanpa lelaki ini, mungkin hidupnya tak akan seperti sekarang. Tanpa lelaki ini, mungkin dirinya sudah mati di jalanan. Tanpa lelaki ini, dirinya pasti sudah jadi gelandangan di jalan dan tak bisa balas dendam pada orang-orang di masa lalunya yang telah menyakiti dirinya.
Selama hampir setahun dirinya koma. Mengalami pil pahit dalam hidupnya karena gagal mempertahankan bayinya sehingga keguguran. Semua hartanya tak ada yang tersisa.
Saat dirinya tersadar dari komanya, lelaki ini lah yang ia lihat pertama kali. Dan selalu setia menemani dirinya melangkah untuk mengubah masa depan yang indah sesuai yang diinginkan.
Lelaki ini yang tanpa ragu selalu mengulurkan tangannya dan berjuang membuat dirinya hidup kembali dengan semangat baru dan wajah yang baru. New life new beginning.
David lantas membalas pelukan erat Rara dengan menggenggam tangan wanita yang ia cintai ini. Walaupun hingga sekarang, David masih belum secara jelas mengungkapkan cintanya pada Rara.
Sebab ia belum tahu apakah di hati Rara masih tersimpan cinta untuk Pram, mantan suaminya, atau tidak. Ia tak mau menjadi bayang-bayang cinta Pram di hati Rara.
"Maafkan aku, Ra. Aku gagal mempertahankan bayimu saat itu," cicit David sendu. Matanya menerawang kejadian dua tahun silam saat Rara harus koma dan keguguran.
"Enggak. Kamu gak salah tapi dia yang salah. Pram yang sudah bunuh darah dagingnya sendiri. Dia pantas mati!" umpat Rara.
"Apa kamu masih cinta sama dia, Ra?" tanya David.
Deg...
🍁🍁🍁.