Ig : @ai.sah562
Bismillahirrahmanirrahim
Diana mendapati kenyataan jika suaminya membawa istri barunya di satu atap yang sama. Kehidupannya semakin pelik di saat perlakuan kasar ia dapatkan.
Alasan pun terkuak kenapa suaminya sampai tega menyakitinya. Namun, Diana masih berusaha bertahan berharap suaminya menyadari perasaannya. Hingga dimana ia tak bisa lagi bertahan membuat dirinya meminta.
"TALAK AKU!"
Akankah Diana kembali lagi dengan suaminya di saat keduanya sudah resmi bercerai? Ataukah Diana mendapatkan kebahagiaan baru bersama pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Florist
Mobil pick up berwarna putih bermuatan berbagai macam karangan bunga dan berbagai jenis bunga dalam pot ini di kendarai oleh seorang wanita muda yang tengah hamil muda. Diana, dia membelah jalanan menyusuri berbagai tempat. Dengan semangat baru serta harapan baru, Diana mencoba peruntungan di kota yang terkenal dengan pantai Kuta nya, Bali.
Meskipun mencoba bahagia dan bertahan hidup demi masa depannya bersama calon anak yang ia kandung, Diana masih saja merasakan kesedihan karena harus berpisah bersama pria yang ia cintai. Tetapi, rasa kecewanya membuat ia enggan kembali di saat bayangan perlakuannya selalu terbayang.
Setelah sadar, Diana sempat menangis histeris mengetahui anaknya tiada. Dan saat itu, kebetulan ada mertuanya di sana sehingga ia menangis meraung dan berakhir meminta perceraian dari suaminya.
Di saat itu juga Diana meminta kepada orang tuanya Zio untuk melepaskan dia dari ikatan pernikahan yang mungkin saja sewaktu-waktu kembali menorehkan sebuah luka. Tanpa banyak tanya dan tanpa mencegah, orangtuanya Zio mengabulkan permintaan Diana.
Hingga ia pun di bawa oleh Cici atas suruhan para orangtua untuk pergi dari kota Jakarta. Bukan mengusirnya tetapi ingin memberikan ketenangan bagi ibu hamil ini.
Ketika tiba di Bali, barulah Diana di beritahukan jika kehamilannya baik-baik saja. Dan di sinilah dia berada, Bali. Tempat wisata favorit warga negara Indonesia maupun warga negara asing. Tempat yang terkenal dengan pantai indahnya, Pantai Kuta. Dan tentunya terkenal dengan destinasi wisata.
Diana juga membuka toko bunga kecil-kecilan. Berawal dari keliling menggunakan sepeda motor, media online, hingga berjalan 4 bulan dan sudah mulai terkenal.
"Kita akan mengirimkan bunga kemana?" tanya Cici penasaran. Ini kali pertama dia ikut Diana mengantarkan pesanan bunga.
"Ke pelanggan tetaplah ke mana lagi," balas Diana bersuara.
"Aku juga tahu, Diana. Maksud aku itu ke pelanggan pelanggan cewe, atau cowok?"
"Seorang pria. Dia sering banget memesan bunga di the florist. Kadang dia juga sering memintaku untuk mengantarkannya langsung ke rumah dia."
"Biasanya kalau orang itu sering memesan bunga artinya dia menyukai bunganya atau menyukai si penjual bunga," balas Cici menerka-nerka mengenai si pembeli ini.
"Tidak mungkin kalau dia menyukai penjualnya. Kalau menyukai bunganya pasti mungkin saja. Buktinya dia sering meminta sebuket bunga lili di hias sedemikian rupa untuk seseorang yang dicintainya." Diana tidak memiliki pikiran apapun mengenai pelanggannya. Dia hanya berpikir untuk terus tetap meniti karir sebagai penjual bunga.
"Hmmmm ... jadi penasaran sama pelanggan kamu satu ini? Seperti apa sih wajahnya kadang aku heran dia begitu kekeh ingin kamu yang mengirimkannya," ujar Cici penasaran.
"Wajahnya memang cukup tampan dia juga baik ramah kadang sering perhatian," kata Diana mengakui dan memuji pria itu. Pria yang akhir-akhir ini sering membeli bunga dan sering perhatian padanya.
Namun dalam hati berkata, "Tapi tetap kalah tampan dari Mas Danu. tidak ada pria yang sangat tampan selain mantan suamiku." Lanjutnya dalam hati merindukan sosok pria yang masih bertahta di hatinya hingga saat ini.
"Apa kabar kamu, Mas? apa kamu bahagia bersama pilihanmu? Apa kamu tidak mengingatku sedangkan aku selalu mengingatmu?" sambung batinnya terasa sesak saat merindukan seseorang yang ia cintai sekaligus ia benci.
Di saat melamun seperti ini Diana tidak fokus ke jalan sehingga nantinya Cici mengagetkannya.
"Diana awas...!"
Diana segera mengerem mobil pick up nya menghindari kendaraan yang hampir saja ia serempet.
Ckiiittt.... Braak....
Namun, terlambat. Dia beneran menyerempet motor tersebut.
"Astaghfirullah...! Aku nabrak kendaraan lain, Ci!" Diana terkejut sekaligus panik. Dia menoleh ke belakang dimana seorang pria memakai motor tengah tergeletak berusaha berdiri.
Cici juga ikutan panik, dia pun menoleh ke belakang. "Ayo kita keluar bantuin dia."
"Iya, ayo." Keduanya pun keluar begitu tergesa.
"Pak, maaf. Saya tidak sengaja menyerempet Anda," ujar Diana merasa bersalah telah menyebabkan orang itu kecelakaan.
Di saat ada pertigaan, orang itu hendak belok kanan namun tidak melihat terlebih dulu kendaraan lain di hadapannya sehingga tak sengaja motornya menabrak mobil Diana.
Pria itu berdiri sambil membangkitkan kendaraannya yang tergeletak di aspal. "Tidak apa-apa, ini salah saya tidak hati-hati dalam berkendara," ujarnya menunduk menstandarkan motor tersebut lalu mendongak.
Keduanya terbelalak kaget mengetahui siapa yang sudah menabrak dan siapa yang telah ditabrak.
"Fikri...!"
"Bunga...!"
Cici mengerutkan keningnya sampai kedua alis tersebut terlihat mendekat. "Bunga?"
"Ah, rupanya kamu. Aku kira siapa, tak tahunya gadis penjual bunga."
"Namaku bukan Bunga. Sudah ku bilang aku juga bukan gadis," balas Diana sewot tidak menyukai panggilan pria bernama Fikri ini. pria yang sering memanggilnya bunga.
"Kan kamu penjual bunga. Jadi aku panggil bunga karena bunga indah harum mewangi seindah dan seharum wajah serta aroma wangi mu," balas Fikri tersenyum manis.
"Apaan sih gak jelas banget," seru Diana enggan meladeni pria rada-rada ini. Pria yang sering mengganggu akhir-akhir ini.
Cici, dia memperhatikan pria itu dengan seksama. Cukup di akui jika orang tersebut sangat tampan. Namun, hati Cici enggan menyukai pria ini. Entahlah, dia kurang srek dengan kegenitannya.
"Oh iya, maaf telah menabrak mu," ujar Diana. Kembali merasa bersalah atas insiden barusan.
"Tidak apa-apa Bunga cantik, aku baik-baik saja kok. Lihat deh, tubuhku masih utuh tak ada luka sedikitpun." Fikri memutar tubuhnya menunjukan jika dia baik-baik saja.
Diana dan Cici memperhatikan, mereka mengangguk karena tidak menemukan sedikit goresan aspal. Seketika Diana teringat akan bunga yang di pesan pria ini. Ya, dialah pria yang sedari tadi di bicarakan.
"Oh, iya. Aku mau mengirimkan pesan kamu. Tunggu sebentar, aku ambilkan bunganya." Diana pun mendekati pickup bagian belakang yang terdapat berbagai macam aneka ragam bunga. Diana mengambil buket bunga lalu memberikannya kepada Fikri.
"Ini pesanan kamu."
Fikri menatap bunga tersebut kemudian mengambilnya. "Oh, iya. Thanks ya, Bunga cantik. Aku ambil bunganya." Tidak ada pembayaran sebab pembayaran sudah di lakukan dengan transaksi transfer via ATM.
"Berhubung bunga sudah mendarat ke pemiliknya. Aku pamit dulu, jangan kapok tuk beli lagi di THE FLORIST." Kemudian Diana menggandeng Cici tapi tangan satunya di cekal oleh Fikri.
"Tunggu, Diana!" Diana dan Cici menoleh ke belakang.
"Ada apa?" tanya Diana.
Fikri memberikan bunga lili itu ke Diana. "Bunga ini ku persembahkan untuk kamu. Maaf merepotkan mu dan ini ku persembahkan kepada wanita yang aku sukai," ucapnya serius seraya menatap dalam mata Diana.
Deg....