Nur Azizah gadis biasa yang telah dijual oleh tantenya sendiri untuk menebus rumah yang akan disita. Nur tidak menyangka, nasibnya akan tragis. Saat orang yang membeli tubuhnya berusaha menodai gadis itu, dengan susah payah Nur berusaha kabur dan lari jauh.
Dalam aksi pelariannya, Nur justru dipertemukan dengan seorang pria kaya raya. Seorang pria tajir yang katanya tidak menyukai wanita.
Begitu banyak yang mengatakan bahwa Arya menyukai pria, apa benar begitu?
Rama & Irna
Masih seputar pria-pria menyimpang yang menuju jalan lurus. Kisah Rama, si pria dingin psiko dan keras. Bagaimana kisah Irna hidup di sisi pria yang mulanya menyukai pria?
Jangan lupa baca novel Sept yang lain, sudah Tamat.
Rahim Bayaran
Istri Gelap Presdir
Dea I Love You
Menikahi Majikan
Instagram Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Degup Jantung Tak Biasa
Suamiku Pria Tajir #24
Oleh Sept
Rate 18+
Arya dan Nur malam ini terjebak dalam suasana yang canggung. Mereka berdua mau tidak mau harus tidur dalam satu ruangan. Karena saat ini mereka sedang tinggal bersama di kediaman keluarga Brotoseno, rumah sang mama.
"Tidur sini saja, nanti punggung Mas Arya sakit lagi."
Arya menggeleng, sejenak ia merasa heran. Tumben Nur mengijinkan ia dekat-dekat. Biasanya juga selalu menciptakan jarak di antara mereka.
Karena Arya terus menolak, Nur pun tidak memaksa. Rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang, membuat Nur mencoba memejamkan mata. Sedangkan Arya, pria itu tak bisa memejamkan mata. Arya memilih mencari udara segar. Sembari menyesap rokok sebagai teman sepinya selama ini.
Saat akan menyalakan rokok yang ke sekian, tiba-tiba koreknya habis. Arya pun memilih masuk ke dalam kamar lagi. Malam sudah larut, sepertinya ia harus tidur. Karena besok sebenarnya ia ada meeting dan pertemuan penting dengan klien di luar kota. Ia sampai lupa tidak mengatakan pada Nur. Mendadak bibirnya mengulas senyum, bilang atau tidak, sepertinya Nur tidak peduli. Arya pun malah tersenyum kecut.
***
Benar kata Nur, punggung Arya lama-lama terasa sakit. Tidur di sofa nyatanya membuat tersiksa. Arya lantas melirik ranjang sekilas. Dilihatnya masih ada tempat yang cukup luas di sebelah sisinya.
Dengan gerakan pelan, ia merambat dan naik ke sisi yang lain. Arya merebahkan tubuhnya tanpa suara, pelan-pelan agar tidak membangunkan Nur yang sudah tidur duluan.
Di ujung malam, mendekati subuh. Arya sudah tertidur pulas. Pria itu sepertinya benar-benar kelelahan. Arya sampai tidak tersadar, ketika guling di sebelahnya sudah lenyap. Mungkin karena rasa kantuk yang berat, Arya tidak sadar salah memeluk guling. Bukannya guling empuk, tapi malah guling yang bisa kentut yang ia peluk. Ya, Arya dalam posisi tidur sambil memeluk Nur.
Nur pun sama saja, ia tidak bangun juga. Wanita muda itu malah terlihat begitu nyenyak, tidur dalam pelukan dada bidang Arya yang hangat dan pastinya sangat nyaman tersebut.
Sesaat kemudian, Arya mengerjap. Rasa kering pada kerongkongan, membuat pria itu terbangun. Arya hendak mengambil minun, tapi pria itu, begitu membuka mata malah dibuat terkejut. Hampir saja ia mendorong tubuh Nur yang memeluk pinggangnya itu.
Pelan-pelan Arya mencoba menyingkirkan lengan Nur, bukannya pisah. Lengan Nur malah memeluknya semakin erat.
Arya mendesis, ia mencoba kembali berusaha melepaskan diri. Tapi, Nur malah semakin menjeratnya. Arya jadi curiga, jangan-jangan Nur sengaja. Akhirnya ia menatap Nur dengan pandangan penuh selidik. Aneh, matanya masih terpejam.
Karena gerah, Arya sediki beringsut. Dan gerakan itu sukses membuatnya Nur terbangun.
"Mas Arya?" Nur mendongak, menatap Arya dari jarak yang sangat dekat.
"Kamu yang memeluk duluan, Nur!" Tidak mau dituduh aneh-aneh. Arya langsung membela diri.
"Ah ...!" Nur lantas menarik tubuhnya agar menjauh, karena terlalu ke belakang, hampir saja ia terjengkal ke belakang. Untung saja, Arya dengan reflek menarik pinggang Nur.
"Awas!"
Tanpa sengaja, keduan tubuh mereka malah sangat dekat. Arya bahkan bisa merasakan hembusan napas Nur yang terasa hangat menerpa wajahnya.
Sedangkan Nur, tangannya yang menyentuh dada bidang Arya, dapat merasakan degup jantung pria tersebut yang berdetak tak bisasa.
"Mas Arya sakit?"
Arya mengeryitkan dahi, kemudian melepas peganggannya.
"Tidak, aku baik-baik saja."
"Tapi ... tadi Nur pegang, jantung Mas Arya berdegup kencang," ucap Nur dengan polos.
"Sial!" rutuk Arya dalam hati. Di balik cahaya temaram nan remang-remang, wajah polos Nur mengapa terlihat menggoda. Padahal, wanita muda itu tidak sedang menggodanya. Tapi, tatapan Nur yang polos itu, ditambah sama-sama di atas ranjang yang sama, membuat suasana jadi canggung.
"Aku baik-baik saja, Nur. Kamu nggak usah khawatir."
Arya memutuskan untuk turun, ada yang tidak beres. Dekat-dekat dengan Nur lama-lama bahaya juga. Ia tidak mau membuat Nur kecewa. Ia sudah janji tidak akan menyentuh wanita muda itu sekali lagi.
Sementara Nur, ia tertegun sendirian di atas ranjang. Menatap punggung Arya yang berjalan menuju balkon.
Beberapa menit kemudian, Arya masuk karena hawa dingin di luar yang menusuk sampai ke tulang. Sambil mengusap bahunya sendiri, ia melirik ke arah tenpat tidur. "Astaga!" pekiknya dalam hati.
"Belum tidur?" Arya kaget karena Nur juga menatap dirinya.
Nur menggeleng. "Nggak bisa tidur lagi, Mas."
"Kenapa?"
"Nggak apa-apa."
"Apa ada yang tidak nyaman?" pancing Arya. Meskipun berkata tidak, wajah Nur mengatakan dia menahan sesuatu.
"Perut Nur."
"Perut? Apa Kita ke dokter?"
"Nggak ... nggak usah."
"Bagaimana sakitnya? Kita ke dokter saja."
"Nggak Mas, udah Nur elus-elus ... udah gak sakit lagi."
"Oh ..."
Arya bingung mau berkata apa lagi. Kemudian ia menata bantal, menyusunnya menjadi agak tinggi. Biar Nur nyaman.
"Coba, berbaring lagi."
"Nggak, Mas."
"Ayolah ... jangan membuat aku mengatakan berkali-kali."
Akhirnya Nur menurut, ia merebahkan tubuhnya lagi. Mengusap perutnya yang sakit. Dan Arya terus saja mengamati.
"Tidurlah, biar aku yang mengusapnya." Entah itu kata-kata muncul dari mana, karena begitu keluar dan ia ucapkan. Arya langsung merutuki mulutnya sendiri.
Sedangkan Nur, ekspresi wajahnya langsung menegang. Bukan karena takut atau khawatir pada suaminya, Nur malah mencoba meraih tangan pria itu. Perlahan, ia meletakkan telapak tangan Arya tepat di atas perutnya.
Jakun Arya naik turun, jantungnya berdegup lebih cepat, pria itu malah jadi tegang. Tangannya mulai mengusap perut Nur secara perlahan, tentunya dengan sangat kaku. Kemudian pelan-pelan ia mengelus lembut, seolah sedang bicara kepada anak mereka.
Ketika tangannya sibuk, matanya malah tak beralih pada wajah Nur yang terus menunduk. Entah dirasuki setan apa, tiba-tiba saja, tangannya memegang dagu Nur Azizah. Bersambung.