Gilda terbangun di tempat yang berbeda dengan tubuh dan rupa yang berbeda juga. Tubuh tokoh antagonis dari novel yang dibacanya. Seorang wanita bernama Scarlett tak henti-hentinya mengejar pria yang menjadi kekasih saudara tirinya. Felix, pria tampan dan berkharisma yang selalu dipuja oleh kaum hawa. Ia melakukan semua cara agar bisa merebut pria itu dari saudara tirinya mulai dari mengancam hingga melukai saudara tirinya. Bahkan di akhir cerita Scarlett mati terbunuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Rasanya Lebih Menantang
Scarlet baru saja keluar dari kamarnya. Ia ingin menemui Penelope ke apartemen temannya itu. Ada hal yang ingin mereka bahas.
"Scarlett tunggu.." panggil Elyzia.
"Ada apa?" tanya Scarlett datar.
"Kamu tidak akan menjilat ludahmu sendiri kan?"
Scarlett mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan maksud Elyzia. Memangnya apa yang dia katakan.
Seolah paham Elyzia kembali bersuara, "tentang perkataan mu beberapa hari yang lalu. Kamu bilang tidak akan mengganggu hubungan kami lagi. Aku hanya ingin memastikannya saja," kata Elyzia.
"Tergantung..." kata Scarlett menampilkan senyum smirknya. Scarlett lalu pergi meninggalkan Elyzia.
Elyzia mengepalkan kedua tangannya, "kali ini aku tidak akan membiarkannya Scarlett. Aku akan mempertahankan apa yang menjadi milik ku," kata Elyzia dengan suara sedikit meninggi. Menghilangkan sisi lembutnya. Elyzia tidak ingin Felix jatuh kepelukan Scarlett. Elyzia mulai terganggu dengan Felix yang sepertinya perhatian dengan Scarlett. Sebelumnya Felix tidak peduli padanya. Elyzia bukan tidak melihat saat Felix memberikan jaketnya pada Scarlett tadi malam. Ia cemburu. Yah, itu wajar mengingat Felix adalah kekasihnya dan Scarlett sebelumnya ingin merebut Felix darinya. Elyzia takut kehilangan Felix yang sangat dicintainya.
Scarlett tersenyum, memutar tubuhnya, "aku suka kamu yang seperti ini, rasanya lebih menantang. Ayo tunjukkan diri mu yang sebenarnya," ucap Scarlett menyeringai.
"Ada apa ini? mengapa suara mu meninggi Elyzia. Tidak biasanya kamu seperti itu," timpal Mia khawatir datang dari dapur. Mia menatap Scarlett yang mengangkat bahunya lalu pergi.
"Aku hanya ingin memastikan Scarlett tidak akan menganggu hubungan ku dengan Felix mom," kata Elyzia.
"Jika Scarlett sampai melewati batasannya, mommy tidak akan membiarkannya sayang," tukas Mia merangkul bahu putrinya.
"Bukankah kamu akan ke rumah Felix, cepat sana bersiap-siap," kata Mia.
"Astaga aku hampir lupa," pungkas Elyzia menepuk keningnya. Ia lalu pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap.
Scarlet berjalan melewati koridor apartemen menuju unit milik Penelope.
"Oh sh.** apa mereka tidak bisa menahannya," Scarlett mengumpat saa tidak sengaja melihat sepasang kekasih sedang berc.umbu ria di sana. Tangan pria itu terlihat kesulitan menekan password pintunya. Scarlett berjalan santai melewati mereka begitu saja, seolah tidak tau apa yang terjadi di sana.
Mungkin mereka juga tidak menyadari kehadiran Scarlett karena asyik dengan dunia mereka.
Tiba di depan pintu kamar Penelope, jari telunjuknya hampir menekan bel namun pintu itu langsung terbuka. Seorang pria keluar dari dalam. Pria itu menatap sekilas ke arah Scarlett sebelum akhirnya pergi dari sana.
"Ayo masuk..." ucap Penelope mengagetkan Scarlett.
"Siapa pria itu? apa dia kekasih mu? kamu tidak bilang pada ku." Scarlett masuk ke dalam unit milik Penelope dan mengunci kembali pintunya.
"Dia Sean, teman bisnis ayahku yang ku ceritakan kemarin," balas Penelope berjalan menuju pantry.
"Guru privat bisnis mu."
"Hmm. By the way coffee or tea," kata Penelope menawarkan minuman untuk Scarlett.
"Tea," balas Scarlett.
Tak lama kemudian Penelope bergabung dengan Scarlett di sofa dengan membawa nampan berisi teh untuknya dan Scarlett.
"Kenapa pria itu datang kemari?" tanya Scarlett penasaran.
"Akhh.. aku frustasi melihatnya. Apa kau tahu. Aku sengaja memblokir nomornya untuk satu hari ini karena aku sedang malas belajar. Aku bahkan tidak bilang pada siapa pun kalau aku sedang di apartemen kecuali dengannya. Dan sialnya entah bagaimana caranya, dia datang ke apartemen ku. Aku diceramahi habis-habisan dan kau tau selanjutnya. Pada akhirnya aku belajar," Penelope menekuk wajahnya bosan.
"Jika aku melawan tidak ada artinya. Ayahku akan mengancam ku. Mengerikan sekali hidup ku ini. Kalau aku menolaknya, daddy akan menghilangkan Carrington dari namaku. Aku tidak mau hidup miskin," ucap Penelope dengan ekspresi wajah tersiksa.
"Sudah.. jangan terlalu dramatis. Makanya jangan bodoh..." kata Scarlett menggeleng-gelengkan kepalanya melihat temannya yang sangat pandai berakting.