Eric adalah seorang pria yang dingin, dia selalu bersikap dingin dengan semua wanita terkecuali dengan adik dan mamanya. karena rasa sakit hatinya dengan kekasihnya dulu. suatu saat eric bertemu dengan elsa, seorang wanita yang membuatnya penasaran.
Sayangnya elsa sudah mempunyai kekasih, dan Eric terjebak dengan cinta segitiga di antara elsa dia dan kekasih elsa. Apakah elsa dan Eric akan bisa bersatu…? Jika penasaran dengan ceritanya, silahkan baca novel ini…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Semangat…
Pagi ini terlihat cuaca sangat cerah di daerah tempat tinggal elsa, dengan semangat yang membara elsa berangkat kerja dengan mengendarai motor matic kesayangannya.
“Semangat elsa, semoga hari ini lebih indah dari hari kemarin.” Monolog elsa menyemangati dirinya sendiri.
Dengan kecepatan rata rata, dia mengendarai motor maticnya. Jalanan Jakarta yang terkenal dengan kemacetannya, tak menghalangi langkah elsa pagi ini.
Tiba di perempatan, laju elsa terhenti karena trafic light menyala merah, menandakan semua motor dan mobil harus berhenti, tak lama lampunya berubah warna menjadi kuning dan setelahnya hijau.
Elsa yang sedikit kesulitan memajukan motornya, karena ramainya pengendara motor di depannya.
Tiin… tiin..
Elsa berjengit kaget mendengar suara klakson dari belakang elsa, dengan sinis elsa menatap mobil di belakangnya.
“Woy.. sabar..” teriak elsa ke mobil yang ada di belakangnya.
Pengemudi mobil di belakang elsa tidak peduli dengan teguran elsa, dia masih tetap membunyikan klaksonnya.
Elsa sudah tidak peduli dengan mobil yang tidak sabaran tadi, dia melajukan motornya sedikit cepat. Tapi mobil yang tadi membunyikan klakson di belakang elsa terus mengikuti elsa.
“Kenapa mobil itu mengikuti gue ya, aduh gue harus cepat sampai ke tempat kerja nih, jangan jangan dia nggak terima waktu gue negur dia tadi, waduh… nanti kalau dia macam macam gimana ya.” Elsa menambah kecepatan motornya, tapi mobil tersebut masih mengikutinya dari belakang.
Akhirnya elsa sampai di depan tempat dia kerja, dia memarkirkan motor matic kesayangannya. Elsa memastikan apa mobil yang di belakangnya tadi masih mengikutinya atau tidak, dia melihat ke kanan dan ke kiri tapi hasilnya mobil tersebut sudah tidak mengikutinya.
Setelah memastikan keamanan motornya, elsa berjalan menuju ke dalam perusahaan tempat dia bekerja. Saat ini elsa bekerja di PT. Antariksa, dia menjabat sebagai kepala manager pemasaran.
Elsa berjalan dengan santai sambil menenteng tas kerjanya, menuju ke arah lift yang akan membawanya ke lantai 7 dimana kantor elsa berada.
Terdengar hp elsa bergetar, dia mengambil hpnya yang berada di dalam tas kerjanya, sambil berjalan elsa mengangkat panggilan tersebut.
“Halo sayang...” Jawab elsa sambil berjalan menuju ke ke arah lift, elsa yang kurang fokus dengan jalannya tiba tiba menubruk tubuh tegap seorang pria di depannya.
“Aduh…” elsa mengaduh kesakitan, saat membentur tubuh kekar lelaki di depannya.
“Maaf gue nggak sengaja.” Ucap elsa sambil menatap laki laki di depannya, dengan tidak enak hati elsa memundurkan langkahnya, menjauh dari pria yang dia tabrak tadi.
“Lo punya mata kan.” Sarkas pria yang ada di depan Elsa, yang tak lain adalah eric.
Elsa memendelikkan matanya menatap ke arah eric, dia tidak terima dengan ucapan eric.
“Jelas gue punya mata, tapi tadi kan gue udah minta maaf sama lo, seharusnya lo maafin gue dong.”
Eric menatap tajam ke arah elsa, tanpa berkata apapun eric pergi dari hadapan Elsa di ikuti Aldo di belakang eric.
“Eh.. main pergi aja nggak punya sopan santun ya lo.” Teriak elsa yang melihat kepergian eric.
Eric berjalan ke arah lift yang dikhususkan untuk para petinggi di perusahaan, tak lama pintu lift terbuka, eric dan Aldo masuk ke dalam lift tersebut tak lama pintu lift tertutup dan Aldo menekan tombol 15 dimana letak kantor CEO berada.
“Apa jadwal saya hari ini.” Tanya eric ke Aldo.
Aldo mengambil iPad yang ada di dalam tas kerjanya, dia membuka jadwal yang sudah di buat untuk eric hari ini.
“Jam sembilan nanti anda akan ada meeting bersama para staf di perusahaan, jam satu siang ada jamuan makan di luar bersama pak alex dan jam…“ belum juga Aldo meneruskan ucapannya eric menghentikan ucapan Aldo.
“Meeting kita mulai tiga puluh menit lagi,” perintah eric yang membuat Aldo terkejut sampai menggenggam iPad yang ada di tangannya.
Seperti itulah sikap eric selama beberapa tahun ini, dia selalu dingin dan ketus dengan semua orang, kecuali dengan adik dan mamanya.
Rasa sakit hatinya karena ulah Mona mantan kekasihnya, yang membuat dia menjadi seorang pria yang dingin dan tak tersentuh.
“Baik pak,” ucap Aldo singkat.
Setelah pintu lift terbuka eric keluar terlebih dahulu di ikuti Aldo di belakangnya. Eric berjalan menuju ke ke ruang kerjanya, sedangkan Aldo melangkah di belakang eric mengikuti atasannya tersebut. Setelah mereka masuk kedalam ruang kerja Eric, Aldo yang masih berdiri menunggu atasannya memberi perintah selanjutnya.
“Aku ingin melihat laporan penjualan bulan ini.” Ucap eric memerintah Aldo.
“Baik pak,” Aldo segera pergi dari hadapan eric, dia keluar menuju ke meja kerjanya yang ada di luar ruang kerja eric.
Aldo mendudukkan bokongnya di kursi kerjanya, setelah itu dia segera menghubungi pihak pemasaran menggunakan interkom yang ada di atas meja kerja Aldo.
Aldo menekan tombol di mesin interkom tersebut, tanpa banyak basi basi Aldo segera memberi perintah.
“Bawa segera laporan penjualan bulan ini, dan serah kan ke ruang kerja CEO.”
Tak lama elsa datang sambil membawa berkas di tangannya, dengan langkah cepat Elsa menghampiri Aldo yang sedang memeriksa berkas yang ada di depannya.
“Permisi pak, saya membawa laporan penjualan bulan ini yang anda minta tadi.” Ucap elsa yang sudah berada di depan meja kerja Aldo.
Aldo mendongak melihat ke arah elsa, Aldo menautkan alisnya, dia ingat dengan elsa yang tadi menabrak eric di lobi.
“Kamu.. Hmm… langsung bawa masuk aja ke ruang kerja CEO.” Perintah Aldo ke elsa.
Dengan berkas yang dia bawa di depan dadanya,dengan kedua tangannya.
Elsa berjalan masuk ke dalam ruang kerja CEO, sebelum masuk ke dalam elsa mengetuk pintu di ruang kerja eric.
Tok.. tok.. tok..
“Masuk” ucap eric dari dalam.
Elsa menarik handel pintu, kemudian membuka pintu di ruang kerja eric. Dengan langkah perlahan dia masuk dan menutup kembali pintunya.
“Maaf pak, ini berkas penjualan bulan ini yang bapak minta tadi.”
Elsa meletakkan berkas itu di depan meja atasannya, eric yang dari tadi melihat berkas yang ada di depannya seketika mendongak menatap elsa yang menyerahkan berkas yang dia bawa.
“Kamu..” ucap elsa terkejut dengan keberadaan eric di depannya.
Tatapan eric semakin tajam melihat elsa yang terkejut karena melihatnya.
“Letakkan di situ.”
Dengan tatapan yang sangat tajam dan nada bicara yang terdengar sangat dingin, eric menyuruh elsa meletakkan berkas yang dia bawa untuk di letakkan di meja kerjanya.
“Mati gue, ternyata orang yang tadi gue tubruk ternyata CEO di perusahaan tempat gue kerja.” Batin elsa, dengan rasa bersalah elsa menundukkan kepalanya tanpa mau menatap mata tajam eric yang menatapnya.
“Baik pak, kalau begitu saya permisi.” Belum juga elsa melangkah pergi eric sudah menghentikan langkahnya.
“Tunggu dulu, sepertinya kita pernah bertemu.” Eric berucap sambil menyedekapkan kedua tangan di depan dadanya.
“Mmm… anu pak, maaf atas kejadian tadi pagi dilobi, saya mohon maaf saya yang salah karena tidak memperhatikan langkah saya.” Ucap elsa setengah gugup dia tidak berani menatap wajah eric.
“Hmm…. Baiklah, buatkan saya kopi tanpa gula, sekarang….!!! Saya tunggu lima menit kopi itu harus ada di sini.” Ucap eric menyuruh elsa.
“Apa…!! Mana biasa pak, saya buat kopi secepat itu.” Ucap elsa menolak perintah eric.
“Baiklah, jika kamu tidak sanggup silahkan kamu buat surat pengunduran diri kamu dan langsung serahkan ke HRD.” Eric dengan se enaknya memberi perintah yang tidak masuk akal ke elsa.
“Mm.. baik lah pak, kalau begitu saya permisi.” Dengan langkah cepat elsa keluar dari ruang kerja eric, eric yang melihat elsa dengan tergesa keluar dari ruang kerjanya tersenyum puas.
Aldo yang melihat elsa keluar dari ruang kerja eric, dengan langkah yang tergesa gesa pergi tanpa berpamitan dengan Aldo.
“Kenapa tuh anak, seperti dikejar setan aja.” Batin Aldo.
Aldo kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena melihat tingkah elsa tadi, dengan penuh konsentrasi Alldo memfokuskan pandangannya melihat berkas berkas yang ada di depannya.
Tak lama terdengar suara gebrakan, seperti pintu yang dibuka dengan tergesa.
Braaakk…
aldo refleks berjengit kaget, mendengar gebrakan dari arah pintu masuk.
“Setan nih cewek, buat kaget gue aja.” Lirih aldo mengumpat sambil elihat ke arah elsa yang datang dengan tergesa membawa tumbler dan gelas yang ada di kedua tangannya.
“Maaf pak, saya buat kaget ya.” Dengan nafas yang terlihat ngos ngosan elsa berjalan mendekati pintu ruangan eric,
Tok.. tok.. tok..
Elsa mengetuk pintu di ruang kerja eric.
“Masuk.” Ucap eric dari dalam.
Setelah mendengar ucapan eric yang mengijinkannya masuk,elsa membuka pintu dan masuk dengan langkah pelan ke mendekat ke arah eric.
“Mana kopi pesanan saya.” Ucap eric yang tidak melihat elsa membawa kopi pesanannya.
Elsa meletakkan tumbler dan gelas kosong di atas meja kerja eric, Eric menggeryit melihat tumbler dan gelas kosong tersebut.
“Sebentar pak.” Elsa membuka tumbler dan menuangkan isinya di gelas kosong yang sudah dia letakkan diatsa meja kerja eric, tanpa elsa ketahui eric tersenyum melihat tingkah random elsa saat ini,
“Hmm… belum ada lima menit, kamu boleh pergi.” Eric berkata sambil melihat jam yang ada di tangan kirinya.
“Baik pak.” Elsa melangkah pergi menuju ke pintu ruangan eric, sebelum elsa keluar eric menghentikan langkah elsa lagi.
“Lima menit kita rapat, kamu sudah siapkan semuanya.”
Elsa yang mendengar ucapan atasannya memelototkan matanya,
“Mati gue,” batin elsa, dia belum menyiapkan berkas yang akan di presentasikan saat meeting nanti.
Elsa sekali lagi keluar dengan langkah tergesa, aldo yang melihat tingkah elsa mengelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan tingkah elsa saat ini.
Lampu indikator di interkom depan meja aldo menyala, menandakan kalau ada panggilan dari atasan aldo.
“Kita rapat sekarang,” ucap eric memberi instruksi ke aldo.
“Baik pak,” jawab aldo singkat.
Eric keluar dari ruang kerjanya, aldo yang sudah berdiri sambil membawa iPad di tangannya, mengikuti langkah eric di belakangnya.
Mereka menuju ke ruang meeting yang ada dilantai 10.