Kecelakaan besar yang disengaja, membuat Yura Afseen meninggal dunia. Akan tetapi, Yura mendapat kesempatan kedua untuk hidup kembali dan membalas dendam atas perbuatan ibu tiri beserta adik tirinya.
Yura hidup kembali pada 10 tahun yang lalu. Dia pun berencana untuk mengubah semua tragedi memilukan selama 10 tahun ke belakang.
Akankah misinya berhasil? Lalu, bagaimana Yura membalas dendam atas semua penindasan yang ia terima selama ini? Yuk, ikuti kisahnya hanya di noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 : KEJUTAN
Yura merasa tubuhnya melayang ke udara. Ia memberanikan diri membuka mata, setelah jantungnya seolah terlepas dari sarangnya. Ia terperanjat ketika berada dalam pelukan pria tampan berwajah dingin itu. Napasnya masih berembus tak beraturan.
Ya, Zefon justru menyelamatkan Yura. Menembak tepat pada rantai yang mengikat tubuh Yura, lalu menggendongnya keluar.
Yura menatap pria itu lamat-lamat, ia merasa familier dengan pria tampan itu. Beberapa saat kemudian, Yura teringat bahwa pria itu adalah Zefon Xeverest. Salah satu konglomerat yang terkenal di negaranya.
‘Hah? Aku ... tidak mimpi ‘kan?’ batin Yura mencubit pinggang Zefon dengan kuat.
“Apa yang kau lakukan?” teriak Zefon berhenti, memberi tatapan tajam ke arahnya.
DEG!
“Ma ... maaf. Mengenai chip itu, disembunyikan di mobil APV berwarna hitam. Milik salah satu anak buahnya,” ucap Yura dengan degup jantung yang antah berantah.
Tatapan Zefon membuat nyali Yura semakin menciut. “Kau yakin? Dari mana kau tahu?” tanya pria itu mengerutkan keningnya.
“A ... aku mendengar pembicaraan mereka ketika aku diculik,” sahut Yura terbata.
“Hmmm, informasi ini sangat berharga!” Zefon melanjutkan langkahnya menuju mobil. Ia segera menghubungi para anak buahnya melalui sambungan alat komunikasi yang ada di telinganya. “Cepat temukan mobil APV hitam milik anak buah mereka. Periksa semua bagian mobil mereka!” titah Zefon dengan tegas yang segera dijalankan oleh para bawahannya.
Chip itu sangat berharga bagi Zefon, karena berisi mengenai harta kekayaan Keluarga Sebastian yang turun temurun. Selain itu, banyak rahasia mengenai Klan mafianya. Ia sangat murka ketika ada pengkhianat yang berhasil mencuri dan menjualnya pada klan musuh.
‘Gadis ini, jangan sampai lepas,’ batin Zefon mendudukkan di kursi penumpang pada mobil sport mewahnya. Zefon juga memasangkan sabuk pengaman pada Yura.
Tubuh Yura yang masih begitu lemah tidak terlalu banyak protes. Menurut saja akan dibawa ke mana. Ia bahkan hampir kehilangan kesadaran.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selang tiga puluh menit, Aston Martin Vulcan berwarna hitam legam telah berhenti di depan sebuah mansion mewah. Pintu gerbang terbuka lebar secara otomatis, ketika Zefon menyalakan sensor pada mobil mewahnya.
Tepat di pelataran bangunan megah itu, Zefon terburu-buru turun. Setengah berlari mengitari mobil dan kembali menggendong tubuh mungil Yura yang sudah tak sadarkan diri. Ia segera melenggang masuk.
Beberapa pelayan membelalak ketika melihat tuannya membawa pulang seorang gadis. Pria berusia 30 tahun itu, sempat dikabarkan impoten. Bahkan mulut ibunya sendiri yang berucap. Karena selama itu, Zefon sama sekali tidak pernah mengenalkan seorang wanita padanya.
“Cepat telepon Dokter Luna!” titah Zefon saat melalui beberapa pelayan yang masih terdiam dalam keterkejutannya.
Suara bariton itu segera menyadarkan mereka. Dan seketika membungkuk hormat, “Baik, Tuan!” ucap mereka serentak.
Zefon membawa ke kamar pribadinya. Hampir semua pelayan yang melihatnya segera bergunjing. Namun tak lama karena sadar akan perintah tuannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Apa yang kamu lakukan, Zefon?!” teriak Luna—dokter pribadi sekaligus tantenya. Wanita itu memekik lantaran melihat banyak luka di tubuh seorang gadis belia.
“Aku menyelamatkannya, Aunty. Lakukan saja tugasmu!” geram Zefon, tidak terima dituduh sembarangan.
Luna mendesah kasar, tak ingin berdebat segera melakukan pemeriksaan pada Yura. Sedangkan Zefon menunggunya dengan sabar, namun sama sekali tak mengalihkan pandangan dari Yura.
Luna menjelaskan bahwa Yura mengalami kekerasan fisik. Tetapi untungnya tidak mengalami pelecehan. Ia sudah memberi obat terbaik melalui sebuah suntikan, agar kondisinya lekas membaik. Selain itu Luna juga mengobati luka-luka di wajah cantiknya.
“Aunty! Jangan katakan apa pun pada mama, papa dan semuanya. Berpura-puralah tidak tahu apa-apa setelah keluar dari sini!” tegas pria itu dengan wajah dinginnya.
Sudah tabiat Zefon seperti itu, Luna sama sekali tidak terkejut. Ia mengedikkan bahu sembari tersenyum samar. “Ya! Itu tugasmu sendiri laporan sama mereka! Udah, aku pulang. Jaga baik-baik gadismu!” pesan Luna menepuk bahu Zefon.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya, Yura tersadar dari tidur lelapnya. Ia masih mengumpulkan kesadaran. Saat membuka mata sempurna, Yura terkejut karena berada di kamar yang asing. Buru-buru ia bangun, namun tak lama mendesis sembari menyentuh pangkal hidungnya karena merasa pusing luar biasa. “Awwh!” desisnya.
“Sudah sadar?”
DEG!
Yura terpaku saat mendengar suara bariton. Ia menggerakkan kepala perlahan, hingga pandangannya menangkap sosok Zefon yang berdiri sambil menatapnya serius.
‘Hah! Ini benar-benar nyata? Bukan mimpi.’ Yura menelan salivanya, ‘Ternyata Tuhan memberiku kesempatan hidup kembali. Mengingat kejadian penculikan itu, berarti aku kembali ke sepuluh tahun yang lalu. Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Sarah! Awas kau, akan aku balas semua perbuatanmu!’ geramnya dalam hati mengepalkan kedua tangan kecilnya.
“Sepertinya aku harus mengantarmu ke THT. Sejak kemarin pendengaranmu bermasalah!” cetus Zefon.
“Ah, maaf! Aku hanya terkejut saja karena berada di kamar asing, Tuan,” ujar Yura terkejut. Ia tak sengaja menilik bajunya yang sudah berganti piyama tidur. Matanya mendelik, “Aaaaa! Dasar, Tuan Mesum!” pekiknya menyilangkan kedua tangan.
Zefon menyentil dahi Yura, kesal karena teriakannya menyakiti telinga. “Bodoh! Pelayan yang menggantinya. Otakmu itu yang mesum!” ketus lelaki itu.
Yura menunduk, menggigit bibir bawahnya. Merasa malu atas tuduhannya. “Hehe, maaf.”
‘Sikapnya beda sekali dengan semalam!’ gerutu Zefon menatapnya tanpa ekspresi.
“Pelayan akan mengantar sarapan. Lalu kembali istirahat supaya lekas sembuh!” ujar pria itu melenggang keluar dari kamar.
“Yaampun! Ganteng banget!” pekik Yura berguling di atas ranjang empuk itu. Bahkan menggerakkan kedua kakinya saking excited-nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dua hari Yura diperlakukan bak ratu di mansion Zefon. Semua pelayan begitu patuh dan hormat padanya. Yura sampai merasa tak enak hati.
Ia melihat kalender yang ada di atas meja. “Tanggal 20 Januari. Hemm, nanti malam ‘kan ada acara anniversary ayah dengan wanita iblis itu! Aku harus memberinya kejutan!” gumam Yura.
Yura mengendap-endap keluar kamar. Selama dua hari dia seperti tawanan, yang tidak dibolehkan keluar kamar. Karena memang Zefon melarangnya. Namun, selama dua hari itu pula, ia tak bertemu dengan pria itu.
“Bi, aku harus pulang. Orang tuaku pasti mencariku. Tolong sampaikan ini pada Tuan Zefon ya.” Yura menyodorkan sebuah surat.
“Tidak boleh, Nona. Anda harus tetap di sini sesuai perintah Tuan!” tegas pelayan di rumah itu.
“Tenang saja, dia tidak akan marah. Aku yang bertanggung jawab. Aku pamit ya, Bi. Terima kasih atas semuanya.”
Yura memaksa, ia berlari menuruni anak tangga hingga benar-benar keluar dari mansion besar itu. Napasnya terengah-engah ketika mencapai pintu gerbang.
Penjaga melarang, tapi Yura kekeh mengatakan atas izin Zefon. Hingga ia berhasil keluar setelah meminjam uang pada penjaga itu. Yura mengatakan, Zefon akan menggantinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dengan diantar sebuah taksi, Yura akhirnya sampai di kediaman Cullens. Benar dugaannya, rumah itu sudah didekorasi seperti sepuluh tahun lalu untuk merayakan anniversary.
Yura masuk mengendap-endap. Karena kesibukan semua orang, ia berhasil mencapai kamar tanpa ada yang menyadari.
“Aaahh aku merindukan kamarku!” ucapnya menghempaskan tubuh ke ranjang. “Tunggu! Aku harus segera bersiap. Kejutan pertama akan segera datang!”
Buru-buru Yura beranjak, segera merias wajahnya sebaik mungkin, lalu mengenakan gaun yang indah.
Yura turun dari lantai dua ketika acara akan dimulai. Para tamu undangan sudah memenuhi ruang tamu. Hentakan heels di kakinya, menarik atensi beberapa orang. Termasuk, Sarah dan Tora.
Mata Sarah melotot begitu lebarnya ketika melihat kehadiran Yura di sana. ‘Ba ... bagaimana dia bisa ada di sini? Bukankah harusnya dia menjadi santapan para bandit itu?’ batin Sarah terlihat panik.
Bersambung~
Jejaknya jan lupa ya, Best 💋