Suami Untuk Shahira

((Tentang Aluna))

Hari ini adalah hari kelulusan Aluna. Ya, dia lulus sekolah menengah pertama dan akan lanjut ke SMA. Hari yang bahagia ini dirayakan oleh Ira dan ibu. Mereka menyiapkan pesta kecil kecilan untuk kelulusan Aluna.

"Taraaaaa!!!"

Ira membawakan keik ukuran besar lengkap dengan segala pernak pernik dan juga lilinnya. Seperti kue untuk merayakan ulang tahun.

"Selamat ya dek. Akhirnya lulus!" Teriak Ira bahagia.

Aluna sendiri diam saja menatap keik ditangan Ira. Lalu, dia menangis tersedu sedu.

"Loh dek, kenapa nangis?!" Ibu menghampiri memeluk Aluna.

"Keiknya bagus banget..." jawabnya sambil menangis.

"Tentu dong sayang, ini keik spesial buatan kakak untuk adekku tercinta!"

Ira belajar membuat kue ulang tahun sendiri untuk Aluna. Karena salah satu keinginan Aluna ingin punya keik ulang tahun sebesar ini. Tapi dia melarang ibu dan Ira untuk membelikan karena harganya lumayan mahal. Jadilah Ira mengakali membuatnya dengan bahan yang harganya lebih murah namun dengan keik yang rasa dan bentuknya hampir sama dengan yang diinginkan Aluna.

Segitu sayangnya Ira pada Aluna. Dia akan melakukan apapun untuk Aluna. Akan memberikan apapun pada Aluna tidak peduli bagaimana caranya yang penting Aluna harus mendapatkannya.

Bahkan saat hari dimana Aluna ingin melanjutkan sekolah ke kota sementara ibu tidak punya biaya yang cukup. Ira pun mengorbankan mimpinya untuk melanjutkan kuliah, dia memakai uang tabungannya yang tersisa untuk membiayai sekolah Aluna.

"Dek, bagaimana sekolahnya?" Ira menelpon saat Aluna sudah bersekolah di kota dan tinggal di kos kosan.

"Sekolahnya bagus kak, teman teman juga baik. Tapi, kosan ini tidak nyaman."

"Ya sudah, minggu depan kakak ke kota. Kakak akan carikan kos yang lebih nyaman ya."

"Yeee asyik. Kakak memang yang terbaik."

Shahira meratukan Aluna. Kadang Marni sendiri memberi tahu Shahira untuk tidak terlalu mengikuti kemauan Aluna, tapi tidak didengarkan oleh Shahira. Dia tetap akan melakukan apapun untuk Aluna.

Hari berganti, mingu dan bulan pun berganti tahun. Tidak terasa, sudah dua tahun berlalu dan sekarang Aluna sudah duduk di kelas tiga SMA. Dia terlihat seperti anak orang kaya di sekolah. Memakai sepatu dan tas yang mahal, juga tinggal di kos yang mewah dengan sewa per bulan yang mahal tentu saja.

"Ra, ibu cuma punya uang segini minggu ini nak. Tidak banyak yang menyewa jasa ibu untuk mencuci lagi sejak ibu sakit sakitan."

"Buk, harusnya ibu berhenti kerja. Biar aku saja yang kerja. Toh kue kue ku juga sudah mulai laris manis buk. Cukup kok untuk biaya sekolah adek."

Marni tetap tidak enak hati pada Ira. Tapi ya mau bagaimana, Ira sendiri tidak mau di cegah.

Waktu terus berlalu, Aluna menjadi semakin nakal saja. Dia bergaul dengan teman teman yang membawanya kedunia pergaulan bebas saat dia sudah kelas tiga.

Aluna juga mulai kenal cowok, lalu pacaran. Tidak jarang Aluna ikut ke kos pacarnya dan begitu juga sebaliknya. Hubungan mereka sudah benar benar diluar batas.

Ira sendiri tidak tahu. Yang dia tahu adiknya sangat baik dan hanya fokus belajar saja. Padahal, Aluna sendiri sering meminta uang bahkan setiap minggu dengan jumlah yang banyak dan alasannya untuk ikut les karena sudah kelas tiga.

Ira tidak curiga sama sekali. Dia percaya pada Aluna. Karena itulah Aluna sering memanfaatkan kakaknya dan meminta uang lebih sering.

"Dek, bulan ini kakak sudah memberi uang hampir lima juta loh. Kok masih belum cukup?!" tanya Ira saat bertelponan dengan Aluna.

"Ya gak tau kak. Guru menyuruh membeli berbagai macam buku untuk memperlajari soal soal ujian akhir."

"Terus, serang adek butuh uang berapa?"

"Hmm, banyak kak. Kalau ada sih butuhnya dua juta lima ratus."

"Ya sudah, nanti kakak tranfer ya." Ira mengalah lagi tampa mengintrogasi untuk apa uang itu.

Ira meminjam uang pada temannya, lalu mengirimkan pada Aluna. Kemudian dia harus bekerja keras untuk mengganti uang itu pada temannya.

Sedangkan Aluna, dia menggunakan uang itu untuk mendatangi bidan beranak di kampung yang jauh. Aluna menggugurkan kandungannya yang baru berusia tiga bulan. Dia tidak memberitahu siapapun tentang kehamilannya termasuk pacarnya.

Seperti itulah Aluna. Hingga akhirnya dia lulus. Ira berpikir setelah adiknya lulus, dia bisa menghirup udara segar dan bisa bersenang senang sebentar tanpa harus bekerja keras. Tapi ternyata salah.

"Kak, aku mohon. Aku diejek teman teman karena dadaku kecil, bokongku juga sama rata dengan punggungku. Aku harus operasi sebelum aku mulai kuliah."

"Dek, kakak gak punya uang sebanyak itu. Lagian berdosa loh merubah buatan Tuhan."

"Gak merubah kak, cuma menambah dikit aja."

"Gak! Kakak gak bisa. Kali ini kakak gak mau. Operasi seperti itu tidak boleh. Haram hukumnya. Lagian kamu sudah cantik kok. Bahkan lebih cantik dari kakak." puji Ira sambil memainkan pipi Aluna dengan gemas.

Aluna kecewa. Akhirnya dia kabur dari rumah, merantau ke luar kota. Ira berniat mencarinya, tapi Marni melarang.

"Biarkan saja adekmu. Sejauh mana dia bisa pergi. Pada akhirnya dia akan kembali."

Ira pun membiarkan saja Aluna sendirian di kota nan jauh entah dimana.

Nasib sial menimpa Aluna. Dia meminjam uang pada temannya dan melakukan operasi seperti yang dia inginkan. Lima bulan dia tanpa kabar karena dalam pemulihan usai operasi.

Kini Aluna lahir kembali dengan tubuh ideal yang dia inginkan. Cantik. Sangat cantik, seksi dan menggoda.

Aluna sudah pulih, dia harus membayar hutangnya. Menelpon Ira untuk meminta uang, tapi diabaikan oleh Ira seperti yang diminta ibunya.

Akhirnya Aluna diseret paksa oleh orang yang meminjaminya uang itu ke tempat wanita malam. Aluna di lecehkan disana oleh lima orang pria dengan tubuh bugar dan tinggi besar.

Setelah mengalami semua itu, Aluna bertekad dalam hatinya bahwa dia tidak akan pernah membiarkan Shahira merasakan hidup bahagia selama hidupnya.

Kemalangan yang dia dapat malah dia limpahkan kesalahannya pada kakak yang sangat menyayanginya.

Satu satunya kebahagiaan yang diizinkan adalah melihat Aluna bahagia. Jika Shahira bahagia melihat Aluna bahagia, maka itulah hadiah terbaik untuk Shahira yang diizinkan oleh Aluna.

Singkat cerita, Aluna pulang kerumah dalam keadaan sangat memprihatinkan. Dia mengatakan hampir dilecehkan di kamar kosnya. Dia ketakutan dan menjerit jerit histeris.

Hari itu, Ira pun bertekad dalam hati bahwa dia tidak akan pernah mengabaikan Aluna lagi, dalam kondisi seperti apapun itu.

Kehidupan kembali membaik. Aluna pun mulai membaik dan memutuskan untuk kuliah kedokteran. Ira mengiyakan tanpa memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang untuk biaya kuliah adiknya.

Aluna kuliah kedokteran selama sembilan tahun. Dia sengaja mengambil cuti di beberapa semester tanpa memberi tahu Ira. Dia sengaja, karena suka melihat Ira harus membayar semua biaya kuliahnya, memberinya uang, membelikan barang mewah untuknya dan semua yang dia mau.

Tapi, suatu hari seorang pria baik hati bernama Haris datang melamar Shahira. Disinilah permainan jahat Aluna bermula.