Kinara, seorang gadis berusia 24 tahun, baru saja kehilangan segalanya, rumah, keluarga, dan masa depan yang ia impikan. Diusir ibu tiri setelah ayahnya meninggal, Kinara terpaksa tinggal di panti asuhan sampai akhirnya ia harus pergi karena usia. Tanpa tempat tujuan dan tanpa keluarga, ia hanya berharap bisa menemukan kontrakan kecil untuk memulai hidup baru. Namun takdir memberinya kejutan paling tak terduga.
Di sebuah perumahan elit, Kinara tanpa sengaja menolong seorang bocah yang sedang dibully. Bocah itu menangis histeris, tiba-tiba memanggilnya “Mommy”, dan menuduhnya hendak membuangnya, hingga warga sekitar salah paham dan menekan Kinara untuk mengakui sang anak. Terpojok, Kinara terpaksa menyetujui permintaan bocah itu, Aska, putra satu-satunya dari seorang CEO muda ternama, Arman Pramudya.
Akankah, Kinara setuju dengan permainan Aksa menjadikannya ibu tiri atau Kinara akan menolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Rudi baru saja pergi, pintu ruang kerja tertutup rapat. Arman menatap map terakhir di meja sebelum akhirnya menarik napas berat yang jarang sekali ia biarkan keluar begitu saja.
Sudah malam, rumah itu sunyi, hanya terdengar detik jam dinding dan gemerisik AC. Arman memutuskan keluar dari ruang kerjanya.
Roda kursinya menggeser pelan di lantai marmer, suaranya nyaris tidak terdengar. Ia bukan tipe pria yang suka menelusuri rumah biasanya ia akan tetap terkurung di dalam ruang kerjanya sampai dini hari. Tapi entah kenapa malam ini ia ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Atau mungkin ingin memastikan wanita itu tidak membuat masalah lagi.
Saat Arman melewati ruang keluarga, langkah rodanya melambat. Matanya langsung menangkap pemandangan yang membuatnya terdiam.
Di atas sofa panjang yang empuk, Kinara tertidur dengan kepala miring, wajahnya damai. Rambutnya terurai sedikit berantakan, pipinya tersandar pada tangan. Selimut tipis menutupi tubuhnya. Dan tepat di dada Kinara, Aksa terlelap tangan kecilnya menggenggam baju Kinara erat, seolah takut wanita itu akan hilang jika dilepas.
Pipinya menempel di perut Kinara, bernapas pelan, tenang sesuatu yang sangat jarang terjadi sejak kecelakaan Arman dulu.
Ada sesuatu di dadanya yang aneh sesuatu yang ia coba tepis selama ini. Bukannya melunak, rasanya justru menegangkan. Seperti ada rasa yang menekan kuat, membuatnya sulit bernapas.
'Kenapa mereka terlihat begitu … cocok?'
Arman menggeleng kecil, menepis pikiran itu. Tentu saja mereka cocok, Aksa selalu melekat pada siapa pun yang memberinya sedikit kasih sayang. Anak itu terlalu rapuh. Tapi tetap saja, ketika melihat tangan kecil itu menggenggam Kinara seerat itu ada sensasi asing menusuk dadanya.
Arman memajukan kursinya beberapa sentimeter, berhenti tepat di depan sofa.
Ia menatap wajah Kinara, wanita yang berani membentaknya di rumah ini. Wanita yang tidak pernah tunduk padanya. Wanita yang membuat Aksa tersenyum lagi. Tiba-tiba, Aksa meringis kecil dalam tidurnya. Seperti mimpi buruk kecil. Tangannya mencengkeram lebih kuat.
Kinara membuka mata perlahan, lelah dan setengah sadar. Begitu melihat Arman, ia terkejut setengah mati.
“A-ah! Bapak Arman! Aku … aku tertidur…” bisiknya panik, langsung ingin bangun.
“Diam,” kata Arman singkat.
Kinara membeku.
“Kalau kau bangun, dia juga akan bangun,” lanjut Arman pelan, matanya mengarah ke Aksa. Kinara menelan ludah, perlahan kembali bersandar. Tatapannya bergeser gelisah, merasa dipelototi.
Arman menarik napas. “Dia sudah lama tidak tidur setenang ini.”
Kinara mengerjap, tidak tahu harus membalas apa. Lalu sesuatu yang tidak pernah terjadi pun keluar dari mulut Arman.
“Terima kasih.”
Kinara sontak menatapnya, matanya melebar, wajahnya tidak percaya. Arman sendiri langsung menoleh ke arah lain, seolah menyesal mengatakan hal itu. Ia memajukan roda kursinya, hendak pergi. Namun sebelum benar-benar keluar, ia berkata tanpa menoleh,
“Mulai besok, pindah tidur ke kamar Aksa. Dia tidak boleh tidur sendirian.”
Kinara memandangnya lama. “Karena aku pengasuhnya, kan?”
Tiba-tiba Arman berhenti, bahunya menegang. Lalu suaranya terdengar rendah, nyaris seperti bisikan,
“Karena kau … ibunya sekarang.”
Kinara terdiam, Arman tidak menunggu respons. Ia langsung pergi, meninggalkan Kinara dengan wajah yang sulit ia jelaskan wajah kaget, tersentuh, dan bingung dalam satu waktu.
Sementara di dadanya, Aksa kembali memeluk erat wanita itu seolah memastikan ia tidak akan pergi ke mana pun. Ada senyum kecil yang terukir di bibir Kinara.
pilih yg pasti pasti Ajja Arman..
yg sudah jelas tulus tanpa syarat 👍👍
jangan dekat dekat mantan itu ibarat sampah.....masa iya kamu mau tercemar dengan aroma nya yang menjijikan....
Kini kalian telah menjadi satu...,, satu hati,, satu rasa dan satu pemikiran. Harus saling percaya dan jujur dgn pasangan,, karna ke depannya si Mak Lampir ibu kandungnya Aksa akan merongrong ketenangan,, kedamaian dan kebahagiaan keluarga kalian.
Waspada lah ....