Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Aku terbangun ketika mendengar sayup - sayup suara Adzan yang berkumandang, aku segera beranjak ke kamar mandi lalu mencuci muka. Setelah itu aku berwudhu lalu mengerjakan kewajiban 2 rakaat ku dengan khusuk.
Setelah selesai aku langsung turun ke bawah, aku melihat pintu kamar tamu yang di tempati mas Randi setengah terbuka. Aku melongok kan kepala ku ke dalam kamar, tampak mas Randi masih tertidur dengan nyenyak.
"Maaf kan aku mas, bukan bermaksud menolak kewajiban ku, tapi aku jijik mengingat kau sudah membagi tubuh mu dengan Mia!" Guman ku sambil berlalu ke belakang.
Aku langsung membuka pintu paling belakang, aku berjalan menuju gudang. Tujuan ku adalah membangun kan Mia, enak saja tidur jam segini. Dia harus menyiapkan sarapan untuk mas Randi, sementara untuk diri ku aku bisa menyiapkan nya sendiri.
"Mia, bangun Mia!" Aku berkata sambil mengetuk pintu gudang.
Hening, tak ada jawaban dari Mia dari dalam. Aku kembali menggedor pintu dengan kasar.
"Mia, cepat bangun Mia. Jangan tidur saja!" Teriak ku keras.
Seperti nya Mia memang sengaja tidak mau membuka pintu, mustahil jika dia tidak mendengar teriakan serta gedoran yang cukup kencang dari ku.
"Awas kau Mia, kau harus bangun!" Guman ku pelan.
Aku lalu dengan sengaja memutuskan aliran listrik menuju gudang, aku yakin Mia akan bangun karena dia tidak akan mau tidur dalam gelap dan pengap. Di dalam gudang tidak ada Ac, hanya ada kipas angin yang sudah tidak terpakai lagi. Tapi kipas itu masih bisa berfungsi dengan baik.
'Kita lihat saja Mia, seberapa lama kau bertahan di dalam gelap, pengap dan panas nya gudang!' Batin ku sambil tersenyum puas.
Aku kembali ke rumah, aku duduk santai di meja makan menunggu Mia. Aku sengaja membiarkan pintu dapur terbuka lebar, agar Mia bisa langsung masuk ke dapur.
"Duh, panas banget, mana gelap lagi!" Omel Mia sembari berjalan memasuki dapur dari pintu belakang.
"Rupanya bangun juga kau!" Aku menyambut Mia dengan senyum yang sengaja ku buat semanis mungkin.
"Kamu sengaja ya mematikan listrik di gudang?" Mia berkata sambil berkacak pinggang di hadapan ku.
"Memang nya kenapa? Apakah kau pernah merasa bahwa kau membayar listrik di rumah ini!" Aku balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan dari Mia.
"Kurang ajar kamu, berani nya kau Arin!" Teriak Mia dengan keras.
"Turun kan suara mu Mia, jika kau masih mau tinggal di rumah ku. Sekarang cepat buat sarapan untuk suami mu, jangan cuma tidur saja!" Aku memberi perintah pada Mia.
"Kamu bisa kan bikin sendiri, kenapa harus aku!" Mia tampak sewot dengan perintah ku.
"Karena bagi ku, kau adalah babu di rumah ini. Jadi jangan membantah, siap ka sarapan untuk mas Randi atau kau akan tahu akibat nya!" Aku mengancam Mia.
"Keterlaluan kau Arin, aku ini bukan pembantu mu. Aku juga istri nya mas Randi!" Mia tidak terima di sebut babu.
"Aku tidak perduli, bagi ku kalian cuma numpang di rumah ku. Jadi kalian harus ikut perintah ku jika masih mau tinggal di sini!" Aku segera berdiri.
Mia tampak tidak terima dengan perintah ku, dia berjalan sambil menghentak - hentak kan kaki nya sambil mulut nya komat - kamit se0erti mbah dukun yang sedang baca mantra. Tapi aku tidak perduli, aku segera kembali ke kamar ku. Aku ingin mandi dan bersiap, karena sebentar lagi aku harus pergi bekerja.
Setelah selesai mandi dan bersiap, aku segera turun ke bawah untuk sarapan. Aku lihat di meja makan hanya ada nasi goreng 2 porsi untuk sarapan.
"Ini untuk ku dan mas Randi, untuk mu silah kan buat sendiri!" Ujar Mia dengan ketus.
Aku hanya menanggapi ucapan Mia dengan sebuah senyuman, aku tidak berniat untuk makan sarapan buatan nya. Aku membuka lemari penyimpanan yang ada di dapur, lemari itu sengaja aku kunci dan kunci nya ada padaku dan juga pada bi Sri.
Aku mengambil 2 lembar roti tawar serta selai coklat, aku lalu memanggang roti itu di dalam alat khusus pemanggang roti. Mia memperhatikan ku dengan tatapan kesal, seperti nya dia juga ingin makan roti.
Sementara roti ku matang, aku membuat segelas susu coklat untuk diri ku sendiri. Semua bahan yang aku beli dengan uang ku aku simpan di lemari dan aku kunci, tidak akan ku biar kan Mia dan Mas Randi menyentuh nya. Mereka bisa makan dengan sayuran yang di beli dengan uang gaji nya mas Randi.
"Kamu keterlaluan banget Rin, kamu makan enak sementara aku dan mas Randi cuma kamu kasih makanan seadanya!" Mia protes dengan ku.
Aku mengambil roti panggang ku yang sudah matang, lalu aku mengoles selai coklat di atas nya. Aku sarapan dengan roti hangat dan juga segelas susu.
"Mau makan enak beli aja sendiri, lagian kan uang gaji nya mas Randi udah aku belikan sayuran yang ada di kulkas. Kalian silahkan makan aja itu, gak usah minta sama aku!" Jawab ku santai sambil mengunyah roti panggang ku yang masih hangat.
"Aku akan adukan semua nya pada mas Randi!" Ujar Mia dengan kesal.
Aku belum melihat mas Randi, mungkin dia masih bersiap. Hanya ada Mia yang sudah duduk di kursi meja makan sambil menatap ku dengan pandangan tak suka.
"Sarapan mas mana?" Tanya Mas Randi yang tampak sudah rapi dengan pakaian kebanggaan nya.
"Ini mas, aku udah masakin buat mas. Gak seperti dia, yang cuma mentingin perut sendiri!" Mia berkata sambil menunjuk ku dengan mulut nya.
Aku tidak perduli, aku menerus kan sarapan ku dengan santai. Biar kan Mia yang melayani mas Randi, aku tahu ini salah. Tapi rasa sakit dan kecewa yang mas Randi berikan pada ku membuat ku tidak bisa lagi bersikap baik pada nya.
"Apaan ini!" Teriak mas Randi sambil memuntahkan nasi goreng yang sudah dia masuk kan ke dalam mulut nya.
Mas Randi langsung meneguk air putih yang sudah di siap kan oleh Mia hingga separuh, muka nya tampak kesal setelah menyuap kan sesendok nasi ke dalam mulut nya.
"Ada apa mas?" Tanya Mia yang urung menyuap kan nasi goreng itu ke dalam mulut nya.
"Siapa yang masak nasi ini?" Tanya Mas Randi.
"Gundik mu!" Jawab ku santai.
"Coba kamu rasakan masakan mu!" Perintah mas Randi sambil menunjuk kan nasi yang ada di hadapan nya.
Mia mengambil sesendok nasi itu dan menyuap kan ke dalam mulut nya, tapi baru saja masuk dia mendadak memuntah kan nasi itu keluar dari mulut nya.
"Asin banget!" Ujar Mia sambil meminum air di dalam gelas.
"Rin, siap kan sarapan buat aku. Aku mau sarapan dengan roti panggang saja!" Mas Randi beralih pada ku.
"Uang dari mu cuma cukup buat beli beras sama sayuran aja mas, gak cukup kalau buat beli roti juga!" Jawab ku sambil mengelap mulut ku dengan tisue karena aku sudah selesai sarapan.
"Ayo lah Rin, aku harus sarapan, aku mau pergi ke sekolah!" Ujar mas Randi dengan wajah kesal.
"Uang nya mana? Biar nanti aku bisa beli roti dan perlengkapan nya buat sarapan mas besok pagi!" Aku menadah kan tangan ku pada Mas Randi.
"Rin, kamu sarapan roti tadi ada, kenapa buat aku harus pake uang dulu?" Mas Randi bertanya dengan kesal.
"Karena tidak ada yang gratis di dunia ini, uang mu cuma cukup beli sayur dan beras. Jadi jangan minta pada ku kalau mau makan enak!" Balas ku sambil meraih tas kerja ku dan pergi meninggal kan dua sejoli yang tampak sangat kesal pada ku.
Aku tidak perduli mas Randi mau sarapan dengan apa, aku memanas kan mesin mobil ku sejenak. Bertepatan dengan waktu itu, Bu Sri sudah tiba di rumah ku. Pelajaran untuk Mia akan di lanjut kan oleh Bi Sri, pembantu ku itu sangat benci dengan yang nama nya pelakor karena dulu suami nya juga di gondol pelakor.