Namaku Beauty Edelweis. Aku memutuskan untuk menikah muda diusiaku yang masih muda yaitu 20 tahun. Karena kekasihku yang sudah 2 tahun menemaniku memilih menikahiku. Aku tak bisa menyembunyikan rona bahagiaku karena aku memang mencintainya. Dan benar-benar mencintainya hingga aku percayakan seluruh hidupku hanya pada suamiku Cleonyl Sinatrya.
Dan 3 tahun pun berlalu. Umurku sekarang menginjak 23 tahun. Sayangnya hidupku tak secantik namaku. Banyak hal baru ku ketahui setelah membina rumah tangga. Banyak hal yang harus ku jadikan pelajaran dikemudian hari.
Pernikahan yang ku kira akan bahagia selamanya ternyata berubah seiring berjalannya waktu.
Akan kah aku harus menyerah begitu saja atau bertahan dengan semua rasa sakit dan sesak yang aku dapatkan ?
Berikut inilah kisahku..
Cerita ini murni karangan author amatir, tidak ada maksud untuk menyindir atau menyinggung. Dan sebagian memang real curahan hati seorang istri disertai bumbu p
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AniitaLee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Ruangan
Semenjak pulang menonton semalam, Juna belum sempat menanyakan keadaan Beauty. Terakhir kali ia melihat wanita berlesung pipi itu tampak menyembunyikan sesuatu darinya. Dan ia belum mengetahui itu apa.
Juna terlihat tampak ragu, ia ingin menekan nomer yang sudah ia namai 'Sekretarisku' dalam ponselnya. Namun urung ia lakukan. Pemuda berambut silver itu berjalan kesana kesini bagai setrikaan loundry di ruangannya sendiri. Tidak berhenti-henti.
Sesekali ia melihat arloji pada pergelangan tangannya.
"Kenapa sudah jam begini ia belum datang juga ya?" gumamnya pada diri sendiri.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.45 WIB namun netranya tak kunjung menangkap sosok yang ia nanti sedari tadi.
Tiba-tiba ekor matanya menangkap bayangan wanita yang sedari tadi ia tunggu-tunggu.
"Nah! itu dia, kamu harus bertanggung jawab karena sudah membuat bos Juna menunggu ya," ucapnya penuh seringai.
Namun sampainya ia di hadapan wanita cantik berlesung pipi itu ia hanya bisa mematung karena terpana akan kecantikan sekretaris barunya.
Dari segi fisik Beauty memang tidak terlihat seperti wanita yang sudah menikah. Mungkin karena ia belum memiliki anak, jadi wajar saja jika banyak orang termasuk dirinya mengira bahwa wanita itu masih single di awal pertemuan mereka.
Sampai ia melihat data pribadi wanita itu dengan mata kepalanya sendiri, meski ia sendiri hampir tak percaya.
Seperti kata yang ada di iklan televisi " Better late than never !" yang artinya "Lebih baik telat daripada tidak sama sekali"
Jangankan nikah baru setahun dua tahun, yang 10 tahun saja bisa cerai kok.
Plakk!!
Sadar Juna! wanita ini sudah menjadi milik orang! Astaga ! sebentar lagi kamu akan segera jadi pebinor sungguhan, pekiknya dalam hati.
Tapi aku penasaran, laki-laki mana yang sudah beruntung mendapatkan hati wanita cantik itu?
Juna melihat wanita itu tidak memperhatikan kedatangannya, ia masih asyik dengan fikirannya sesekali mengedumel tak jelas. Lalu memukul kepalanya pelan.
Ada apa gerangan yang wanita itu sedang fikirkan?
"Selamat pagi Beauty," sapa Juna ramah.
Meski seharusnya karyawan lah yang harus terlebih dahulu menyapa dirinya selaku atasan tapi pengecualian untuk satu wanita yang membuatnya harus beranjak dari kursi kebesarannya itu.
Namun yang pemuda itu sapa hanya bergeming. Wanita itu masih asyik dengan isi fikirannya sendiri.
Bod*h! bod*h! kamu Bee, kenapa kamu tidak bisa menolak sentuhan mas Cleo? Tapi memang salah ya jika aku mencintai suamiku sendiri? Aku terlalu mencintainya hingga ku relakan ia bersama orang lain.
Batinnya Beauty di dalam hati sambil sesekali mengetuk-ngetuk pelan kepalanya.
Tidak ! ini tidak boleh terjadi lagi! Aku harus bisa membentengi diriku lebih kuat lagi. Aku tak kan biarkan mas Cleo menyentuhku lagi. Meski aku masih mencintainya, tapi aku bukan Tere atau wanita lainnya yang mudah luluh di hadapan mas Cleo!
Kali ini gerakan tubuh Beauty berubah jadi menggeleng-gelengkan kepala dan sesekali menggangguk.
Membuat Juna penasaran, apa gerangan yang wanita itu fikirkan hingga tak menyadari kedatangannya?
"Kamu sedang mikirin apa?" bisik Juna tepat di daun telinga wanita itu.
Membuat bulu kuduk wanita berlesung pipi itu meremang karena suatu bisikan. Dan seketika ia terkejut mendapati atasannya itu sudah berdiri di sampingnya dengan wajah cengiran.
"Pak...Pak Juna!" pekik Beauty tertahan.
Beauty merasa malu bukan main kedapatan oleh atasannya melamun di pagi hari.
"Kamu kenapa malah melamun di pagi hari?"
"Maaf pak, saya tidak sadar tadi sudah melamun," tanya Beauty kikuk.
Juna pun hanya mengeryitkan keningnya, karena merasa ambigu dengan jawaban wanita itu. Tapi pemuda itu tak ingin tahu terlalu jauh.
"Apa ada yang bisa saya bantu pak?" tanya Beauty hati-hati.
"Buatkan aku kopi ya, ahh...tidak...tidak ekpresso saja, tapi terlalu pagi bikin sakit perut kalau gitu teh saja atau jahe anget deh."
Beauty hanya melongo mendengar penuturan Juna yang tak pasti itu.
"Jadinya saya harus bikin apa ya pak?"
"Jahe hanget saja karena ini masih pagi, aku tidak ingin minum yang berat-berat," balas Juna.
"Baik pak, akan saya segera buatkan ke pantry."
Usai Beauty berlalu menuju pantry, Juna melangkahkan kaki kembali ke ruangannya.
Sedari tadi interaksi mereka berdua mendapat perhatian dari beberapa karyawan. Mereka berbisik-bisik ria membicarakan tindakan Beauty yang mereka nilai kurang sopan kepada atasan.
"Lihat saja anak baru itu baru dua hari kerja aja ngelunjak, masa pak Juna si berondong manis kita dicuekin sih?! Benar- benar tidak bisa dibiarin ini! Gue sebagai anggota dari Junalovers harus bertindak!" seru seorang wanita berambut gelombang kepada temannya.
"Lu bener! kita harus menegur anak baru itu biar nggak ngelunjak. Mentang-mentang dapat posisi spesial sebagai sekretaris bos. Ia berlaku seenaknya. Tahu tidak tadi ia datang absen pukul 07.50? Padahal peraturan perusahaan ini kan pukul 07.45 itu harus sudah absen dan stand by di tempat," sahut temannya.
"Wah! ini tidak bisa dibiarin. Kita harus minta keadilan kepada bos!"
Dan di balas anggukan oleh teman-temannya.
***
Tak berselang lama Beauty pun masuk ke ruangan Juna membawa pesanan atasannya itu.
"Ini pak jahe angetnya."
"Terima kasih," balas Juna pendek.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya pak," pamit Beauty karena melihat Juna sepertinya tengah sibuk dengan dokumen di depannya.
"Tunggu dulu!"
"Apa pak Juna masih ada perlu lagi?"
"Ya aku perlu kamu temani aku disini!" jawab Juna spontan.
Blussh!
Wajah Beauty merona seketika mendengar kata-kata itu. Entah dia yang salah dengar atau memang Juna yang salah berucap.
"Ma...maaf pak bisa diulangi kembali?"
"Ya aku perlu kamu temani, eh...ralat maksudku aku ingin kamu ada disini. Kamu sepertinya sedang tak fokus kerja hari ini. Nanti aku susah kalau butuh apa-apa harus kemejamu lagi. Lebih baik mejamu saja yang dipindah kesini!"
"A..apa pak?!"
Tiba-tiba pintu di ketuk terlihat dari intercom terlihat bodyguardnya Jeki dan Jono tengah mengangkut meja kerja Beauty dan ingin membawanya masuk. Kemudian Juna membukakan pintu otomatisnya hanya menggunakan suaranya.
Sampainya di dalam kedua orang bertubuh gempal itu terlihat bingung ingin menaruh meja itu dimana.
"Maaf tuan muda, meja ini harus kami tata dimana ya?" tanya Jono kepada Juna yang masih sibuk dengan dokumennya.
"Di situ saja deh!" tunjuknya asal.
Setelah di rasa sesuai petunjuk tuan mudanya, mereka rasa pekerjaan mereka sudah usai dan ingin pamit undur diri. Karena selama di perusahaan kedua bodyguard gempal itu tidak perlu mengawalnya, kecuali di luar perusahaan.
"Sudah selesai tuan muda, kami pamit undur diri."
"Eh...bukan disitu! disitu terlalu jauh. Pindah kesini lebih dekat denganku!" perintah Juna lagi.
Jeki dan Jono yang sudah terbiasa dengan permintaan yang aneh-aneh majikan mudanya pun mulai memindahkannya.
Sedangkan Beauty yang melihat kelabilan dan tidak konsistenan atasan muda hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Sudah selesai kamu boleh duduk Beauty!" seru Juna setelah para bodyguardnya keluar dari ruangan.
"Ma...maaf pak, apa ini tidak terlalu aneh? kenapa meja kita harus satu ruangan seperti ini ?"
"Agar aku bisa memantau pekerjaanmu dan lebih mudah jika aku butuh sesuatu."
"Oh, iya pak."
Beauty pun tampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ucapan Juna secara tak langsung seperti menegurnya. Sorot matanya seolah berkata, "Aku akan mengawasimu jadi jangan harap bisa melamun lagi!"
"Dan aku juga tidak suka melihatmu mengobrol.dengan staff lain," imbuhnya tanpa sadar.
Deg!
Kenapa aku terdengar seperti atasan yang posesif sih Jun? cckk.
Melihat Beauty yang hanya diam buru-buru ia menimpali ucapannya kembali.
"Oiya.. tadi kenapa datang terlambat?"
"Oh...tadi ya ?"
Mana mungkin Beauty berkata jujur bahwa tadi pagi ia habis di berondongi berbagai pertanyaan aneh oleh temannya Bety.
Bety yang notabene bergabung dalam club fans Junalovers pun merasa terkejut karena temannya yang baru masuk kerja sehari sudah terlihat akrab oleh atasannya. Apalagi mendengar kasak kusuk dari teman sejawatnya bahwa mereka pergi menonton berdua.
Belum lagi kejadian semalam bersama Cleo membuat Beauty merutuki kebod*hannya berulang kali. Bahkan wanita itu hanya tidur 2 jam semalam itu pun sudah mendekati waktu subuh.
Juna tampak menautkan alisnya akan ucapan Beauty yang menggantung.
"Maaf...saya terlambat karena menunggu ojek daring pak," ucap Beauty kemudian.
"Apa tempat tinggalmu jauh?"
"Tidak sih pak, hanya memang harus naik angkutan umum jika ingin kesini."
"Memangnya kamu tinggal dimana??" tanya Juna lagi penasaran.
"Di rumah kost pak."
"Rumah kost?" Juna nampak terkejut mendengar pengakuan sekretaris barunya.
"Iya pak," balas Beauty lirih.
Bagaimana mungkin seorang sekretaris Direktur Narendra group perusahaan property elit tinggal di tempat kost?
Lalu Juna pun berjalan kearah meja Beauty dan meletakkan sebuah keycard beserta kunci rumah di hadapan wanita itu.
"Sekarang kamu pilih mau tinggal di apartemen apa penthouse ?"
Jangan lupa tinggalkan jejak ya kak
salam sayang ya dari author... 😘😘
jangan lemmah kali la...
gampangan banget, lemah, arghhhhhhhh