Kisah Jovanka, seorang mahasiswi cantik yang bekerja sebagai seorang pengasuh empat anak laki-laki yang usianya bukan lagi anak-anak.
Empat anak laki-laki korban broken home membuat mereka terbiasa hidup mandiri meski tergolong orang berada. Meski awalnya beberapa dari mereka tidak sepenuhnya menerima kehadiran Jovanka, gadis itu membuat semuanya perlahan berubah.
Kehidupan Jovanka berubah sejak menjadi maid dan hidup serumah bersama empat laki-laki tampan. Perselisihan, pertengkaran, asmara, kisah manis dan kekeluargaan terjalin erat tanpa disadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memenangkan Hati Semua Orang
Minggu pagi, Jojo sudah bersiap-siap akan pergi ke pasar tradisional, ia dan Kai sudah menjalani hukuman ini hampir satu bulan. Semalam, Kalingga sudah memberinya jatah uang belanja untuk keperluan memberi daging, ikan, telur, sayur hingga beras, susu dan semua kebutuhan yang menurut Jojo sangat diperlukan.
"Berapa banyak yang akan kita beli?" tanya Kai sebelum mereka berangkat. Ia memanaskan motor sambil menunggu Jojo melihat daftar belanjaan yang ia catat dalam selembar kertas.
"Cukup banyak," jawab Jojo. Sebelum ia membuat daftar belanjaan, Jojo lebih dulu membuat daftar masakan dan makanan apa yang akan ia olah selama satu minggu ke depan untuk menyesuaikan kebutuhan mereka. Namun minggu ini ia akan membeli lebih banyak, karena ia belajar dari minggu-minggu sebelumnya yang mendadak ada hal yang kurang.
"Kalian belum pergi?" tanya Kylan. Ia berpakaian rapi sambil memainkan kunci mobil di jarinya.
"Sebentar lagi, kau mau ke mana? ini hari minggu!" tegur Jojo.
"Aku akan menemui teman. Tenang saja, aku pulang saat jam makan siang. Cuma nongkrong biasa," jawab Kylan.
"Baiklah. Hati-hati di jalan." Jojo melambaikan tangan saat laki-laki itu masuk ke dalam mobilnya.
Setelah memastikan mesin motornya sudah cukup panas, Kai memberikan helm pada Jojo dan meminta gadis itu naik. Sementara dari pintu utama, Keenan tersenyum dan melambaikan tangan mengantar kepergian adik dan pengasuhnya.
Jarak rumah dan pasar tradisional tidak terlalu jauh. Hanya memerlukan waktu lima belas menit, keduanya sudah sampai di tempat.
Suasana pasar yang ramai dan berdesakan membuat Kai enggan ikut masuk. Ia berusaha merayu Jojo agar mengizinkannya tetap duduk di atas motor yang terparkir.
"Hei, Kakak menghukum kita berdua. Kau harus ikut andil dalam hal ini," tegas Jojo. Kai cemberut, ia benar-benar merasa tidak nyaman berada di tempat yang penuh dan sesak seperti ini.
"Oke, oke. Tapi tolong kau harus cepat!" pintai Kai. Jojo tidak bisa berjanji, namun ia akan berusaha untuk membeli semua barang dengan cepat.
Jojo sudah keempat kalinya datang ke pasar, ia mulai menghafal letak penjual sayur dan buah yang terpisah dari penjual ikan, ayam dan daging sapi.
Sebelum memulai berbelanja, Jojo membeli dua buah tas berukuran cukup besar dan meminta Kai membawanya. Kai mengikuti ke manapun langkah Jojo berjalan. Gadis itu membeli beberapa jenis ikan dan daging ayam. Kai merasa mual saat ia berada di stand yang semuanya berjejer menjajakan dagangan ikan mereka. Bau amis ikan yang menyengat membuat Kai tidak nyaman.
"Cepat sedikit, Jo!" pinta Kai. Ia menutup mulut dan hidungnya dengan ujung jaket yang ia kenakan. Jojo hanya menggeleng pelan melihat perilaku anak asuhnya.
"Sabar, Kai."
Hampir dua jam mereka berada di pasar, Jojo membeli banyak jenis sayuran dan lauk pauk. Meski begitu, Jojo hanya membawa satu dompet kecil dan Kai yang bertugas untuk mengangkat seluruh belanjaan mereka.
"Apa ini belum cukup?" tanya Kai. Ia terus protes tiap kali Jojo memasukkan barang ke kantong belanjaannya. Belum lagi, suasana pasar yang ramai di hari minggu membuat Kai sering disenggol oleh ibu-ibu yang tidak sabaran saat mengantre jalan.
"Kamu nggak mau sesuatu?" tanya Jojo.
"Memangnya makanan apa yang bisa di beli di pasar ini?" tanya Kai. Ini adalah pengalaman kurang menyenangkan dalam hidupnya memasuki sebuah pasar tradisional yang sembilan puluh persen pengunjungnya adalah ibu-ibu.
Jojo berusaha mengedarkan pandangan ke sekitar, ia bertanya pada salah seorang penjual buah tentang bagian pasar yang biasa menjual makanan tradisional. Setelah mendapatkan jawaban, Jojo menyeret lengan Kai.
"Apa kau akan memborong seluruh isi pasar ini? lihat, dua tas ini hampir penuh," keluh Kai sambil menghembuskan nafas kasar.
Jojo mengabaikannya, ia membeli beberapa jajanan tradisional yang mungkin tidak pernah anak-anak asuhnya rasakan. Setelah selesai, mereka keluar dari pasar dan menuju tempat parkir.
"Bagaimana kita membawanya?" tanya Kai. Jojo nampak berpikir, ia lalu meminta Kai duduk terlebih dahulu dan meletakkan satu kantong belanjaan di depan tubuh bocah laki-laki itu.
"Pastikan kau menahannya dengan kedua tanganmu, jangan sampai jatuh atau tercecer," ucap Jojo.
Kai menelan ludah. Motor yang setiap hari ia sayang-sayang dan ia rawat bagaikan bayi, kini lebih terlihat seperti motor ojek, dan dirinya adalah tukang ojeknya.
Motor sport berwarna hitam itu bagian depannya membumbung tinggi belanjaan milik Jojo. Kai bahkan kesulitan melihat jalanan. Sedangkan satu kantong belanjaan lagi diletakkan di bagian tengah antara Jojo dan Kai, membuat keduanya merasa tidak nyaman.
Setelah sampai di rumah, Jojo menurunkan semua belanjaannya dan membawanya ke dapur. Sementara Kai terlihat sedih, ia segera membawa selang air dan menyemprot kendaraannya hingga kembali kinclong, karena ikan dan daging yang dibeli menimbulkan bercak kotor di body motornya.
"Kau sudah pulang?" tanya Keenan. Ia menghampiri Jojo dan membantu gadis itu membongkar semua barang yang telah ia beli.
Sementara Keenan dengan senang hati membantu Jojo di dapur, Kai di halaman rumah sedang mengelap motornya penuh cinta.
"Apa Kai membantumu?" tanya Keenan pada Jojo.
"Tentu saja, Kak. Nggak cuma aku yang dihukum, jadi Kai juga harus ikut bersamaku," jawab Jojo.
Saat sayuran dan ikan sudah masuk ke lemari pendingin, tiba-tiba Kai masuk dengan wajah cemberut.
"Lain kali sewa saja tukang ojek atau motor bak terbuka roda tiga. Aku nggak mau motor kesayanganku bau ikan!" keluh Kai.
"Hei, kau sedang dihukum. Nggak ada tawar menawar!" sela Keenan.
"Kakak, kami kan bisa belanja di mall. Kenapa harus di pasar tradisional, sih?"
"Kalau belanja di pasar tradisional, selain harganya lebih murah dan bahan yang di dapat lebih segar. Kita juga bisa membantu melarisi dagangan orang lain. Mereka lebih membutuhkan daripada pengusaha mall," jelas Keenan.
"Sudahlah, jangan manja. Cepat naik dan mandi. Baumu seperti ikan asin!" ledek Jojo. Kai menyipit, ia mengangkat jari telunjuknya dan menunjuk Jojo.
"Awas kau!" gumam Kai.
Jojo dan Keenan tertawa melihat tingkah bocah laki-laki itu. Setelah memastikan semua beres, Jojo pamit pada Kai untuk segera mandi. Ia juga merasa gerah setelah berkeliling pasar dan berdesakan dengan banyak orang.
"Bagaimana mereka?" tanya Kalingga pada Keenan setelah Jojo sudah masuk ke dalam kamarnya.
"Kai kesal dan marah karena badannya bau ikan, sementara Jojo baik-baik saja. Dia nggak protes sama sekali," ujar Keenan.
"Aku penasaran bagaimana cara Jojo meluluhkan hati Kai secepat itu. Bahkan Olivia yang sudah mengenal kita bertahun-tahun saja masih dianggap orang lain oleh Kai. Sedangkan Jojo, dia bekerja di rumah ini selama beberapa bulan dan memenangkan hati semua orang," ujar Kalingga.
Keenan berusaha mencerna dengan baik kalimat yang Kalingga ucapkan. Memenangkan hati semua orang? apa maksudnya?
🖤🖤🖤
terimakasih akak... 🙏🙏☺️