Seorang petani miskin yang memiliki kehidupan yang keras disebabkan pandangan dan pola pikir manusia kebanyakan, yang lebih suka serta berpihak pada si kaya si kuat dan si hebat membuatnya harus tersisih dari pandangan dan penilaian masyarakat.
Seringkali rasa sakit dan penderitaan itu justru datang dari orang orang yang dikenalnya.
Namun semua berubah sejak dia beroleh sistem yang memungkinkannya untuk merubah nasib malangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @TomBayaha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter _25 : Penampilan yang tidak meyakinkan
"Hari ini kami hendak ke pantai di daerah S siapa yang tidak ada kegiatan hari ini bisa ikut dengan kita, makan minum dan rokok semua di tanggung, cukup bawa badan aja."
"Aduh, kenapa mendadak sekali, kenapa tidak besok saja..?"
"Sial hari ini aku ada kerja..!"
"Ah... aku ikut,.kerjaan besok saja disambung, pekerjaan tidak akan ada habisnya."
Keadaan di warung mulai gaduh sejak Haris mengumumkan pesan itu.
"Bang Haris, Fauzan ikut...!"
"Aku ikut....!
"Aku juga Ris.....!"
"Kami ikut, izin berkemas sebentar."
Niat Haris tadinya hanya akan membawa sekitar 7 orang, karena besok hari pekan, biasanya akan banyak warga yang akan ke kebun mengambil hasil kebun untuk di jual dan ditukarkan dengan perbekalan rumah tangga mereka, namun saat ini telah mencapai 15 orang yang mengatakan kesediaan untuk ikut.
Hal itu memaksa Haris untuk menyediakan armada kenderaan lain, untuk membawa warga dan dia menelephon Beni suami kakak iparnya.
Semua orang pergi berkemas dan berjanji akan berkumpul di warung kopi tersebut, sembari menunggu Beni datang.
"Dek abang sama bang Beni, mau pergi ke pantai yang kita kunjungi kemaren dengan beberapa warga, adek ikut ?"
"Ah malulah bang perempuan sendiri."
"Maksud abang mana tahu adek mau ikut sampai rumah ibu."
" Ngak usah bang, adek disini aja,lagian si Andrikan mau datang antar kereta abang, tadi katanya ibu juga mau ikut."
"Oh baguslah berarti adek ada kawannya disini, bilang sama ibu pulangnya nanti kita aja yang antar pakai mobil, kalau ai Adri mau pulang, sendiri atau sama kawannya, ibu ngak usah ikut pulang."
"Iya bang, tapi abang mau ngapain kesana?"
"Mau mengurus hotel kita yang ada disana dek?"
"Ho....hotel, hotel apa sih bang?"
"Saudara abang baru saja membeli hotel yang hampir bangkrut dan abang disuruh mengurusinya, lumayankan dek nanti pemasukan kita tambah banyak, agar lebih banyak saudara kita yang lainnya bisa tertolong."
"Aduh abang...!, ngak ada habis habisnya abang bikin kejutan, adek senang lho bang."
"Iya makanya, abang juga semangat dek, kabarkan nanti sama ibu, karena rasa senang itu jugalah, abang berbagi kepada warga dengan membawa mereka agar ikut merasakan kebahagiaan."
"Bukannya itu hotel yang kita gagal menginap itu ya bang? karena cerita cerita tidak enak itu?."
"Iya dek selama ini managemennya kurang baik, jadi abang akan benahi agar hotel itu akan menjadi maju dan menghasilkan buat kita, nanti nama kamu akan menjadi nama hotel kita."
"Terima kasih ya abangku sayang, adek terharu lho bang."
"He .... he .. abang berangkat ya dek."
"Iya, hati hati bang.."
Haris berangkat bersama 20 warga yang memilih ikut, mereka melesat dengan 2 mobil yang beriringan.
Sesampainya di lokasi, 20 orang warga yang ikut langsung menuju lokasi pantai, sedangkan Haris meminta Beni menemaninya menuju hotel.
"Kita mau ngapain kesini Ris?
Apakah kalian berencana untuk menginap?"
"Ngak kok bang, hanya mau menjumpai seseorang."
Haris dan Beni memasuki gedung hotel, Mereka melangkah menuju meja Receptionis
"Selamat siang pak, ada yang bisa kami bantu."
"Siang mbak, saya ada janji dengan Direktur utama, dimana saya bisa bertemu dengan beliau."
"Maaf maksud anda, ingin bertemu dengan direktur utama, Bu' Hanah corporate owner hotel inikah?"
"Ya saya ada janji dengan beliau."
"Oh sebentar, sembari menunggu silahkan bapak berdua duduk ya pak."
"Baik mbak."
"Halo pak Rudi."
"Ya Wina, ada apa?"
" Ini pak, ada seseorang yang mengatakan ingin bertemu dengan bu' Hanah."
"Baik saya akan turun."
"Iya pak..!
"Sebentar ya pak, pimpinan Front Office kami akan segera datang."
"Iya mbak, terima kasih."
"Halo pak, saya Rudi pimpinan Front Office disini, boleh saya tahu bicara dengan bapak siapa?"
"Saya Haris pak, saya ada janji dengan bu' Hanah.'
"Benarkah anda telah buat janji sebelumnya?"
"Benar pak , kedatangan saya kali ini adalah untuk bertemu dengan beliau
Tiba tiba, asisten General manager melewati lobby hotel
"Pak... pak asisten sebentar pak...!"
"Rudi.....! ada apa?"
"Maaf pak, ada seseorang yang ingin bertemu bu" Direktur."
"Mana orangnya, disana pak.."
Jhonson, seorang asisten General manager di hotel Hanah, berjalan menuju tempat duduk Haris dan Beni, tampak sekali kewibawaan terpancar dari penampilannya, jas yang rapi dan dasi yang elegan, menambah kesan eksklusif pada dirinya.
Sesaat Johnson tertegun melihat Haris dan Beni, dia memandang penampilan keduanya dari kaki sampai kepala.
Penampilan Haris yang apa adanya dengan kemeja lengan panjang biasa, yang bisa dibeli dengan mudah dan murah di pinggiran kaki lima, juga penampilan Beni yang tadinya memang sedang menarik sewa angkot ketika di hubungi Haris, sehingga bahkan sewanya saja dia over ke mobil sewa lain, karena orang yang memberinya mobil gratis memanggilnya, sama sekali tidak ada persiapan dalam hal penampilan untuk pertemuan seperti ini, dan keadaan mereka berdua membuat wajah Jhonson menjadi jelek.
"Rudi....!"
"Ya pak..."
"Apakah semua orang bisa bertemu dengan General manager sesuka hatinya?"
"Tidak pak."
"Lalu bagaimana dengan direktur utama?"
"Lebih tidak mungkin lagi pak."
"Lalu bagaimana mungkiñ, ketika ada seseorang yang bahkan dari penampilannya saja tidak meyakinkan, hanya karena dia berkata akan bertemu dengan direktur utama, kamu langsung begitu saja percaya?
Sejak kapan direktur utama begitu mudah untuk di temui?"
"Hahhhh...... buat kalian berdua pergilah, direktur utama sedang banyak urusan."
Asisten manager menaikkan nada suaranya.
"Ris kita pergi saja yuk." Beni mulai gelisah, bahkan sejak dipandang tadi, dia sudah berusaha menyembunyikan kakinya yang hanya beralaskan sandal jepit.
"Tidak bang, aku memang harus bertemu dengan direktur utama, ada sesuatu hal penting untuk dibicarakan."
Beni merasa jadi serba salah, disatu sisi dia segan kepada Haris, namun di sisi lain dia khawatir melihat keseriusan pihak hotel.
"Pak Haris, sebaiknya anda menjadwal ulang pertemuan anda kembali, kami mohon maaf bu' direktur sedang tidak ada di tempat saat ini."
Pimpinan Front Office masih bersikap ramah dan menjaga sikapnya, sebab di lobby saat ini adalah jam sibuk dan ada cukup banyak orang dengan beragam urusan.
"Ah, sayang sekali padahal kami sudah buat janji."
"Hei kamu...! kalau saya bilang pergi ya pergi, apa saya harus panggil satpam untuk menyeretmu?"
Jhonson mulai gerah dan dia melonggarkan kerah bajunya, serta menarik dasinya.
"Tapi benar pak, saya ada janji dengan bu' Hanah untuk serah terima kepemilikan hotel ini."
"Ha..ha..hahahahh, kau memang sangat luar biasa, jadi kau mau bilang hotel ini akan di jual padamu,begitu?"
"Benar pak."
"Apakah kalian semua mendengarnya.? orang ini baru saja mengatakan kalau dia akan membeli hotel ini...hahahhhahahhh luar biasa, orang orang di zaman ini sudah mulai tidak bisa menahan angan angan mereka, agar tidak sampai di dengar orang lain."
Disaat asisten manager tertawa terbahak bahak
Semua orang orang disana mulai, memandang aneh kepada Haris, para staf hotel juga mulai memandang Haris dengan jijik.
"Baiklah sudah cukup.. satpam...!"
"Siap pak..!"
"Seret orang ini keluar dari ruangan ini, masih banyak pekerjaan lain yang harus dikerjakan dan orang ini hanya membuat gaduh di tempat ini."
"Baik pak, hei kalian berdua..! ayo keluar dari sini."
Tangan Haris ditarik dengan paksa dan segera bersama Beni dia di usir dari ruang lobby hotel.
sekian dari saya, kalau ada yg perlu di tanyakan tanya aj di pribadi
ini setiap dikasih tau tulisan salah cuma dibales maaf pemula ga nyambung lah wkwk