Isabelle Madelein, seorang model yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 27 tahun mengalami kecelakaan saat akan pulang. Ia dinyatakan meninggal oleh kepolisian tidak lama setelah kejadian.
Tiba-tiba Isabelle terbangun dan merasakan tubuhnya sakit semua. Tapi yang mengejutkan adalah ia terbangun bukan ditubuhnya. Melainkan tubuh orang lain.
Seorang wanita cantik tapi lemah yang mempunyai dua orang anak. Ia bernama Adelle Josephine.
Adelle hidup tersisih dalam keluarga suaminya. Ia diperlakukan semena-mena bahkan suaminya sendiri tidak terlalu memperdulikannya.
Suami Adelle lebih memperhatikan Kakak Ipar dan anak-anaknya dari pada istri dan anak-anaknya sendiri.
Isabelle bertekad akan merubah jalan hidup Adelle dan kedua anaknya.
Ia juga akan mencari tau tentang kecelakaan yang menimpanya. Apa ada seseorang yang dengan sengaja ingin melenyapkannya.
Bisakah Isabelle menjalankan rencananya ?
Othor minta tolong support nya banyak-banyak ya teman-teman 🫶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengajak Liburan
📞"Jaga bicaramu. Jangan sebut Isabelle sebagai pembohong". Kata Arthur dengan ketus.
"Aku hanya bicara fakta. Nyatanya kau tidak mau membantu".
Tidak ada jawaban dari seberang. Adelle gelisah. Jika Arthur tidak mau membantunya, ia tidak tau harus meminta bantuan pada siapa.
📞"Baiklah. Karena Isabelle yang menyuruhmu maka aku akan membantumu". Jawab Arthur.
Adelle tersenyum senang. Lalu ia mengatakan tujuannya meminta bantuan Arthur yaitu untuk mencari beberapa bukti lagi tentang perselingkuhan Dimitri dan Nichole. Ia juga ingin bukti tentang kejadian Nyonya Marline yang sengaja menelantarkan nya dan kedua anaknya.
📞"Apa hanya itu ? Sangat mudah bagiku".
"Iya hanya itu. Nanti aku kirim datanya". Kata Adelle.
📞"Hem. Ngomong-ngomong siapa kau sebenarnya ? Bagaimana bisa mengenal Isabelle ?"
"Aku pernah menolongnya saat dia hampir di rampok. Dan sebagai balasannya Nona Isabelle memberikan nomor ponsel mu. Memangnya kau siapanya Nona Isabelle ?" Adelle mengarang cerita seperti itu.
📞"Kau tidak perlu tau siapa aku. Yang pasti apa yang diinginkan Isabelle akan aku lakukan walaupun dia sudah tiada". Kata Arthur pelan.
Adelle memejamkan matanya. Ia mendengar nada sedih dari Arthur. Adik angkatnya itu mungkin saja salah satu orang yang kehilangannya.
'Seandainya aku bisa mengatakan padamu jika aku masih ada di dunia, Arthur'. Batin Adelle.
📞"Baiklah kalau begitu aku tutup dulu. Kau kirimkan data mereka". Arthur segera mematikan sambungan telepon nya sebelum Adelle menjawab.
...
Dimitri pulang saat sore hari. Entah dari mana pria itu. Dari bekerja atau dari berselingkuh.
Adelle yang melihat kedatangan nya hanya melirik malas. Tidak berniat menyapa atau menyambut. Begitupun dengan Eloise dan Darrel yang asik bermain dengan kelinci baru mereka.
Tadi pagi Nichole membuat kehebohan sebab mainan yang dibelinya untuk Chloe dan Hugo ternyata dipakai oleh Eloise dan Darrel.
Adelle berusaha tetap tenang dengan menyindir Nichole bahwa uang yang digunakan untuk membeli mainan adalah milik Dimitri. Merasa kalah telak akhirnya Nichole pergi sambil mencak-mencak.
"Sayang, Daddy pulang". Katanya pada Eloise dan Darrel. Tapi kedua anaknya hanya melihat sekilas kemudian berlari mengejar kelinci lagi sambil tertawa.
Masih segar dalam ingatan keduanya bahwa Daddy nya benar-benar lebih menyayangi Hugo dari pada mereka.
Merasa diabaikan, akhirnya Dimitri duduk di dekat Adelle. Tapi bukannya mendapat sambutan ia malah dapat tatapan sinis dari istrinya.
"Untuk apa kau pulang ? Ku pikir kau sedang sibuk berselingkuh". Ucap Adelle terang-terangan.
"Apa maksud mu ? Siapa yang berselingkuh ?" Dimitri terkejut mengapa Adelle mengatakan hal itu.
Tapi Dimitri tetap tenang. Menganggap apa yang diucapkan Adelle hanya sebuah kemarahan saja.
Dimitri merasa hubungannya dan Nichole tidaklah sejauh itu untuk dikatakan sebagai selingkuh. Mereka hanya saling memuaskan satu sama lain. Tidak ada perasaan cinta di dalamnya bagi Dimitri. Tapi ia lupa, bahwa Nichole adalah wanita yang lebih mengutamakan perasaan daripada akal sehat.
"Kapan kau akan menceraikan ku ?" Alih-alih menjawab pertanyaan Dimitri, Adelle malah mengatakan hal yang dibencinya.
"Berhenti mengatakan tentang perceraian, Adelle. Apa kau tidak lelah selalu membahas nya". Bentak Dimitri.
Ternyata perkataan Dimitri terlalu kencang dan mengejutkan anak-anaknya. Darrel menghampiri mereka dan mendorong Dimitri.
"Jangan marahi Mommy". Teriaknya.
"Tidak Darrel. Daddy tidak memarahi Mommy. Kami hanya mengobrol saja". Kata Dimitri pelan.
"Bohong, aku dengar Daddy memarahi Mommy ". Ucapnya lagi dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Adelle merasa tersentuh dengan apa yang dilakukan Darrel.
Putra nya yang masih kecil sangat membelanya. Kelak, pasti dia bisa melindungi pasangannya.
"Darrel, terimakasih sudah membela Mommy. Ayo kita bermain di tempat lain. Ayo Eloise". Kata Adelle menggandeng tangan Darrel dan Eloise. Mereka bertiga meninggalkan Dimitri yang sendiri.
Bahkan saat mereka sudah agak jauh, Darrel sempat menjulurkan lidahnya pada Dimitri. Jahil juga putranya itu. Pikir Dimitri tersenyum kecil.
"Aku harus memperbaiki hubungan ku dengan Eloise dan Darrel". Gumam Dimitri.
..
Malam harinya, Adelle tidak melihat batang hidung Dimitri lagi. Pria itu sangat licin seperti belut. Tidak tau kapan pulang dan pergi.
Semua orang berkumpul di meja makan untuk makan malam. Hanya minus Dimitri dan Nichole. Bahkan Hugo juga ada disana bersama Ines. Tapi entah kemana ibunya tidak menjaga anaknya padahal baru keluar dari Rumah Sakit.
Nyonya Marline rasanya ingin meninggalkan meja makan saat melihat Adelle yang sama sekali tidak memperdulikan keberadaan nya. Ia bagai makhluk tak kasat mata dihadapan Adelle. Jika bukan karena keberadaan Tuan Robert disini maka ia pasti sudah pergi.
"Bagaimana keadaanmu, Hugo ?" Tuan Robert memecah kesunyian.
"Sedikit pusing, Grandpa". Jawab Hugo sambil memandang sinis Darrel.
Darrel yang melihat tatapan Hugo seperti itu menjadi takut juga.
"Adelle, lain kali nasehati anak-anak mu jangan bertengkar antar saudara". Kata Tuan Robert.
"Kenapa tidak Daddy saja yang menasehati mereka ? Daddy kan Grandpa nya !". Balas Adelle.
"Kau benar-benar tidak punya sopan santun ya. Daddy memberitahu mu..." Nyonya Marline menggebrak meja saat mendengar jawaban Adelle.
"Sudah diam". Tegas Tuan Robert menghentikan Nyonya Marline.
Adelle juga diam melanjutkan makannya. Sedari tadi Tuan Robert menatapnya dengan tatapan yang aneh. Tapi Adelle pura-pura tidak melihatnya.
'Mungkin hanya perasaanku saja'. Gumam Adelle tidak mau membebani pikirannya.
"Grandma, Mommy kemana ?" Tanya Chloe.
"Mommy sedang pergi menghadiri jamuan makan malam bersama Daddy Dimitri. Sekarang kau dan Hugo ditemani oleh Ines dulu ya". Jawab Nyonya Marline.
Adelle rasanya ingin muntah mendengar Nyonya Marline menyebut Daddy Dimitri untuk Chloe dan Hugo.
Setelah makan, Adelle dibantu oleh Esme memasukkan beberapa pakaian juga perlengkapan Eloise dan Darrel ke dalam sebuah koper.
Malam ini Adelle ingin mengajak anak-anaknya tidur di hotel. Entah mengapa rasanya ia ingin menjauh sejenak. Apalagi besok anak-anaknya libur sekolah.
Ia juga mengajak serta Esme. Hitung-hitung sebagai liburan untuk nya.
Adelle kali ini menaiki sebuah taksi untuk sampai ke Bandara. Mereka akan menaiki pesawat kurang lebih satu jam.
Sepanjang perjalanan banyak sekali celotehan kedua anaknya. Tapi yang membuat Adelle senang adalah binar kebahagiaan yang terpancar dari mata anak-anak itu yang tidak bisa dibohongi.
"Mommy, apa kita bisa melihat pemandangan yang indah disana ?" Tanya Darrel.
"Tentu saja. Kita juga akan memesan kamar yang mewah ".