Rinda mengenalkan sahabatnya yang bernama Dita dengan Danis, kekasihnya. Sikap dan kebiasaan Danis berubah, setelah Rinda kenalkan pada Dita. Tidak ada lagi Danis yang selalu ada disetiap Rinda membutuhkannya. Karena setiap kali Rinda butuh Danis, pria itu selalu bersama Dita.
Rinda menyesal mengenalkan Dita pada Danis. Rinda tidak menyangka orang terdekatnya akan mengkhianati dirinya seperti ini.
Puncak penyesalan Rinda, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Danis dan Dita masuk ke dalam hotel sambil menautkan jari-jari tangan mereka. Kebetulan Rinda sedang bersama Keenan, pria yang baru saja menjadi temanya. Rinda tidak tahu, jika Keenan adalah calon suami Dita.
Bagaimana sikap Rinda selanjutnya pada Danis dan Dita?
Keputusan apa yang akan dipilih Rinda tentang hubungannya dengan Danis
Bagaimana sikap Rinda pada Keenan, setelah tahu pria itu calon suami Dita?
Yuk simak cerita 'MENYESAL' selengkapnya, hanya di NOVEL TOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Bicara Berdua
"Untuk apa kamu bawa aku ke sini?" Dita bertanya pada Rinda yang mendorong kursi rodanya.
Rinda akhirnya datang ke rumah sakit. Hatinya tidak tenang sebelum dia melihat kondisi Dita yang sebenarnya. Hamil dalam kondisi lumpuh, tentu bukan hal yang mudah. Selain itu, statusnya yang belum menikah, pasti akan menjadi beban pikiran.
Namun yang Rinda lihat sangat berbeda. Dita terlihat baik-baik saja. Wajahnya tidak menunjukkan kesedihan, bahkan masih bisa berdebat. Menolak permintaan Rinda yang akan membawanya keluar dari kamar untuk jalan-jalan.
Tiba-tiba saja Rinda ingin membawa Dita keluar. Sebelumnya Rinda menemukan Dita hanya seorang diri di kamar. Entah kemana perginya mama Ana. Menurut Dita, wanita paruh baya itu semalaman ikut menginap di rumah sakit menemaninya.
Setelah dokter visit, mama Ana pergi begitu saja tanpa pamit. Selama menemani Dita, mama Ana tidak banyak bicara. Dita juga tidak berani banyak bertanya. Tiba-tiba saja, hubungan keduanya seperti ada jarak. Meskipun begitu, Dita tetap senang. Mama Ana masih peduli pada dirinya, dengan menemaninya di rumah sakit semalaman.
"Sesekali kamu menghirup udara segar di taman, tidak hanya di kamar saja." Rinda menjawab pertanyaan Dita. Lebih tepatnya, Rinda mencari tempat yang nyaman untuk bicara.
Bagaimanapun, hubungan yang sudah terjalin sejak lama itu, tidak mudah berakhir begitu saja. Rinda sudah mencoba untuk tidak peduli, seperti yang paman Reza sarankan. Tapi hati kecilnya tidak bisa. Lagi pula, banyak pertanyaan yang ingin Rinda tanyakan langsung pada Dita. Bicara berdua, dari hati ke hati, bisa mengurai benang kusut yang terjadi diantara mereka.
"Bukan untuk mengejek dan mentertawakan aku?" Dita menuduh Rinda senang dengan apa yang terjadi padanya saat ini.
"Kita berteman sudah lama. Tapi kamu tidak juga paham seperti apa aku," jawab Rinda.
"Kamu juga tidak pernah tahu seperti apa aku." Dita tidak mau kalah.
"Orang baik sulit memahami pemikiran orang jahat. Orang jahat, bisa dengan mudah memahami pemikiran orang baik."
Bukan Rinda yang menjawab. Gadis itu bahkan ikut terkejut dengan suara Keenan yang tiba-tiba sudah berada bersama dia dan Dita. Dua hari terakhir ini tidak ada kabar beritanya. Sekarang muncul dengan tiba-tiba.
Rinda sempat bertanya kabar Keenan lewat pesan, tapi tidak ada balasan dari pria yang mengaku sebagai calon suaminya itu. Rinda tidak tahu saja, jika Keenan sedang memperjuangkan dirinya untuk masuk ke keluarga Rajendra. Lebih tepatnya menghalau rencana Oma Irma yang tidak tahu apa-apa tentang Rinda. Wanita tua itu menerima masukan dari orang yang tidak tepat.
"Kamu datang bersamanya?" Dita bertanya pada Rinda sambil menunjuk Keenan dengan tatapannya. Rinda menggeleng. Dia saja terkejut Keenan tiba-tiba datang.
"Papi tadi mencari Mami ke rumah Ayah." Keenan mengaskan bahwa Rinda tidak datang bersamanya.
"Bunda bilang, Mami ke rumah sakit. Jadi Papi menyusul ke sini," ucap Keenan menjelaskan.
"Mami, papi? Cih, norak banget."
"Papi kangen." Keenan mengabaikan ucapan Dita yang iri dengan panggilan dia dan Rinda.
"Gombal." Lagi-lagi Dita yang menyahuti ucapan Keenan.
"Maaf ya, Papi tidak balas pesan Mami." Keenan kembali bicara, dan mengabaikan tanggapan Dita.
"Tanda-tanda selingkuh mengabaikan pesan dari pasangan," ujar Dita.
"Orang yang selingkuh, pikirannya selalu buruk terhadap pasangannya. Karena mengira pasangannya sama seperti dia." Keenan akhirnya menanggapi ucapan Dita.
Lalu kembali melihat pada Rinda. "Papi datang hanya ingin melihat Mami baik-baik saja." Keenan menepuk pucuk kepala Rinda. Lalu dia kembali bicara, "Mami masih ingin bicara dengan dia, kan? Bicaralah!"
Keenan tidak akan menganggu Rinda dan Dita. Dia saja yang datang diwaktu yang tidak tepat. Bunda Nara sudah menjelaskan tujuan Rinda menjenguk Dita. Hanya saja, dia sudah terlalu merindukan calon istrinya. Membuat Keenan memutuskan untuk menyusul Rinda ke rumah sakit.
Sekarang Rindu itu sudah terobati, walau masih sedikit. Keenan mundur satu langkah. "Papi pergi dulu, sampai ketemu nanti sore di rumah Ayah." Ucap Keenan sambil tersenyum lebar.
Keenan tidak memberikan kesempatan Rinda untuk bicara. Pria itu meninggalkan taman rumah sakit dimana Rinda dan Dita berada.
"Dia laki-laki baik. Sama seperti Candra. Bedanya, Candra sejak awal, hanya kamu yang jadi tujuan dia. Keenan, tentu saja punya masa lalu. Salah satunya aku."
"Kamu menyesal?" Rinda penasaran dengan isi hati Dita tentang Keenan.
"Menyesal? Mungkin iya, tapi tidak terlalu. Aku cemburu melihat kalian bersama." Dita bicara jujur. Terserah Rinda menyimpulkan kejujurannya ini seperti apa.
"Bukan hanya aku yang cemburu. Akan ada banyak orang yang tidak suka melihat kalian bersama. Sama seperti saat kamu akan menikah dengan Candra. Ada yang tidak suka dengan hubungan kalian."
Rinda yang masih melihat ke arah Keenan yang menghilang, beralih melihat Dita. Kebetulan gadis itu kembali menyebut nama Candra. Rinda ingin tahu, apa tujuan Dita menemui Candra sebelum pria itu sakit.
"Aku dengar kamu pernah menemui kak Candra," ucap Rinda.
"Jangan terlalu percaya dengan Kartika. Dia itu manipulatif." Dita membela diri.
"Kamu juga sama," balas Rinda.
Dita terkekeh. "Sesekali itu dibutuhkan." Dita membela diri. "Asal tidak seperti Tika saja," ucap Dita lagi.
Rinda tidak habis pikir, Dita terus saja menjelekkan Kartika. Mana bisa Rinda percaya begitu saja. Justru Dita yang akhir-akhir ini sering manipulatif. Lebih baik Rinda fokus dengan tujuannya. Menanyakan hal yang mengganjal di hatinya.
"Untuk apa kamu menemui kak Candra?" Tanya Rinda yang terus penasaran, sejak tahu Dita menemui Candra. Apa yang Dita lakukan dan inginkan. Apa lagi Candra berakhir dengan tidak baik.
"Apa yang Kartika sampaikan ke kamu?" Dita balik bertanya.
"Aku bertanya tentang kak Candra, Dita!" Rinda menegaskan.
"Dia pasti menuduh aku yang jadi penyebab kematian Candra, kan?"
"Bukankah itu benar?" Tanya Rinda memastikan.
Dita menggelengkan kepala. "Jangan percaya," ucapnya.
"Lalu apa tujuan kamu datang menemui kak Candra?" Ulang Rinda pertanyaannya. Karena Dita terus saja bicara tentang Kartika.
"Untuk menggodanya," jawab Dita.
Seperti yang Rinda duga. Dita berusaha menggoda Candra. Seperti yang gadis itu lakukan pada Danis. Pertanyaannya
"Kenapa?" Rinda mempertanyakan tujuan Dita menggoda Candra. Ingin pernikahannya batal, atau yang lainnya.
"Kamu tahu aku suka manipulatif. Tapi masih saja percaya." Bukan menjawab pertanyaan Rinda, Dita justru mengingatkan Rinda tentang dirinya sendiri.
"Aku datang untuk mengingatkan Candra, karena dia terlalu naif. Tika tidak sebaik yang kalian kenal selama ini. Buktinya kamu lihat sendiri, apa yang dia lakukan padaku. Dia ingin aku mati, sama seperti yang dia lakukan pada Candra."
"Apa yang terjadi sama kamu, itu karena kamu hamil anak bang Erwin," balas Rinda.
"Apa kamu pikir dia mencintai bang Erwin? Jawabannya salah besar. Pernikahan mereka hanya cara untuk Tika mendapatkan apa yang dia inginkan."
"Maksud kamu?" Tanya Rinda tidak mengerti.
"Untuk Tika, pernikahan adalah syarat untuk mendapatkan warisan dari ayah mereka. Aku juga baru tahu dari bang Erwin," jawab Dita.
"Tapi bukan berarti bang Erwin bisa selingkuh sama kamu," sahut Rinda.
"Tidak ada asap jika tidak ada api. Sudah aku katakan, Tika tidak sebaik yang kamu lihat selama ini. Dia memiliki banyak pria."
"Sama seperti kamu," sahut Rinda.
Bukan marah, Dita justru terkekeh. "Aku suka saja dengan bentukan dan cara yang berbeda. Dan itu menyenangkan. Kamu akan tahu bagaimana nikmatnya setelah satu kali mencoba."
"Kamu benar-benar sakit Dita!" Seru Rinda.
"Dan kamu bodoh, mau saja ditipu oleh Kartika. Aku seperti ini bukan karena hubunganku dengan bang Erwin, dia tidak pernah peduli. Karena Erwin tidak menutupi hubungan kami, dari dia. ini karena aku menggagalkan rencana pernikahan kamu dengan Danis."
"Apa hubungannya dengan Danis?"
"Kamu pikir saja sendiri. Aku mau kembali ke kamar," jawab Dita.
Rinda membawa Dita kembali ke kamarnya, setelah gadis itu menjelaskan hubungan Danis dan Kartika. Rinda baru tahu, jika Danis adalah sepupu jauh Kartika dan Cakra. Tidak dengan Candra. Mereka memang bersaudara, satu ayah beda ibu.
Kartika tidak ingin berbagi waris dengan Candra yang terlahir dari rahim wanita yang jadi madu ibunya. Kartika menyingkirkan Candra, dengan harapan harta ayahnya hanya jatuh ke tangannya dan Cakra saja. Tapi, Kartika tidak pernah menduga, Candra sudah memindahkan hartanya atas nama Rinda. Harta itu akan Rinda dapatkan, setelah menikah.
Kalimat terakhir Dita cukup mengejutkan Rinda. "Kamu kira Danis datang dengan sendirinya? Kamu salah. Kartika yang memberitahu tentang kamu dan harta yang akan kamu dapatkan."
Candra sudah tiada, tapi dia membawa Rinda masuk ke dalam masalah keluarganya. Sekarang, haruskah Rinda berterima kasih pada Dita, karena sudah menggoda Danis? Mungkin caranya salah, tapi sahabatnya itu bertujuan untuk menyelamatkannya.
"Apa ada yang menganggu pikiran Mami?"
Rinda menoleh pada Keenan. Dia sudah kembali dari rumah sakit, setelah papa Heru datang untuk menemani Dita. Sekarang Keenan mengajaknya bicara. Tapi Rinda masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Haruskah Rinda memberitahu Keenan tentang apa yang dia bicarakan dengan Dita?
Makin seru