Ciara lemas setengah mati melihat garis dua pada alat tes kehamilan yang dipegangnya. Nasib begitu kejam, seolah perkosaan itu tak cukup baginya.
Ciara masih berharap Devano mau bertanggung jawab. Sialnya, Devano malah menyuruh Ciara menggugurkan kandungan dan menuduhnya wanita murahan.
Kelam terbayang jelas di mata Ciara. Kemarahan keluarga, rasa malu, kesendirian, dan hancurnya masa depan kini menjadi miliknya. Tak tahan dengan semua itu, Ciara memutuskan meninggalkan sekolah dan keluarganya, pergi jauh tanpa modal cukup untuk menanggung deritanya sendirian.
Di jalanan Ciara bertaruh hidup, hingga bertemu dengan orang-orang baik yang membantunya keluar dari keterpurukan.
Sedangkan Devano, hatinya dikejar-kejar rasa bersalah. Di dalam mimpi-mimpinya, dia didatangi sesosok anak kecil, darah daging yang pernah ditolaknya. Devano stres berat. Dia ingin mencari Ciara untuk memohon maafnya. Tapi, kemana Devano harus mencari? Akankah Ciara sudi menerimanya lagi atau malah akan meludahinya? Apakah Ciara benar membunuh anak mereka?
Apapun risikonya, Devano harus menerima, asalkan dia bisa memohon ampunan dari Ciara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeni Erlinawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngidam
Sesuai apa yang ia katakan tadi. Saat Ciara telah sampai di rumah kontrakannya, ia langsung membuat susu hamil dan meminumnya sampai tandas. Setelah itu ia baru membersihkan tubuhnya yang sudah lengket karena keringat yang ia keluarkan selama bekerja tadi.
Tak berselang lama aktivitas di dalam kamar mandi pun telah usah. Kini wajah yang tadinya sayu berubah menjadi segar kembali.
Ciara mendudukkan tubuhnya diatas kasur sembari mengelus perutnya.
"Semakin lama perut aku akan bertambah besar dan saat itu juga aku gak mungkin menyembunyikan keadaanku dari bos maupun Olive. Jika mereka tau aku pasti akan dipecat. Kalau aku dipecat gimana dengan nasibku dan anakku nantinya. Kalau aku mengandalkan uang tabunganku itu gak mungkin karena lama kelamaan akan habis juga dan bagaimana biaya melahirkanku nanti," pikir Ciara.
"Apa aku buat usaha kecil-kecilan aja ya? itung-itung buat nambah penghasilan dan hanya buka saat aku udah pulang dari cafe karena kan dua bulan lagi usia kandunganku juga sudah memasuki bulan keempat yang kemungkinan perut udah kentara dan tak mungkin aku sembunyikan dari orang lain," sambung Ciara.
"Oke fiks aku mau buka usaha mulai minggu depan. Tapi usaha apa?" Ciara termenung sesaat hingga ide berliannya mendadak muncul.
"Ah aku tau. Buka toko bunga sama kue aja kali ya. Modalnya juga gak terlalu banyak. Toh lahan di belakang juga luas untuk nanam bunga nantinya. Kebetulan ini rumah juga disamping jalan raya dan gak jauh dari sini ada tempat wisata. Siapa tau kan usaha ini berhasil, harus aku coba fiks," ucap Ciara mantap. Ia kemudian merancang rencana usahanya nanti.
Setelah merasa cukup puas dengan rencananya, Ciara merebahkan tubuhnya hingga tak terasa mata lentiknya perlahan menutup dan membawa Ciara kealam khayalan yang begitu indah.
...*****...
Beralih ke negara Indonesia. Devano kini tengah berkumpul bersama teman-temannya yang lain ditempat yang selalu dihiasi dengan hingar bingar kehidupan malam dengan iringan musik DJ yang selalu menggema.
Sebatang rokok pun selalu bertengger disela jari telunjuk dan tengah. Sesekali ia menyesap asap nikotin dan menghembuskan secara perlahan.
"Selama seminggu ini kok gue gak lihat bebeb gue di kampus ya," ucap Zidan.
"Bebeb lo yang mana njir? Semua cewek yang menurut lo bening dikit lo panggil bebeb gak sekalian bebek gitu," tutur Kevin.
"Ck kalau yang ini beneran bebeb gue si Ciara temennya Rahel." Mereka semua yang ada disana membeo kecuali Devano yang acuh dengan obrolan mereka.
"Gue juga saat ketemu Rahel yang biasanya nempel kayak prangko sama Cia, sekarang malah kemana-mana cuma sendiri di kampus. Mau nanya sama Rahel takutnya banyak cewek yang ngefans sama gue malah ngehujat dan bully Rahel kan kasihan dia." Kevin yang mendengar celotehan dari Vino langsung melemparkan kulit kacang kemuka Vino.
"Anjir, ganteng kagak PDnya melebihi langit ketujuh."
"Heh gue ganteng ya," sangkal Vino.
"Kata Mak Lo aja bangga."
"Setidaknya kan sudah diakui wanita paling cantik sedunia," ujar Vino. Kevin dan Zidan memutar bola matanya malas.
Mereka bertiga terus bercanda gurau hingga suara Devano menghentikan suara mereka.
"Beliin gue batagor!" perintahnya yang membuat ketiga sahabatnya mengernyitkan dahinya.
"Hah batagor? Mohon maaf ya bapak Devano, ini udah jam setengah 11 malam dimana coba belinya. Kalau mau cari batagor tuh biasanya pagi sekitar jam 9 bukan jam segini," tutur Zidan.
"Gue maunya sekarang." Devano mengalihkan pandangannya hingga tatapan tajamnya menghunus mata ketiga temannya.
Zidan yang ditatap lebih ganas pun nyalinya menciut seketika.
"Mau cari dimana?" bisik Vino sembari menyenggol lengan Zidan.
"Mana gue tau ngap. Kalau malam gini bukan abang-abang yang jualan tapi mbak kun. Ya kalau wajahnya cantik gak masalah tapi kalau ketemunya yang menyeramkan....mending lo aja yang beliin gue sih ogah," jawab Zidan juga dengan bisikan.
"Gak usah bisik-bisik. Kalian berdua yang beli sekarang dan harus dapet gimanapun caranya!" Zidan dan Vino melongo tak percaya.
"Ck besok aja lah Dev. Gak bisa apa nahan bentar aja?"
"Gak. Cepetan cari sana jangan banyak bacot! atau kalau gak kalian bayar sendiri nih minuman sama makanan yang lo berdua pesan." Zidan dan Vino menghela nafas berat. Mau tak mau ia harus menuruti perintah Devano daripada nanti ia akan menjadi laki-laki malam untuk melayani para wanita hidung belang karena tak sanggup membayar apa yang ia pesan tadi. Dengan rasa malas dua orang tersebut segera beranjak dari duduknya.
Zidan mengusap wajahnya saat mereka berdua telah berada di mobil miliknya yang mulai menelusuri jalanan yang sudah sepi.
"Sumpah ya si Devan tuh akhir-akhir ini kalau mau sesuatu harus hari itu juga dia dapatkan. Mana mintanya yang aneh-aneh lagi diwaktu yang gak tepat pula kan buat pusing orang yang nyariin kemauan dia." Vino yang mendengar ocehan dari Zidan pun mengangguk setuju.
"Kemarin mau gudeg tapi gudegnya yang asli Jogja. Sekarang mau batagor tapi ditengah malam gini. Besok dia mau apa lagi coba? Jangan sampai dia pengen makan gurita yang masih fresh dan kita yang akan jadi tumbal buat nyebur ke laut. Mana gue phobia lagi sama laut yang ada belum nyebur gue udah end duluan," ujar Vino.
"Nasib kita gini amat ya Vin." Vino menganggukkan kepalanya lagi dan lagi untuk menjawab ucapan Zidan.
Sudah hampir satu jam mereka berdua mencari kedai yang menjual batagor namun tak satupun kedai yang mereka singgahi menjual makanan tersebut.
"Dahlah gue gak tau lagi mau cari kemana," ucap Zidan yang mulai menyerah.
"Kita coba cari ke kedai depan itu siapa tau ada. Tapi kalau gak ada kita balik aja," ujar Vino. Zidan pun melajukan mobilnya sampai didepan kedai yang menjadi penentuan nasibnya.
Saat melangkah masuk ke kedai tersebut banyak pasang mata yang menatap mereka namun setelah itu kembali ke makanan dan minuman yang ada di depan mereka masing-masing.
Mata Zidan dan Vino berbinar saat mata mereka menatap menu yang tertera di area kasir.
"Bro, batagornya masih kan?" tanya Vino.
"Bentar aku cek ke belakang dulu." Penjaga kedai tersebut nampak melangkahkan kakinya menuju dapur dan setelah beberapa menit ia kembali.
"Maaf bro, batagornya udah habis."
"Yahhhhh," keluh mereka berdua.
"Ya udah deh thanks ya bro." Baru beberapa langkah mereka menjauh, suara teriakan sang penjaga kedai menghentikan langkahnya.
"Bentar bro." Mereka berdua membalikan tubuhnya menghadap kembali ke penjaga kedai.
"Kenapa?" tanya Vino.
"Ternyata batagornya masih nih tapi cuma satu porsi dong." Vino dan Zidan saling menatap dan segera berlari menghampiri penjaga kedai tersebut.
"Gak papa bro. Satu porsi aja udah cukup menyelamatkan nyawa kita berdua." Penjaga kedai tersebut nampak bingung namun akhirnya membungkukkan batagor tersebut dan menyerahkannya ke Zidan.
"Thanks bro. Kembaliannya buat lo," ucap Vino sembari menyerahkan uang seratus ribu dan setelah itu ia bergegas menyusul Zidan yang lebih dulu masuk kedalam mobil.
love you sekebon /Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
kayak mo nggruduk apa gitu serombongan si berat /Smirk//Smirk/