Brian Carlos adalah seorang presiden direktur sekaligus pewaris tunggal salah satu perusahaan terbesar di suatu negara. Ia diterpa gosip miring tentang minatnya pada wanita.
Valerie, seorang wanita yang bekerja sebagai instruktur senam dengan keahlian beladiri yang mumpuni serta kehidupan penuh rahasia.
Keduanya terlibat masalah karena sebuah kesalahpahaman, hingga Brian menuntut Valerie atas kasus penganiayaan.
Demi menyelamatkan nama baiknya, Valerie menerima tawaran Brian untuk bekerja sebagai bodyguard. Namun tidak menyangka jika Brian sudah memiliki maksud lain sejak pertama kali mereka bertemu.
Akankah kisah mereka berakhir manis seperti kisah dalam novel pada umumnya?
Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Percaya?
Dengan mata setajam elang, Brian membuat Valerie terpaku tak bergerak. Di himpit oleh tubuh laki-laki itu serta dinding lift yang dingin, membuat Valerie semakin gugup.
Dengan lembut, sebelah tangan Brian meraba pipi Valerie, bergerak membelai bibir hingga turun ke leher. Valerie merasa ini sebuah kelancangan, namun anehnya ia sulit memberikan penolakan.
Perlahan tapi pasti, tangan itu mulai turun ke pundak dan berakhir di pinggang ramping Valerie. Dengan penuh hasrat, Brian meletakkan tangannya di punggung Valerie dan menarik wanita itu hingga tubuh mereka menempel.
Valerie berusaha mundur, namun Brian seakan mencengkram kuat tubuhnya.
"Aku bisa merasakan hangat nafasmu," bisik Brian. Ia mendekatkan wajahnya, menyibak rambut Valerie dan mendekatkan hidungnya di leher jenjang wanita itu.
Valerie menghindar, ia merasa ini bukan hal yang benar. Tidak seharusnya ini mereka lakukan.
"Apa kau sudah merasakan sesuatu?" tanya Brian berbisik. Valerie jelas paham dengan pertanyaan laki-laki itu, yaitu sesuatu yang mendesak Valerie di bagian bawah tubuhnya, sesuatu yang tegang dan keras.
"Kau berani berbuat lebih jauh maka jangan salahkan aku jika kau akan berada di rumah sakit seperti Max," ucap Valerie dengan nada gemetar.
"Kau akan melakukannya?" tanya Brian. Ia tersenyum penuh kemenangan.
TING!!!
Suara yang menandakan mereka telah sampai di lantai gedung tujuan. Pintu lift telah terbuka, namun posisi tubuh keduanya masih tidak berubah.
Valerie segera mendorong tubuh Brian dan bergegas keluar. Beberapa orang yang tengah mengantre di depan pintu lift merasa terkejut, heran, serta penasaran. Apa yang dilakukan bosnya bersama sang bodyguard?
Tanpa ada perasaan malu atau canggung, Brian berjalan keluar dari lift dengan hati senang. Ia tidak peduli pada beberapa karyawan yang menatapnya penuh rasa heran.
"Baru saja digosipkan memiliki kelainan se*ksual, sekarang malah tertangkap basah bermesraan bersama bodyguard seksinya." Begitu pikir mereka.
Valerie berjalan cepat dan sampai di ruangan Brian lebih dulu. Ia langsung duduk di sofa dengan perasaan yang sulit dijelaskan.
"Kenapa tadi aku diam saja?"
"Seharusnya aku menolaknya, menendangnya, bahkan memukul wajahnya!"
"Ah, aku seperti orang gila."
Valerie merasa kesal pada dirinya sendiri. Jika biasanya ia tidak akan segan-segan memukul laki-laki yang berani menyentuhnya, namun bersama Brian membuat membeku. Bukan karena dia seorang presiden direktur sekaligus atasan Valerie, namun Valerie merasa ada yang aneh dengan dirinya.
Brian masuk ke dalam ruangan dan melihat Valerie duduk melamun. Laki-laki itu jelas paham bahwa Valerie merasa gugup dan ketakutan. Namun tidak bisa dipungkiri, Brian menyukai wanita itu sejak pertama kali mereka bertemu. Hanya saja, butuh waktu untuk mengatakan apa yang sebenarnya ia rasakan.
Jika biasanya Valerie akan menawarkan bantuan atau air mineral saat Brian sudah sibuk, kini wanita itu hanya diam mematung di sofa. Nampaknya Valerie sibuk dengan pikirannya sendiri.
Pukul tiga sore, Brian nampak sudah membereskan berkas di mejanya, juga menutup layar laptopnya. Hal itu menandakan jika laki-laki itu akan keluar dari kantor.
"Ayo pulang," ajak Brian. Ia mendekati Valerie dan duduk di samping wanita itu.
"Ini masih pukul tiga, kau mau pulang sekarang?" Valerie balik bertanya.
"Hmm, aku lelah."
"Baiklah." Valerie mengangguk dan bangkit dari sofa.
"Valerie," ucap Brian sambil menahan pergelangan tangan wanita itu. Lagi-lagi Valerie merasa gugup, jantungnya berdegup kencang.
"Maaf, bukan maksudku membuatmu tidak nyaman. Aku tidak mau kau meragukan ketertarikanku pada wanita seperti gosip yang tersebar," jelas Brian.
Valerie mendesah. "Lalu?"
"Bukankah sekadar penjelasan akan sulit dipercaya, aku membuktikannya."
"Membuktikannya, laki-laki gila!" batin Valerie ingin protes.
"Apa kau sudah percaya kali ini?" tanya Brian lagi. Valerie hanya diam. Entah mengapa ia merasa kesal sekaligus ingin tertawa, kenapa Brian peduli sekali dengan apa yang ia pikirkan?
Brian berdiri, mendekatkan tubuhnya pada Valerie.
"Jika pembuktianku kurang, mari kita buktikan sejauh apa yang bisa aku lakukan."
🖤🖤🖤