Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.
Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.
Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.
"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.
"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.
Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?
Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.
"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.
Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Farisa dan Jasmin Curiga Ada Wanita Lain di Hidup Manaf
Ide Jasmin sudah di beritahukan pada Farisa, namun apalah daya perjanjian baru sudah didepan mata dan tidak bisa menghindar lagi.
Farisa duduk termenung di ruang tamu, matanya berkilat penuh kebencian dan kecurigaan. Manaf baru saja memaksanya menandatangani perjanjian baru, perjanjian yang begitu merendahkan dirinya. Dia merasa tidak berdaya dan dihina oleh suaminya. Di sebelahnya, Jasmin, ibunya, menatapnya dengan penuh simpati namun dengan wajah serius.
"Ibu, aku tidak bisa terima perlakuan Manaf ini. Ada sesuatu yang disembunyikannya. Aku yakin dia sedang berselingkuh dengan wanita lain." keluhnya kembali.
"Kamu mungkin benar, Nak. Seorang suami tidak akan bertindak sejauh ini tanpa alasan. Kita harus menemukan bukti. Kamu tidak bisa hanya duduk diam dan menerima perlakuan seperti ini." ucap Jasmin menatap putrinya dengan tajam.
Farisa mengangguk setuju, hatinya semakin panas.
"Aku ingin tahu siapa wanita itu, Bu. Kalau benar dia berselingkuh, aku akan hancurkan mereka berdua." ucap Farisa curiga.
"Baiklah, kita akan sewa detektif swasta. Dia akan mengikuti Manaf setiap hari dan mengawasi setiap gerak geriknya. Jika memang ada wanita lain, kita akan tahu." ucap Jasmin.
Farisa mengangguk, hatinya sedikit lega mengetahui ada rencana yang mulai terbentuk.
"Ya, kita perlu bukti. Aku tidak akan membiarkan Manaf menang." ucap Farisa.
Beberapa hari kemudian, detektif yang disewa oleh Jasmin dan Farisa mulai menjalankan tugasnya. Mereka menunggu laporan hasil pengintaian dengan cemas.
***
Seminggu berlalu, dan laporan yang mereka tunggu akhirnya tiba. Detektif itu duduk di depan mereka dengan map di tangannya, sementara Farisa dan Jasmin memandangnya dengan harapan besar.
"Setelah mengamati Manaf selama satu minggu penuh, saya tidak menemukan apa pun yang mencurigakan. Dia hanya pergi ke kantor, apartemennya, atau rumah. Tidak ada tanda tanda pertemuan dengan wanita lain." lapor detektif itu dengan memberikan gambar foto dan juga rekamanannya.
"Apa? Bagaimana bisa?!" ucapnya, kecewa dan marah.
"Apa kamu yakin? Kamu mungkin terlewat sesuatu. Coba periksa lagi!" pinta Farisa.
"Saya sudah mengikuti setiap gerakannya dengan teliti. Dia bahkan hanya ditemani oleh Olaf, orang kepercayaannya. Tidak ada interaksi yang mencurigakan dengan wanita lain." ucap Detektif itu menggelengkan kepala.
Farisa terdiam, merasa bingung sekaligus lega.
"Jadi… dia tidak selingkuh?" ucap Farisa ada kesenangan di hatinya, mungkin memang dia yang banyak prasangka buruk takut ketahuan aibnya di luar ketahuan Manaf.
"Itu tidak masuk akal. Manaf pasti menyembunyikan sesuatu. Tapi kalau detektif ini tidak menemukan apa apa, mungkin Manaf memang tidak berselingkuh." ucap Jasmin.
Farisa menghela napas panjang.
"Mungkin itu hanya keinginannya untuk menjaga jarak. Tapi aku tidak percaya begitu saja. Dia tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya." otaknya masih saja ada sedikit curiga.
"Untuk sekarang, kita biarkan saja dulu. Setidaknya kita tahu dia tidak bermain di belakangmu. Tapi jangan lengah, tetap waspada. Kalau dia memang ada wanita lain, kita akan tahu cepat atau lambat." jelas Jasmin.
Farisa mengangguk, sedikit lebih tenang.
"Baik, Bu. Tapi aku tidak akan berhenti mengawasi Manaf. Aku masih merasa ada yang tidak beres." akhirnya Farisa masih menyewa jasa detektif itu lagi.
"Kamu terus awasi kembali, infokan jika ada yabg mencurigakan," perintah Farisa.
"Baik, Nyonya," jawab detektif itu.
Di sisi lain, Manaf sebenarnya sudah menyadari bahwa dirinya sedang diikuti. Dia hanya tersenyum kecil setiap kali melihat seseorang mengikuti langkahnya.
"Mereka kira bisa memata matai aku?" lirihnya pelan. Olaf, yang juga mengetahui situasi ini, mengawasi dari jauh.
"Bos, sepertinya mereka cukup serius menyelidiki Anda. Apakah kita perlu melakukan sesuatu?" tanya Olaf.
"Tidak perlu. Biarkan mereka. Lagipula, mereka tidak akan menemukan apa pun. Aku ingin lihat sampai kapan mereka akan terus melakukannya." jelas Manaf.
Manaf memang sengaja tidak menunjukkan apa pun yang bisa membuat Farisa semakin curiga.
"Semakin lama mereka curiga, semakin lelah mereka sendiri." Dia yakin rencananya akan berjalan sempurna, dan sekarang waktunya menunggu momen yang tepat.
***
Sementara itu, di waktu yang berbeda, Jasmin mulai melihat perilaku aneh pada putrinya sendiri, Farisa. Suatu hari, saat sedang bersama di rumah, Jasmin menangkap Farisa sedang menerima pesan dari seseorang yang asing.
"Farisa, siapa yang kamu hubungi?" tanya Jasmin.
Farisa tergagap sedikit, lalu segera menyimpan ponselnya. "Oh, bukan siapa-siapa, Bu. Hanya teman biasa." jawab Farisa.
Namun, Jasmin merasa ada sesuatu yang tidak beres. Beberapa hari kemudian, dia tanpa sengaja melihat Farisa sedang bersama seorang pria muda, seorang brondong, di sebuah kafe. Mata Jasmin membelalak melihat putrinya tersenyum manis dan berbicara mesra dengan pria itu. Hatinya mulai was was.
Ketika Jasmin mendekati mereka, Farisa segera menyadari kehadiran ibunya. Wajahnya memucat seketika.
"Bu! Ini… ini tidak seperti yang Ibu kira!" jelas Farisa gagap.
Jasmin menatap tajam, tetapi dia mencoba menenangkan diri. "Farisa, apa yang kamu lakukan? Siapa pria ini?" tanya Jasmin.
"Ini… hanya teman, Bu. Aku hanya butuh seseorang untuk bicara. Jangan bilang ke Manaf, tolong." pintanya.
Jasmin menghela napas panjang, lalu menarik Farisa ke sudut ruangan untuk berbicara lebih serius.
"Farisa, kamu tahu ini sangat berbahaya. Kalau Manaf tahu tentang ini, dia tidak akan segan segan menghancurkan hidupmu. Kamu pikir kamu bisa bermain di belakangnya tanpa risiko?" cecar Jasmin yang memang mau aman dari segi finansialnya.
Farisa tampak cemas. "Bu, aku tidak bisa terus hidup seperti ini. Manaf tidak peduli padaku lagi. Dia sudah mengabaikanku selama ini. Aku hanya ingin merasa dihargai, itulah kenapa aku dekat dengan pria ini." jujurnya.
"Farisa, kamu bermain api. Aku tahu kamu kesepian, tapi kamu harus lebih hati hati. Manaf bukan orang yang bisa dianggap remeh. Untuk sekarang, kita simpan ini baik baik. Jangan biarkan Manaf tahu sampai kita yakin apa yang harus kita lakukan." ucap Jasmin menggelengkan kepalanya.
Farisa mengangguk dengan cepat, bersyukur bahwa ibunya tidak langsung marah.
"Baik, Bu. Aku akan lebih berhati hati." ucap Farisa.
Sementara itu, Manaf yang memang sudah mengetahui hubungan Farisa dengan pria brondong itu, sengaja tidak mengambil tindakan langsung. Dia memilih menunggu waktu yang tepat untuk menyelesaikan semuanya dengan cara yang lebih elegan.
"Aku akan membiarkannya bermain dulu, sampai saatnya aku hancurkan semuanya." ucap Manaf sendiri.
Di balik kesabarannya, Manaf sebenarnya sudah menyiapkan langkah langkah untuk mengakhiri permainan Farisa. Dia hanya perlu menunggu momen yang tepat untuk mengungkap semua kebohongan dan memutus hubungan tanpa ampun.
Jangan menangis dan memohon padaku lagi Farisa, kamu yang memang bukan selayaknya menjadi istriku. Sudah cukup baik bagiku selama ini membiarkanmu duduk dan menikmati status nyonya muda Omar. Dia sudah datang dan siap menggantikanmu, Mahreeen cintaku. Batin Manaf.
...****************...
Hi semuanya, baca yuk jangan nampung bab banyak ya. Ini udah mau masuk 20 Bab. Bantuannya ya temen temen kasih hadiah dan like yang banyak
Terima kasih.
bentar lagi up ya di tunggu
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.