NovelToon NovelToon
IJINKAN AKU MENCINTAIMU

IJINKAN AKU MENCINTAIMU

Status: tamat
Genre:Action / Romantis / Tamat / Contest
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?

Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.

Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.

Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.

Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.

bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.

Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.

menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

IJINKAN AKU MENCINTAIMU 29

Malam tiba. Keluarga Bramantyo datang mengenakan baju dengan warna sama yakni Navy dengan list abu-abu.

Sedang keluarga Ken Bima juga datang. Mereka juga mengenakan baju seragam berwarna abu-abu dengan list navy. Sedangkan Jaka mengenakan setelan jas berwarna navy.

Aira yang mengenakan gaun panjang warna navy, dengan bahu yang terbuka sangat pas dengan tubuhnya. Rambutnya ia gelung ke atas dan membiarkan riapan-riapan menambah kesan seksi.

Leher jenjang Aira dihiasi kalung emas berliontin ruby warna biru gelap. Sangat kontras dengan kulitnya yang putih mulus.

Tangannya melingkar dengan manis di lengan si pria. Netra Devan menyorot tajam pada pria yang melirik istrinya. Sungguh hatinya sangat dongkol. Jika diperbolehkan. Pria itu ingin sekali mencongkel semua netra yang mengagumi kecantikan wanita di sisinya ini.

Sementara itu, Aira yang tidak merasa jika Devan seposesif itu padanya, mengedarkan pandangannya berkeliling. Ia berdecak kagum atas gemerlapnya pesta yang diselenggarakan ini.

Suara MC menginterupsi bahwa acara akan dimulai. Sambutan demi sambutan mulai berlangsung. Posisi CEO Bramantyo grup masih dipegang oleh Rehan Bramantyo, ayah Devan. Penyerahan wewenang dan kekuasaan pun berpindah tangan. Rumah sakit terbesar ini kini sah di bawah kepemilikan Bramantyo grup co.

Riuh tepuk tangan memenuhi ballroom. Jepretan kamera wartawan tak henti menyoroti peristiwa bersejarah ini.

Setelah berbulan-bulan rumah sakit besar ini digosipkan gulung tikar, akibat masalah korupsi dan penyalahgunaan jabatan.

Rumah sakit Mitra Persada diambil alih oleh Bramantyo grup. Setelah semua permasalahan selesai bahkan para tersangka sudah ditangkap dan kini tengah menjalani persidangan.

Acara hiburan dimulai dengan menghadirkan para artis ternama ibukota.

Sepasang mata memperhatikan Aira. Seorang pria tampan dengan lesung pipit sedari tadi menatapnya dengan berani melangkah mendekatinya.

"Nona Aira?!" Panggilnya ragu.

Aira menoleh. Sedikit mengernyitkan dahi. Ia merasa ingat akan sosok yang kini menjulang di hadapannya. Beruntung, Aira sedang sendiri. Devan sudah berbaur dengan para koleganya berikut dengan Jaka juga Ken.

"Dokter Rendra?!" Ujar Aira mengingat pria di hadapannya ini.

Rendra mengangguk. "Nona sendirian?" Tanya Rendra bodoh.

"Tidak. Saya dengan suami saya," jawab Aira sambil menunjuk suaminya yang tengah berbincang-bincang.

Rendra melihat jari lentik yang menunjuk seorang pria yang berdiri agak jauh. Rendra menggaruk kepalanya yang tak gatal.

'Apa yang kau harapkan bodoh! Tentu dia kesini bersama suaminya!' makinya kesal pada diri sendiri.

Tiba-tiba sebuah suara memanggil Aira. Gadis itu mencari asal suara. Seorang gadis mengenakan mini dress berwarna abu-abu mendatangi mereka.

"Tiana!" Seru Aira sambil tersenyum lalu menghampiri sahabatnya.

Rendra ditinggalkan begitu saja. Pria itu hanya mengelus tengkuknya kikuk. Sambil menghela napas. Ia hanya memantau Aira saja.

Aira dan Tiana langsung berbaur tanpa canggung. Sesekali mereka tertawa lepas tanpa memperdulikan keadaan sekitar. Hal itu tak luput dari perhatian dua pria yang mengamatinya.

Tiba-tiba.

"BERHENTI SEMUA!" sebuah teriakan mengagetkan.

Mendadak dua orang pria bertubuh besar mengenakan topeng merangsek ke tengah pesta.

Semuanya berteriak panik. Devan langsung mencari Aira, sang istri. Tapi, karena kepanikan orang-orang. Aira dan Tiana malah terseret jauh dari pandangan Devan.

"Aira, Aira!" Teriak Devan.

Suara teriakan dan kepanikan membuat teriakan Devan kalah.

Dor!

Bunyi letusan senjata makin membuat panik para hadirin yang datang. Sebagian sembunyi di bawah meja.

"DIAM KALIAN SEMUA!" teriak penjahat itu.

Entah bagaimana, tiba-tiba Aira juga Tiana berada dalam sengakapan mereka.

Devan yang melihat itu langsung bergerak maju.

"JANGAN BERGERAK. JIKA TIDAK NYAWA MEREKA TARUHANNYA!" Devan menghentikan langkahnya.

Ken dan Jaka sudah berada di sisi Devan. Ketiga pria itu tampak mengeratkan kepalan tangannya.

"Apa maumu. Katakan!" Seru Ken menahan geram.

Ia sangat kesal. Baru kali ini dia merasa kecolongan. Masalahnya, ia yakin semuanya sudah ditangani pihak berwajib.

""BATALKAN TUNTUTAN. BEBASKAN TUAN GIO ABRAHAM!" ujar pria yang menyekap Aira.

Aira memutar matanya malas. Ia melirik Tiana, sahabatnya. Tiana mengerlingkan matanya.

Tiba-tiba.

KREK! terdengar bunyi tulang yang patah.

"AAARRGGHH! teriak keduanya kesakitan.

Aira dan Tiana menggunakan teknik pembalik kuncian. Lengan yang menghimpit mereka diputar dan disentak ke arah berlawanan dengan kekuatan penuh.

Dua wanita itu langsung membanting lawan ke lantai dan menginjak bahu dengan hak sepatu mereka yang runcing.

KREK! Kembali bunyi tulang yang patah, hingga membuat ngilu bagi yang mendengarnya. Ken sampai meringis. Pistol yang dipegang salah satu penjahat sudah terlepas dan mental entah kemana.

Kedua penjahat berhasil dilumpuhkan. Baru saja Devan bergerak maju. Tiba-tiba empat orang berpakaian ninja menyerang dua gadis yang telah melumpuhkan kawan-kawan mereka.

"Hup!" Teriak Aira mengelak sebuah serangan.

"Heeeaa!" Aira melakukan tendangan berputar dua kali.

Brak! Bug!

"Aaakh!" jeritan demi jeritan terdengar dari ke empat orang yang di pastikan laki-laki tersebut.

Buk! Buk! Buk!

Tiana melakukan gerakan tinju pada wajah salah satu penyerang. Tiba-tiba ia memutar tubuhnya dan ....

Buk!

Lawan terpelanting. Devan melihat salah satunya tengah menyiapkan bulatan. Devan sangat yakin itu adalah asap untuk mengelabui orang-orang agar tidak ada yang bisa menangkap mereka ketika melarikan diri.

Baru saja Devan hendak menahan orang itu melempar bola. Tiba-tiba tangan itu ditangkap oleh Aira.

Gadis itu memukul lengan orang itu dengan telapak tangannya. Terdengar lagi bunyi tulang patah.

Aira mengambil bola sebelum terjatuh ke lantai. Kemudian dengan cepat bola itu dimasukkan ke dalam mulut orang itu.

Dengan gerakan cepat. Aira menghajar leher pria tersebut hingga menelan bola tadi..

Ken mulai gerah. Empat laki-laki melawan dua wanita. Ia merasa tidak adil. Walau kedua wanita itu mampu mengalahkan empat penjahat itu. Tapi, sebagai laki-laki, ia merasa harga dirinya tercoreng.

Ken mulai menghajar salah satu pria yang melawan Tiana. Jaka ikutan maju. Sedangkan Devan hanya diam menonton.

Melihat penjahat mulai mendapat lawan yang seimbang. Aira dan Tiana menyingkir dari arena pertandingan.

Hanya dalam hitungan tiga menit. Sisa para penjahat berhasil dibekuk. Ke enamnya digelandang oleh para pengawal masuk ruang interogasi. Pistol diambil oleh Jaka dan dimasukkan kedalam plastik.

Nampak napas kedua gadis masih terengah-engah. Tiana menatap wajah Aira. Ada sedikit luka hingga darah menetes di kening sahabatnya itu.

"Keningmu terluka!" Ucapan Tiana berhasil mengagetkan Devan.

Kedua orang tua dan kedua adik Devan sudah diamankan begitu juga kedua orang tua Ken dan para pejabat serta kolega penting. Sebagian tamu pulang. Jaka mengintrogasi para petugas keamanan, sedang Ken membawa para penjahat ke ruang interogasi yang tersembunyi.

"Ayo kita ke rumah sakit!" Seru Devan panik.

"Tapi kita di rumah sakit, Sayang!' ujar Aira menghentikan langkah Devan yang menariknya.

Devan ternganga. Ia merasa Aira tadi memanggilnya sebutan sayang.

Aira yang tersadar, tiba-tiba wajahnya merona.

"Kau panggil aku apa tadi?!" Tanya Devan penuh dengan binaran cinta.

Tiana yang memandang dua sejoli itu memutar matanya malas.

"Ck ... sudah-sudah! Biar aku obati. Kebetulan aku dokter. Jadi kau bisa percaya padaku," ujar Tiana sedikit kesal.

Aira dan Devan memandang wajah kesal Tiana. Mereka berdua tersenyum jahil.

"Uluh-uluh ... kesian amat sih yang masih jomlo," ledek Aira, "Sayang ... Kamu kenalin dia ama salah satu temanmu bisa kan?"

Devan mendengar panggilan Aira hidungnya mulai kembang kempis.

"Ish ... buat apa!' sungut Tiana kesal.

"Biar kamu nggak jomlo, Beb!" Aira terkikik geli.

"Aauch!' tiba-tiba Aira mengaduh sakit. Tiana menyentuh luka di kening Aira sedikit keras.

"Hei ... Kau apakan istriku!" Bentak Devan.

Tiana tiba-tiba kaku. Baru kali ini ia mendengar bentakan pria yang menjadi suami dari sahabatnya itu. Kini dia yakin. Rasa takut Aira pada pria itu, adalah karena sifat dingin dan aura kejam yang dipancarkan oleh Devano Bramantyo.

"Sudah ... tidak apa-apa, Mas. Aku tidak apa-apa," ujar Aira menenangkan suaminya.

Devan menghela napasnya. Ingin sekali ia dipanggil sayang oleh istrinya seperti tadi. Tapi, tampaknya ia harus bersabar lagi.

Tiana menarik tangan Aira berjalan menuju ruangannya. Devan pun mengikutinya dari belakang.

Setelah mengobati wajah Aira. Aira bergantian mengobati buku jari Tiana yang lecet akibat memukuli penjahat-penjahat tadi.

"Badanku berasa remuk Ti!" Keluh Aira.

"Aku juga," ucap Tiana sambil menyender di kursi kebesarannya.

"Sepertinya, kita harus banyak latihan," ucap Aira.

Mendengar hal itu tentu membuat Devan menggeleng. Tentu saja membuat Aira membesarkan matanya.

"Ayo lah Sayang. Boleh ya," pinta Aira dengan wajah memelas.

Devan mengangkat alisnya. Kemudian ia tersenyum penuh arti. Aira menelan saliva. Ia sadar jika tadi baru saja memanggil suaminya dengan sebutan sayang.

"Boleh. Tapi dengan satu syarat," ucap Devan tegas.

"Syaratnya apa?" Kali ini Tiana yang bertanya.

Devan menggubris pertanyaan Tiana. Karena pria itu tidak menjawab pertanyaan sahabatnya. Aira mengulang pertanyaan Tiana.

"Syaratnya apa Mas?"

Sambil tersenyum Devan menjawab.

"Panggil aku sayang mulai dari sekarang!"

Bersambung

Duh aduh ... Babang Devan. Bisaaa aja yaa...

dobel up nih... boleh dong like and komentnya

1
Kooki
omo omo
kurnia rahayu
Luar biasa
karyaku
hi kak transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y
karyaku
hi kak transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y kk
chimmy rolika
ini cerita terlalu banyak flashbacknya jd agak membosankan
alurnya bagus,cm terlalu banyak flashbacknya
Henikurniaindah Harahap
menarik , ceritanya
Kooki
yg sy suka dr itu,visualnya bs di post lnsung ditmpat
Kooki
othor asli orang mana ya kok bahasa keponakan jadi kemenekan
Kooki
rindu rindu sebelumnya kmna aja bang
Kooki
gembul2 lucu tau
Kooki
curiga gw klo aira ank nya suryo
Euis Resmawati
Luar biasa
Safa Almira
suka
Ulfah Malufah
𝚔𝚘 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚚 𝚖𝚊𝚞 𝚖𝚞𝚗𝚝𝚊𝚑 𝚢𝚊 hhhhh
Jolanda Lengkey
sudah punya calon kali bu shintanya/Tongue/
Uthie
selamat ya Jak SDH mmbuat ku menitikkan air mata
Uthie
kok serem ya jadinya kluarga mreka
Jolanda Lengkey
pasti si tiana
Jolanda Lengkey
mulai suka deh alur ceritanya/Smile/
Uthie
kok kayak si Tania ya shbtnya Aira itu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!