Berawal dari niat balas dendam kepada mantan tunangannya, membuat Indhi terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan kakak angkatnya.
Tanpa di sangka, pernikahan tersebut justru memberinya kehidupan baru yang di penuhi oleh kasih. Ketulusan cinta dari sang kakak akhirnya membawa Indhi melabuhkan hatinya kepada pria yang 26 tahun terakhir telah menjadi kakaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara es teh manis
Layaknya tumor ganas yang membutuhkan Mitosis Inhibitor untuk menghentikkan pembelahan sel dan pengobatannya, begitupun Ega, ia sangat membutuhkan cinta Indhi untuk menekan rasa ketidak percayaan dirinya, meski sel-sel cintanya tumbuh setiap saat, namun perasaan tak terbalas itu cukup membuatnya nelangsa.
Seperti pagi ini, Ega berhasil mengoperasi pasiennya dengan diagnosa Virises Tungkai dan Insufisiensi Vena Kronik, sebuah penyakit
perbesaran vena-vena kaki dengan karakteristik berkelok-kelok, adanya kelemahan dinding vena dan terjadinya akibat adanya kerusakan katup vena. Dengan rusaknya katup pada vena tungkai menyebabkan aliran darah dari tungkai yang seharusnya mengalir kembali ke jantung terganggu dan kembali turun ke tungkai, kondisi yang dinamakan Refluks. Darah yang tidak dapat kembali ke jantung tersebut menumpuk kembali balik ke Vena Perifer menyebabkan pelebaran Vena dan apabila dibiarkan akan menjadi masalah yang mengganggu. Gejala yang terasa pada awalnya perasaan berat pada kaki, kaki terasa panas, kebas dan tidak nyaman. Kondisi akan berlanjut menyebabkan bengkak pada kaki, terjadi perubahan warna kaki yang menghitam disertai kondisi yang dinamakan Lipodermatosklerosis.
Meski Ega begitu hebat dalam menangani pasiennya, nyatanya pria itu lemah perihal asmara, baru setengah hari ia bekerja dan tak bertemu dengan istrinya namun rasa rindu terus menekan hati hingga terasa menyesakkan. Sambil mengunyah makan siangnya, pria itu berkali-kali membuang nafasnya dengan kasar.
"Kau ini kenapa?" tanya Dokter Aditya, pria bermata sipit itu menatap heran sahabatnya.
"Aku ingin pulang, aku merindukan istriku,"jawab Ega tanpa melirik pria yang duduk di sebelahnya.
"Mentang-mentang pengantin baru, penginnya bareng terus kan, abis itu ganti oli deh," goda Dokter Aditya seraya menaik turunkan kedua alisnya. "Bagaimana rasanya ganti oli tanpa bantuan sabun? Apa enak?" imbuh Dokter Aditya dengan wajah serius.
Ega kembali menghela nafas, di letakan kembali sendok yang hampir masuk mulutnya, kini ia menoleh dan menatap sahabatnya dengan tatapan aneh. "Akupun tidak tau rasanya seperti apa," ucapanya lesu.
"What? Jadi kalian belum bercinta?" kata Dokter Aditya, saking terkejutnya pria itu hampir berteriak. "Terus kalian udah ngapain aja?" tanyanya lagi dengan berbisik.
"Rahasia,"
"Haisthhh, kenapa main rahasia- rahasiann sih, aku kan penasaran,"
"Nikah lah, biar nggak penasaran," ucap Ega setengah mencibir.
"Cih, percuma nikah kalau nggak ganti oli juga," tawa Dokter Aditya menggelegar di area kantin, namun tiba-tiba tawanya terhenti saat melihat Dita berjalan menghampiri mereka dengan mebawa nampan berisi makan siangnya.
"Kak, aku boleh gabung kan, aku sendirian?" tanya Dita dan hanya di jawab anggukan oleh Ega.
"Terimakasih," ucap Dita lembut, gadis itu lalu menarik kursi dan duduk di hadapan Ega.
"Kenapa nona perawat makan sendirian?" tanya Dokter Aditya.
"Dita, panggil saja Dita dok. Teman-teman saya sudah makan siang semua."
Dokter Aditya hanya manggut-manggut, ketiganya lalu fokus pada makanan masing-masing, tak ada obrolan di tengah makan siang mereka. Setelah selesai, kedua dokter tampan itu menenggak habis air putih mereka, tatapan Dokter Aditya teralihkan pada segelas es teh manis milik Dita.
"Nona perawat. Eh, maksud saya Dita, kamu tau kan minum teh setelah makan itu tidak baik untuk kesehatan?" ucap Dokter Aditya.
"Tau dok," jawab Dita, perawat bergigi gingsul itu kembali menyedot teh manis dari dalam gelasnya.
"Kalau tau kenapa masih di minum?" Dokter Aditya menatap skeptis ke arah perawat itu.
"Hanya sesekali tidak masalah kan dok?" Dita membalas tatapan Dokter Aditya, sementara Ega hanya menggelengkan kepala, mendengarkan perdebatan yang mungkin akan terjadi antara Dokter Aditya dan Dita.
"Memang boleh, tapi kamu seorang perawat, kamu saja tidak memikirkan kesehatanmu, lalu bagaimana kamu merawat pasienmu?" sindir Dokter Aditya.
"Hal itu tidak ada sangkut pautnya dok, saya merawat pasien saya dengan baik dan sesuai prosedur, masalah kesehatan saya mengapa anda ikut campur?" jawab Dita tak mau kalah.
Banyak penelitian yang menganjurkan untuk tidak meminum teh setelah makan. Salah satunya seperti penelitian yang dipublikasikan Critical reviews in food science and nutrition berjudul Effect of tea and other dietary factors on iron absorption. Sebab, kandungan asam fitat yang ada pada teh dapat mengacaukan penyerapan zat gizi pada tubuh. Perlu diketahui bahwa setelah makan, tubuh akan bertugas untuk mencerna dan menyerap seluruh manfaat dari makanan yang dikonsumsi, selain menghambat penyerapan zat besi, minum teh setelah makan juga memicu terjadinya Konstipasi atau diare serta memicu peningkatan asam lambung pada perut.
(Duh, padahal enak banget ya kan, minum es teh manis kalau abis makan nasi padang, tapi gays, mulai sekarang rubah kebiasaan buruk itu ya, lebih baik konsumsi air putih setelah makan, karena air putih terbukti membantu proses pencernaan makanan.)
"Saya seorang dokter, tentu saja saya memperdulikan kesehatan orang lain, tidak seperti kamu, kesehatan sendiri saja di abaikan," ujar Dokter Aditya tanpa mau mengalah sedikitpun.
"Sudah, masalah minum teh saja kalian malah berdebat, istirahat sudah selesai, ayo kembali bekerja," sela Ega melerai perdebatan sengit kedua orang itu, Ega merapikan perlengkapan makannya dan membawanya ke tempat pencucian piring dan di ikuti oleh Dokter Aditya.
Sementara di meja makan, Dita menatap punggung Dokter Aditya dengan kesal. "Dasar dokter belagu, amit-amit jangan sampai punya pacar kaya dia," Dita mengetuk kening lalu mengetuk meja dua kali sebagai tolak bala agar terhindar dari pria sejenis Dokter Aditya.
BERSAMBUNG..
tdk dibawa kerumah skt?