Akademi Debocyle adalah akademi yang paling luas, bahkan luasnya hampir menyamai kota metropolitan. Akademi asrama yang sangat mewah bagaikan surga.
Tahun ini, berita-berita pembunuhan bertebaran dimana-mana. Korban-korban berjatuhan dan ketakutan di masyarakat pun menyebar dan membuat chaos di setiap sudut.
Dan di tahun ini, akademi Debocyle tempatnya anak berbakat kekuatan super disatukan, untuk pertama kalinya terjadi pembunuhan sadis.
Peringatan : Novel ini mengandung adegan kekerasan dan kebrutalan. Kebijakan pembaca diharapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Garl4doR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Pusat informasi Akademi Debocyle berdiri sunyi dalam cengkeraman malam, diterangi hanya oleh layar monitor yang berkelap-kelip. Goliath, dengan kehadirannya yang mengintimidasi, berdiri di tengah ruangan seperti sosok bayangan yang hampir tidak nyata. Sisa anggota El-Virness berdiri terpaku di belakangnya, tangan mereka gemetar namun tetap patuh pada perintahnya. Boris dengan gugup menekan tombol untuk mengaktifkan mikrofon utama akademi.
"Anak-anak Debocyle," suara dalam yang menggema memenuhi setiap sudut akademi. Tidak ada nama, tidak ada identitas—hanya nada yang dingin dan penuh keyakinan, memotong seperti pisau ke dalam ketakutan masif. "Selama ini kalian diajarkan untuk patuh, untuk tunduk pada aturan yang katanya melindungi. Tapi lihatlah sekeliling kalian. Apa yang benar-benar mereka lindungi? Kalian? Atau kedudukan mereka sendiri?"
Goliath melirik layar di depannya, menampilkan rekaman-rekaman rahasia yang ia temukan dalam arsip akademi: siswa-siswa yang diperlakukan seperti tahanan, dijebak dalam isolasi, dan dihancurkan karena melawan. Ia mengangkat tangannya, mengarahkan Boris untuk memproyeksikan gambar-gambar itu ke layar-layar publik akademi. "Dave hanyalah awal dari kebenaran yang selama ini mereka sembunyikan. Mereka menganggap kalian alat, hanya bernilai jika patuh. Namun, alat yang retak, alat yang berani mempertanyakan, selalu dibuang tanpa belas kasihan."
Suara itu berlanjut, menjadi lebih dalam dan penuh retorika. "Apakah ini keadilan yang kalian harapkan? Apakah ini dunia yang kalian percaya layak dipertahankan? Kalian berhutang pada diri kalian sendiri untuk mempertanyakan segalanya, karena di dalam kegelapan ini, hanya kalian yang bisa menyalakan cahaya kebenaran."
Goliath berbalik pada anggota El-Virness, matanya penuh dengan keteguhan dan kejeniusan manipulatif. "Biarkan mereka yang mendengar merasa gelisah, bertanya-tanya siapa yang cukup berani untuk berbicara, namun tetap tidak terlihat."
Pesan itu menyebar dengan cepat, merasuki pikiran siswa-siswa akademi. Tanpa sosok yang terlihat, ancaman menjadi lebih menakutkan. Mereka mulai mempertanyakan otoritas akademi, kebijakan, dan bahkan keselamatan mereka sendiri. Goliath tetap di balik layar, membiarkan bayangannya mengendalikan semuanya.
Sementara pesan itu menyebar seperti virus, siswa-siswa akademi mulai mempertanyakan segalanya. Suara di kepala mereka berbisik: Apakah semua yang mereka yakini tentang Debocyle adalah dusta?
***
Di ruang aman Fluttergeist, suasana mencekam terasa kental. Pesan yang tersebar dari "tamu tak diundang" berulang di layar monitor utama, membawa pesan yang menyerang inti kepercayaan para siswa terhadap Akademi Debocyle.
Alvaro menyandarkan tubuhnya ke kursi, tangan terlipat di dada, matanya tajam menatap layar. Wajahnya menunjukkan campuran antara kemarahan dan kehati-hatian. Ia tidak terkejut dengan isi pesan itu. Tidak sama sekali.
"Jadi ini akhirnya terjadi," gumam Alvaro pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Gale, yang berdiri di sampingnya, memutar tubuh dengan gusar. "Apa maksudmu akhirnya? Pesan ini menghancurkan reputasi akademi! Kau tidak terlihat kaget sama sekali."
Hans, yang duduk di sudut ruangan dengan ekspresi tegang, mengangkat alis. "Gale benar. Kau tahu sesuatu tentang ini, kan?"
Alvaro mengalihkan pandangan dari layar ke arah Gale dan Hans. Ia menghela napas panjang, suaranya lebih berat dari biasanya. "Tentu aku tahu. Akademi ini memang tidak bersih. Selama bertahun-tahun, mereka memelihara kebusukan di bawah permukaan. Aku mengetahuinya dari cara mereka memperlakukan keluargaku. Pesan ini... hanyalah pengungkapan sebagian kecil dari apa yang sebenarnya terjadi."
Gale melongo, ekspresi campuran antara kaget dan kesal. "Dan kau tidak pernah memberitahu kami soal ini? Kau membiarkan kami percaya bahwa kita berada di sisi yang benar!"
"Karena kalian tidak siap untuk mendengar kebenaran," jawab Alvaro dengan nada tajam. "Tapi sekarang, tidak ada gunanya menyembunyikannya. Pesan ini dirancang untuk menghancurkan kepercayaan kita. Dan jika dibiarkan, itu akan menghancurkan lebih dari sekadar akademi. Itu akan menghancurkan kita semua."
Hans, yang biasanya tenang, akhirnya angkat bicara. "Kalau begitu, apa rencanamu? Kau tahu akademi busuk, tapi kau juga tahu siapa pun yang mengirim pesan ini sama berbahayanya. Apa kita benar-benar membiarkan dia mengambil kendali?"
Alvaro menatap Hans dalam-dalam. "Tentu saja tidak. Orang ini bukan pahlawan. Dia hanya memanfaatkan kebusukan akademi untuk keuntungannya sendiri. Kita akan menyelidiki lebih jauh, bukan untuk menyelamatkan akademi, tetapi untuk memastikan bahwa orang ini tidak mempermainkan kita semua."
Gale menyilangkan tangan, ekspresinya masih penuh keraguan. "Dan bagaimana kalau kita menemukan bahwa pesan ini lebih dari sekadar manipulasi? Bagaimana kalau orang ini memang tahu cara untuk menghancurkan akademi yang kau benci?"
Alvaro berdiri, matanya penuh determinasi. "Kalau itu benar, aku akan menghancurkan akademi—sistem akademi—dengan caraku sendiri, bukan dengan mengikuti rencana seseorang yang bahkan tidak punya wajah."
Keheningan menguasai ruangan, tetapi ketiganya tahu satu hal: perang melawan akademi bukan hanya tentang mempertahankan atau menghancurkannya. Ini adalah tentang menemukan kebenaran, dan memastikan siapa yang benar-benar memegang kendali atas nasib mereka.
Alvaro menyeringai buas, ia merasakan adrenalin dalam tubuhnya benar-benar mengendalikan dirinya. Rangsangan yang timbul membuat otak memproyeksikan kehancuran wajah-wajah busuk para petinggi akademi yang sudah cukup membuatnya tidak nafsu makan.
"Ini kasus tergila di akademi, begitu banyak yang mengejutkan di hari ini." Hans geleng-geleng sambil menekan dahinya untuk meredam pusing akibat kebanyakan pikiran. "Apakah ini alasan mengapa kepemerintahan ikut andil dalam kasus ini?" Ucapnya iseng mengingat kejadian tadi pagi.
Sebuah titik terang dapat dilihat Alvaro, seakan memori-memorinya terangkai membuat suatu alur yang saling menyambung. Dengan hadirnya pesan barusan dan si penyebar berita ia seakan mendapatkan satu plot yang menjadi pelengkap serta bukti konkrit kecacatan akademi.
Alvaro menunduk dalam-dalam dan merasa di gelitik, tawa geli keluar dari mulutnya secara konstan karena memdapatkan sesuatu yang telah lama hilang, Sampel. Akademi Debocyle sangat pandai menghilangkan bukti ataupun menyembunyikan bukti dan kini yang ia cari selama ini muncul tepat dihadapannya. Tinggal menjebol penghalang untuk meraihnya.
"Ada yang lucu?" Gale memperhatikan Alvaro dengan seksama.
"Bisa... Bisa... Hehe... Ini bisa.." Alvaro hanya bergumam seperti orang tak waras.
Gale menepuk pundaknya lantas mengguncang untuk menyadarkannya. Ia benar-benar terlihat khawatir.
Alvaro menoleh pada Gale, "ini dia Gale, Reyna, sekarang kita sudah mulai mendapatkan gambaran yang terjadi padanya!" Tatapannya sangat berbeda dari biasanya, seakan beban yang tertampung kini terbebas layaknya air tergenang di wastafel ketika penutup saluran terbuka, mengalir bebas.
Gale menatapnya lebih bingung lagi, "Kakakmu Reyna? Dia hanya mendapatkan tugas ekspedisi di balik portal, kan?"
"Itu hanya rumor." Suara Alvaro merendah serendah-rendahnya, terdengar penyesalan mendalam melantun dalam kata-kata itu. "Perbedaan waktu di dunia lain sangat kontras, jika dunia ini sudah berjalan hampir sepuluh tahun makan di dunia lain mungkin sudah mencapai ribuan tahun..."
"Sebentar, kau tahu itu darimana?" Hans mencoba mengerti yang Alvaro sampaikan sekaligus mencari kebenaran.
"Tertulis di catatan..."
Belum sempat Alvaro menyelesaikan kalimatnya, pintu kayu kokoh milik ruang aman Fluttergeist terlempar dari posisinya seraya suara dentuman yang keras membuat ketiga siswa menoleh waspada dan bersiap untuk bertarung.
Masuklah sekumpulan siswa eksekutif termasuk Zaela dan Ravi.
Mereka datang tidak bersahabat bahkan membawa senjatanya masing-masing. Beberapa siswa eksekutif tipe penyihir juga memunculkan pola-pola sihir di telapak tangan mereka.
"Kalian harus ikut dengan kami dan menghadap dewan tertinggi akademi." Zaela berkata lantang sambil berkacak pinggang dengan satu tangannya. Lalu iya memakai topi pet seperti komandan perang dengan emblem akademi di tengahnya, menjadikan gadis itu terlihat berkuasa dan tegas tapi di sisi lain juga cantik.
"Aku menolak," jawab Alvaro cepat.
Gale dan Hans melongo kaget, tidak ada konversasi lagi?
"Kalian kalau mau ikut perintahnya silahkan ikut," ucap Alvaro santai yang buru-buru di respon dengan gelengan.
Zaela tersenyum, "habisi mereka."
Para siswa tipe penyihir menyemburkan berbagai macam proyektil magis dari telapak tangan mereka, menghujani ketiga siswa itu secara brutal, akan tetapi...
Semua proyektil itu terhisap dan menghilang ditelan tubuh Hans, membuatnya tersenyum puas. "Kalian ini kurang informasi, ya? Kemampuanku pasifku adalah menyerap energi magis yang menyerang." Ia membusungkan dadanya dengan bangga.
Sesaat setelahnya pola sihir muncul di seluruh lantai ruangan seketika memindahkan mereka semua ke ladang rumput dekat hutan hitam yang mengitari akademi.
Zaela maju perlahan dengan tiba-tiba juga ia menciptakan pedang berlian di tangannya. Senyuman keji terukir disana bersamaan dengan tatapan kesenangan. "Jangan bangga hanya karena kau bisa melakukan hal kecil!" Zaela melakukan lompatan besar ke Hans berniat menyerangnya.
Gale dengan cepat mencengkram pergelangan tangan Zaela dan membelokkan arah lompatannya akan tetapi secara bersamaan kaki Zaela berhasil menghantam tubuh Gale dan membuatnya terpelanting.
Gale bangkit sambil mengusap sedikit darah yang keluar dari mulutnya. "Baiklah, itu tak terduga." ucapnya sambil menahan sakit tapi tetap terlihat kokoh. "Al, hadapi Ravi sementara Hans mengurusi para mage. Aku ada urusan dengan ketua mereka." Gale menyembuhkan luka-lukanya bersiap menerima hantaman tak terduga lainnya.
Ketiga pemuda itu terkepung dan terpaksa harus bertarung, untuk sekarang tak ada waktu untuk memikirkan siapa yang benar dan yang salah, apa motif di balik siswa eksekutif yang ingin mengeksekusi mereka, siapakah si penyebar berita itu. Tak ada waktu untuk memikirkannya.
Mereka kini di buru. Ini adalah awal dari kehancuran akademi dan terkuaknya kebenaran. Dan misi mereka yang tampil di monitor ruang aman Fluttergeist akan menjadi Misi Berdarah di Akademi.