Nama ku, Muhammad Nathan Mahendra. Aku suka berulah pada kakak angkat ku. Namanya Loly Indah Permatasari. Dia cantik seperti namanya Indah Permatasari. Aku tergila-gila dengannya. Rasa gengsi yang membuat ku suka jahil dengannya. Karena tak ingin Loly mengetahui jika aku menyukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
.
.
.
Pagi harinya, aku baru saja dari kamar Ayah meminta ijin tidak masuk kerja hari ini. Karena hari ini aku ingin mengajak Loly pergi menonton. Hari ini aku akan meluangkan waktu ku untuk Loly. Mengajaknya menonton dan pergi kemanapun yang Loly inginkan.
Aku menghentikan langkah kaki, terlihat Loly baru saja keluar dari kamarnya berjalan menuju dapur. Seperti biasa, Loly pasti membantu Bunda memasak.
Ku lanjutkan menuruni anak tangga, mengikuti Loly secara diam-diam. Dua wanita yang sangat aku sayangi sedang berkutat di dapur.
"Yaa Allah, Nak.. mata kamu sampe' sembab gitu. Nangis semalaman yaa?" Ucap Bunda mengelus pipi Loly.
Loly hanya meringis. "Enggak kok, Bund. Loly Cuma nangis sebentar." Bunda menghela napas lalu memeluknya.
"Maafin Nathan yaa, Sayang. Bunda juga malu, merasa gagal mendidik Nathan." Loly lepaskan pelukan Bunda. Menggenggam tangan Bunda lembut, menciumnya.
"Ini bukan salah Bunda. Mungkin benar kata Nathan, kalau Loly cewek gampangan..."
Ucapan Loly membuat ku semakin merasa bersalah. Gegas aku menghampiri mereka.
"Itu nggak benar! Itu salah besar!" Ucap ku menyangkal perkataan Loly.
"Lain kali jaga ucapan kamu, Nathan. Meski dalam keadaan emosi, kamu harus bisa mengontrolnya." Nasihat Bunda menatap ku dengan sorot sedikit tajam. Aku mengangguk menerima nasihat Bunda.
Ini memang salah ku. Sepuluh tahun aku hidup di pesantren. Sekolah sambil belajar di pesantren, mengaji, menghafal Al-Qur'an. Itu semua ternyata bisa membuat ku hilang kendali hingga berkata yang tidak pantas ku ucapkan.
Sarapan kali ini berubah hening. Aku dan Loly biasanya ribut, kini kami mendadak bisu. Ku lihat Bunda berkali-kali menghela napas. Loly sendiri terlihat tak peduli lagi dengan ku.
Baru kali ini aku di campakkan Loly. Biasanya Loly tidak pernah seperti ini. Mungkin karena perkataan ku yang ke lewat batas membuatnya sakit hati seperti ini.
"Ayah berangkat ke kantor dulu." Ucap Ayah setelah selesai makan. Ayah menghampiri Bunda mengecup keningnya. Setelahnya beralih pada ku dan Loly, kami mencium punggung tangan Ayah.
"Assalamu'alaikum.." ucap Ayah lalu pergi.
"Wa'alaikumsalam.."
"Kamu nggak ke kantor, Nat?" Tanya Bunda setelah kepergian Ayah.
"Enggak, Bund." Sahut ku tanpa menatap Bunda. Aku fokus menyuap nasi ke dalam mulut.
"Bunda, Loly ke kamar duluan yaa."
"Sayang, lebih baik kamu periksa yaa. Tadi waktu Bunda peluk, badan kamu panas. Biar Bunda yang anter." Loly tersenyum mendengar perhatian Bunda. Apa Loly memikirkan perkataan ku semalam? Hingga membuatnya jatuh sakit seperti ini. Yaa Tuhan, aku sangat keterlaluan.
"Nggak apa-apa, Bund. Mau istirahat bentar aja. Setelah istirahat Loly pasti sembuh kok." Loly menarik kursi.
"Sekarang kita ke dokter, Aku anter!" Kataku menyela tak ingin Loly kenapa-napa. Loly hanya melirik ku sekilas, tak menjawab, memilih masuk kamar.
"Nathan," panggil Bunda lembut.
Aku mendongakkan kepala melihat ke arah Bunda.
"Kamu sudah minta maaf sama Loly?"
Aku mengangguk. "Sudah, Bund, tadi malam."
"Lain kali, jangan di ulang lagi. Perkataan kamu semalam bisa membuat Loly sakit hati. Selama ini Bunda nggak pernah ajarin kamu berbicara yang nggak baik kayak gitu loh."
"Iyaa, Bunda. Nathan semalam emosi, hilang kendali hingga berkata seperti itu."
Bunda menghela nafas. "Kali ini Bunda maafin. Tapi kamu harus ingat, jangan pernah berkata yang nggak baik! Ingat itu!"
Ku anggukkan kepala.
"Sebagai hukuman kamu karena telah menyakiti perasaan Loly. Kamu harus cuci piring ini sampai bersih."
Aku hanya bisa pasrah menerima hukuman dari Bunda.
"Bunda ke kamar dulu. Ingat, yang bersih!"
"Baik, Bunda."
Setelah kepergian Bunda, aku gegas menaruh piring-piring kotor ini ke wastafel. Mencucinya, me-lap nya dan menatanya di rak piring.
Beberapa jam berlalu, sudah pukul jam 09.00 pagi. Aku sudah siap untuk mengajak Loly pergi menonton. Menikmati waktu bersama nya, mengajaknya kemanapun yang dia inginkan. Ini ku lakukan sebagai permintaan maaf ku padanya.
Tokk...
Tokk...
Tokk...
"Loly," panggil ku. Tapi kok tidak ada sahutan sama sekali. Ku coba ketuk lagi berharap ada sahutan dari Loly.
Tidak terdengar suara Loly menyahut sama sekali. Ku putar knop pintu namun di kunci. Perasaan ku semakin gelisah. Jangan-jangan Loly di dalam lagi nggak baik-baik saja.
Gegas ku bawa langkah ini ke atas di mana kamar Bunda berada. "Bunda, Bunda." Panggil ku dengan mengetuk pintu.
"Iyaa, sebentar."
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
Loly sdh mulai cemburu
jangan di gantung cerita nya thor
menyala Nathan
semangat untuk up date nya
semoga cepat up date nya
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
seru cerita nya
semangat untuk up date nya