Buta sejak lahir dan diasingkan dari keluarga, Nola Neilson kehilangan sosok ibu yang mencintainya. Ayahnya menikah dengan selingkuhan dan membawa anak-anak haram ke dalam rumah. Meski mengalami kekerasan, dia tidak pernah marah sedikit pun.
Ketika Nola dibawa pergi dari lubang neraka keluarga Neilson oleh pelindung mendiang ibunya, dia dijodohkan dengan Halbert Jefford—bos mafia yang mencuci tangannya dengan darah sepanjang hidupnya.
Jangan pernah membuat gadis itu marah karena akibatnya akan fatal. Meski Nola buta, dia mampu melihat mereka dengan kemampuan Supernatural nya. Bisakah Nola hidup berdampingan dengan Halbert yang dingin dan kejam?
Halbert tidak percaya adanya keberuntungan di dunia ini tapi dia mulai mempercayai keberuntungan yang diberikan istrinya .....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nola Menghilang
Halbert membawa Nola ke lokasi proyek setelah makan malam. Keduanya disambut oleh para bawahan yang ada di sana. Dan hampir semua bawahan di sana merupakan anak buah dunia bawahnya.
Bahkan mereka membawa pistol secara diam-diam.
Nola awalnya tidak mengerti kenapa Halbert memilih waktu malam hari untuk pergi. Udara cukup dingin di malam hari tapi Nola merasa tidak nyaman saat tiba di sana.
"Kenapa pergi di malam hari seperti ini?" tanyanya.
Tidak ada orang yang bekerja di lokasi proyek saat malam tiba. Dan Halbert membawanya ke sana untuk melakukan sesuatu yang lain. Tapi tidak berhubungan dengan pekerjaan perusahaan.
Halbert mengelus kepala gadis itu dan tatapannya sedikit dalam. Dia menyeringai sedikit. "Pekerjaanku adalah seorang seorang mafia. Menurutmu, apa yang akan kulakukan?" tanyanya.
"Membunuh orang?" tebaknya.
Halbert tertawa ringan. "Ini bukan hanya membunuh orang saja tapi ..." Dia berbisik di telinganya. "Tapi menangkap orang-orang yang berani menginjak garis bawahku."
Mendengar ini, Nola sedikit menegang. Halbert sepertinya tidak terlalu memedulikannya tapi bertanya dengan santai.
"Istriku, apakah kamu takut? Bukankah kamu bilang, bahkan jika aku adalah orang jahat, hatiku bukan mafia?"
Napas hangat menggelitik daun telinga gadis itu. Nola mengangguk pelan. Dia memang mengatakan itu padanya. Halbert melakukan kejahatan. Tapi Nola menikah dengannya.
Ada pepatah yang mengatakan jika semakin berbahaya tempatnya, maka semakin aman untuk berlindung.
Angin malam membelai tubuh Nola, sedikit kedinginan. Halbert sama sekali tidak memperhatikan hal kecil seperti ini dan dirinya sudah terbiasa dengan hawa dingin di malam hari.
Frangky yang awalnya pergi bersama dengan anak buahnya untuk mengecek sekeliling, akhirnya kembali. Mereka membawa beberapa orang pria kurus yang mondar-mandir di sekitar lokasi proyek.
"Bos, kami menangkap mereka dengan gerak-gerik mencurigakan," kata Frangky.
Beberapa pria yang mereka bawa tidak diikat sama sekali. Tapi mereka sudah babak belur dihajar oleh anak buah Halbert sehingga untuk berdiri saja sulit.
Halbert memandang mereka dengan jijik. "Siapa yang memerintahkan kalian?" tanyanya.
Salah satu pria kurus yang wajahnya pucat menatap Halbert. Meski pencahayaan tidak cukup untuk melihat ekspresi pihak lain, tapi dia merasa dingin di punggungnya.
Namun yang pasti, Halbert memegang pistol saat ini.
"Aku bertanya sekali lagi, siapa yang memerintahkan kalian?"
Mereka tidak menjawab sama sekali dan sepertinya sudah mutlak. Baik hidup atau mati, mereka tidak peduli. Halbert memiliki kesabaran terbatas saat ini. Bahkan jika tidak bisa mendapatkan informasi dari pihak lain, dia masih bisa mencari tahu sendiri.
Tanpa diduga, Nola yang berdiri tenang di samping Halbert tiba-tiba saja menoleh ke arah lain. Matanya sedikit membelalak dan perasaan aneh di tubuhnya seperti menggambarkan sesuatu. Namun Nola masih tidak yakin.
Awalnya Nola ingin menepis perasaan tidak asing itu dns berpikir tidak mungkin orang yang sudah lama tidak terlihat itu ada di sini.
Tapi lagi-lagi Nola merasa jika tubuhnya menangkap sinyal yang kuat dari pihak lain. Hingga akhirnya berlari ke arah di mana aura akrab itu berada.
Halbert melihatnya pergi, wajahnya bahkan lebih tidak menyenangkan. "Nola, kembalilah!" panggilnya agak kasar.
Gadis itu tidak mendengarkan dns terus berlari menuju kegelapan. Halbert melihat anak buahnya seperti boneka mati yang linglung.
"Kenapa kalian diam saja? Cepat bawa nyonya kembali!"
Beberapa anak buahnya menegang dan berkeringat dingin. "Y-ya, Bos!" Mereka pun mengejar Nola dengan langkah lebar.
"Bos, mungkinkah nyonya muda menemukan sesuatu?" tanya Frangky.
Halbert mengerutkan kening. Meski gadis ini sulit diatur dan selalu misterius dari waktu ke waktu, tapi tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan. Dia menatap beberapa pria yang babak belur di depannya.
"Bawa mereka dan interogasi perlahan. Jika tidak mau buka mulut, bunuh saja!" katanya tanpa berperasaan.
"Ya, tidak masalah." Frangky segera membawa mereka bersama anak buahnya untuk pergi ke markas.
Halbert masih di tempatnya dan mulai mengejar ke mana Nola pergi sebelumnya. Tapi tak lama, Halbert berpapasan dengan anak buahnya yang terlihat linglung di sekitar.
"Di mana dia?" tanyanya.
Salah satu anak buahnya merasa tidak nyaman. "Ka-kami ... Kami tidak menemukan jejaknya, Bos. Kami tidak tahu ke arah mana nyonya muda pergi," jawabnya agak gugup.
"Hilang??" Nada bicara Halbert bahkan lebih dingin. Pistol yang dipegangnya segera dimasukkan ke saku jas bagian dalam dan dia pergi sendiri untuk mencarinya.
Gadis buta itu tidak mungkin pergi jauh hanya dengan mengandalkan tongkat putih. Belum lagi ini malam hari. Tapi apa yang dikejar gadis itu?
......................
Di saat Halbert mencari Nola hingga hampir membalikkan beberapa tempat di lokasi proyek, orang yang dicari justru telah memasuki daerah asing.
Gadis itu berlari ke arah di mana aura yang menguar di udara tersisa.
Sementara, seorang pria berkemeja abu-abu terlihat melarikan diri darinya dengan langkah yang terlihat main-main. Dia tahu gadis itu mengejar tapi mencari tempat yang cocok untuk bersembunyi.
mampir yuk ke novel ku juga☺❤