Harap Bijak Dalam Membaca!! Jika Tidak suka langsung di skip Aja jangan Meninggalkan jejak yang akan menyakiti Hati Author.
.................
Hidup hanya dengan Seorang Nenek Membuat Gadis berusia Delapan Belas tahun Nekad mengambil Jalan Pintas
Kanaya Menjual Rahimnya kepada seorang Pria " Aku akan Membayar mu 1M Asal Kamu mau Hamil Anakku, Setelah kamu Melahirkan kamu bebas pergi kemana saja asalkan Tidak menampakkan diri di hadapan anakku karena setalah anak itu lahir ia akan menjadi Anakku dan juga istriku "
Hati Kanaya merasa di remas kenapa dirinya harus di hadapkan dengan keadaan yang sangat sulit seperti ini, Walaupun Kanya ragu tapi Karena ini demi sang Nenek Dengan terpaksa Kanaya Menerima Tawaran itu
" Baik, Saya terima tawaran Anda tapi Anda harus menikahi saya dulu karena saya tidak ingin hamil di luar nikah "
" Dil "
Bagai mana Nasib Kanaya selanjutnya dan Apa Kanaya akan Mendapatkan kebahagiaan? Yuk simak..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEBENARAN I
Setelah kejadian tadi pagi Kanaya lebih memilih menyibukkan diri di dapur, Kanaya membuat bermacam-macam kue dengan kreasi yang sangat cantik-cantik daripada harus memikirkan nasib hidupnya yang entah akan seperti apa kedepannya, apalagi Kanaya saat ini sadar bahwa dirinya hanyalah sebatas pelampiasan dan juga wanita yang dibayar untuk mengandung anak orang lain.
Jika terus dipikirkan, sedih Dan terpuruk, akan membuat dirinya sakit dan sampai kapan seperti itu, Anggap saja ini adalah salah satu perjalanan untuk Kanaya menuju kebahagiaannya.
" Nona ini bolunya sangat cantik-cantik sekali " Puji Sari yang melihat bolu buatan Kanaya yang begitu cantik-cantik
" Mbak bisa aja, Lagian aku juga kan belajar dari Mbak " Jawab Kanaya sambil tersenyum
" Tapi ini lebih cantik dari buatanku Non. Oh iya Non, ini semua akan dibawa kemana? " Tanya Mbak sari
" Aku rencananya akan jual online Mbak. Kan Lumayan hasilnya daripada aku hanya diam-diam saja "
Mbak Sari sedikit berpikir lalu ia menganggukkan kepalanya " Boleh Non, itu bukan ide yang buruk " Kata Mbak sari " Lagian kita kan dibebaskan bolak-balik Lewat Pintu Belakang jadi kita bisa mengantarnya lewat sana "
Kanaya tersenyum " Itu sudah aku pikirkan Mbak, kita akan mengirim orderan orderan kuenya melalui pintu belakang "
" Ya sudah kalau gitu Mbak bantu ya "
" Iyah Mbak " Jawab Kanaya yang langsung melanjutkan pembuatan bolu dan kuenya. Kanaya akan menyetop beberapa bolu dan kue-kue Jadi jika nanti ada pesanan tinggal kirim saja tanpa harus menunggu membuatnya dulu.
Kanaya dan Mbak Sari begitu antusias membuat bolu dan juga kue apalagi ini adalah bisnis pertama yang akan dijalani oleh mereka.
Sedangkan di kantor, Karan sekarang tidak bisa fokus dalam pekerjaannya karena iya terus kepikiran terus dengan Kanaya yang terlihat Sedih ketika ia ditinggalkan tadi pagi. " Apa yang sudah aku pikirkan, Kenapa aku terus memikirkannya Bukannya aku tidak mencintainya dan hanya menginginkan anaknya tapi kenapa sekarang aku malah sering merindukan wanita itu " Keluh Karan
Karan menggelengkan kepalanya ia ingin fokus dalam pekerjaannya dan menyelesaikan semua pekerjaannya dengan waktu cepat karena ia juga harus mengurus Wenda yang sedang merajuk kepada dirinya. Di satu sisi karan begitu merindukan istri Barunya tapi di sisi lain dirinya juga harus memikirkan perasaan istri pertamanya apalagi dirinya begitu mencintai Wenda.
Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya Karan langsung siap-siap untuk pergi, iya mengambil jas dan juga kunci mobil yang akan dia gunakan
" Tuan, Anda mau pergi kemana? " Tanya Bams
" Aku akan pergi menemui istri pertamaku, aku harus meminta maaf atas apa yang telah tadi Aku lakukan kepadanya " Jawan Karan tanpa menoleh
Bams Mengerutkan keningnya " Tapi Tuan, Anda mau menyusul Nyonya Wenda ke mana? Karena setahu saya Nyonya Wenda saat ini sedang pergi ke luar negeri bersama teman-temannya " Ucap Bams yang membuat langkah Karan berhenti
" Apa maksudmu? Istriku pergi ke luar negeri lalu aku tidak mengetahuinya? " Tanya Karan kepada Bams
" Benar Tuan, Nyonya Wenda telah pergi ke luar negeri bersama teman-temannya dan penerbangannya pun baru satu jam yang lalu " Jawan Bams " saya pikir Tuan sudah tahu makanya saya tidak... "
Karan mengangkat sebelah tangannya, memberikan tanda agar Bams diam lalu ia tetap melangkah pergi meninggalkan perusahaan.
Entah apa yang dirasakan Karan saat ini, Iya merasa kesal marah karena sikap istri pertamanya itu tidak pernah bisa berubah. Pergi seenaknya tanpa seizin dirinya
Di dalam mobil Karan memukul setir mobil " Apa yang ada di pikiranmu Wenda. Kamu marah kepadaku gara-gara aku tidur bersama istri keduaku padahal kamu tahu sendiri aku melakukan ini semua demi kamu demi rumah tangga kita " Geram Karan " kalau sikapmu terus begini bisa-bisa aku benar-benar melepaskanmu dan mempertahankan istri keduaku " Gumam Karan yang langsung menyalakan mesin mobil dan berlaju begitu saja
Karan tidak memiliki tujuan ia bingung harus pergi ke mana namun dipikirannya saat ini ia ingin menemui istri keduanya.
Sesampainya di rumah karena langsung melangkah ke Paviliun dan mencari istri keduanya. Di depan Paviliun Karan bisa mencium bau wangi " Wangi Apa ini? " Gumam Karan yang langsung melanjutkan untuk masuk ke dalam Paviliun.
Karan melihat istri kecilnya yang sedang sibuk di dapur lalu ia berjalan dan..
Grep..
" Aahhh... " Jerit Kanaya yang terkejut karena tiba-tiba saja ada tangan melingkar di perutnya
" Biarkan begini sebentar " Karan menaruh kepalanya di pundak Kanaya " Aku ingin begini sebentar. aku mohon "
Kanaya membiarkan Karan untuk memeluk dirinya. Ini adalah pertama kalinya Karan memohon Kepada dirinya " Ada apa, apa hari mu kurang baik? "
" Anggap aja seperti itu " jawab Karan pelan
Kanaya memutarkan tubuhnya agar mereka bisa Saling pandang " kalau begitu duduklah, biar aku buatkan teh hangat agar bisa menenangkan kamu " Kata Kanaya yang langsung dibalas anggukan oleh karan.
Mungkin Kanaya seperti wanita yang naif, di satu sisi dirinya ingin menghindar dari suaminya dan tidak ingin terlibat lagi dalam perasaannya karena ia takut jika perasaannya semakin dalam dan tidak bisa melepaskannya, namun di sisi lain Kanaya masih menjadi seorang istri, ini adalah kewajiban seorang istri untuk melayani dan juga menghormati suaminya.
" Ini minum dulu, dan cobalah bolu ini, ini aku yang buat " kata Kanaya yang menaruh satu gelas teh dan juga bolu buatannya
Kanaya duduk di kursi yang kosong " Kenapa kamu jam segini sudah pulang? " Tanya Kanaya
Karan meminum teh yang dibuat oleh istri keduanya ini lalu ia menaruhnya kembali " Aku merindukanmu " Jawab Karan
Kanaya tersenyum kecil entah ia harus senang atau bagaimana mendapatkan ucapan manis dari suaminya " Apa itu tulus dari hati? " Tanya Kanaya
" Terserah kamu mau percaya atau tidak namun itulah yang sedang saya rasakan saat ini " Jawab Karan yang memegangi tangan Kanaya.
" Bagaimana mungkin aku percaya dengan ucapanmu sedangkan aku hanyalah wanita pembuat Anak kalian "
Kanaya tidak ingin masuk kedalam perangkap suaminya lagi sudah cukup semalam ia melupakan perjanjian yang dibuat olehnya dan juga suaminya.
" Jangan pernah katakan itu karena sampai kapanpun kamu akan tetap menjadi istriku, Ibu dari anak-anakku "
Deg..
Jantung Kanaya berdegup cepat ia tidak memalingkan pandangannya dari pandangan Karan " Apa aku harus percaya dengan ucapannya atau... " Gumam Kanaya dalam hati
" Jika itu memang benar aku turut senang tapi jika itu hanya angan-angan lebih baik Jangan diucapkan karena aku tidak ingin berharap lebih " Ucap Kanaya
" Jika kamu menganggap aku bohong dan hanya memberikan harapan palsu maka kau akan buktikan kepada kamu bahwa aku Benar-benar ingin kamu menjadi Ibu dari anak-anakku "
" Jangan begini Karan, Kamu Milik Nyonya Wenda Aku tidak ingin menyakiti wanita lain "
" Jangan sebut nama wanita itu, Jika dia peduli padaku Dan jika dia menghargai ku mungkin dia tidak akan pergi tanpa seizinku. Kamu tahu kenapa aku bisa yakin kamu akan menjadi Ibu dari anak-anakku? " Tanya karen yang langsung dibalas dengan oleh Kanaya
" Karena kamu jauh lebih menghargai aku daripada Wenda. Kamu seperti istri sesungguhnya. Apapun yang kamu lakukan kemanapun kamu akan pergi kamu selalu meminta izin kepadaku walaupun aku tidak pernah membalas pesan darimu dan kamu juga selalu bilang terima kasih ketika aku melakukan sesuatu hal untukmu padahal bagiku itu tidak seberapa dengan apa yang aku lakukan kepada Wenda " Karan benar-benar berkata jujur itulah yang ia rasakan dan itulah perbedaan Wenda dengan Kanaya
Kanaya tidak berkedip dia masih mencari kejujuran di kedua mata Karan. Kanaya tidak menyangka jika Karan akan berkata seperti itu dan membanding-bandingkan dirinya dengan Wenda, Kanaya pikir Wenda selama ini selalu memperlakukan Karan dengan spesial karena karena ia bisa melihat jika karena begitu mencintai Wenda.
" Kamu tahu, kamu jauh lebih baik daripada Wenda. Aku berucap seperti ini karena memang itu adanya " Kata Karan menyakinkan Kanaya " mungkin kamu akan berpikir aku berucap seperti ini untuk menjelek-jelekkan Wenda di depan kamu untuk kamu luluh kepadaku tapi bagiku itu adalah kenyataannya. Di dekat kamu aku merasakan memiliki istri sesungguhnya "
" Karan " Kata Kanaya yang tidak memalingkan pandangannya dari Karan
" Aku butuh kamu untuk tetap berada di sisiku "
" Itu tidak mungkin Karan. Kita sudah membuat perjanjian bahwa aku akan pergi setelah anak ini lahir dan memberikannya kepada kamu " Ucap Kanaya
Karen menggelengkan kepalanya " Itu hanya sebuah kertas aku bisa merobeknya saat ini juga " Kata Karan
Kanaya benar-benar tidak menyangka jika Karan akan berkata seperti itu, Kanaya seperti tidak melihat sosok Karan yang angkuh sombong dan juga tegas namun ia malah melihat Karan yang lemah.
" Karan Aku mohon jangan seperti ini, Aku tidak ingin berharap lebih darimu "
" Apa kamu tidak mencintaiku? " Tanya Karan dengan Tatapan yang serius kepada Kanaya
Kanaya membulatkan kedua matanya lalu memalingkan pandangannya ke arah lain " bohong kalau aku tidak mencintaimu karan. walaupun aku ini hanya wanita pencetak Anak untukmu tapi aku juga mempunyai perasaan " Jawab Kanaya
Karan tersenyum " Namun walaupun begitu Aku tidak ingin menyakiti wanita lain karena aku bisa merasakan bagaimana sakitnya dikhianati oleh orang yang kita sayang "
" Kamu boleh berkata seperti itu sekarang tapi suatu saat nanti aku akan benar-benar membuat kamu menjadi Nyonya Karan yang sesungguhnya dan juga Ibu dari anak-anakku " Karan mengecup punggung tangan Kanaya.
Tes..
Pertahanan air mata Kanaya akhirnya runtuh juga, Kanaya menitihkan air matanya " Jika ini mimpi Aku mohon jangan bangunkan aku karena ini terlalu manis " Batin Kanaya
Karan menghapus air mata yang jatuh di pipi Kanaya lalu Iya memeluk Kanaya dan mengelus kepala Kanaya " Aku tidak akan membiarkan kamu menitihkan air matamu lagi. walaupun kamu akan menangis cukup itu adalah tangisan bahagia " Kata Karan Mengecup Kening Kanaya.