Ciara lemas setengah mati melihat garis dua pada alat tes kehamilan yang dipegangnya. Nasib begitu kejam, seolah perkosaan itu tak cukup baginya.
Ciara masih berharap Devano mau bertanggung jawab. Sialnya, Devano malah menyuruh Ciara menggugurkan kandungan dan menuduhnya wanita murahan.
Kelam terbayang jelas di mata Ciara. Kemarahan keluarga, rasa malu, kesendirian, dan hancurnya masa depan kini menjadi miliknya. Tak tahan dengan semua itu, Ciara memutuskan meninggalkan sekolah dan keluarganya, pergi jauh tanpa modal cukup untuk menanggung deritanya sendirian.
Di jalanan Ciara bertaruh hidup, hingga bertemu dengan orang-orang baik yang membantunya keluar dari keterpurukan.
Sedangkan Devano, hatinya dikejar-kejar rasa bersalah. Di dalam mimpi-mimpinya, dia didatangi sesosok anak kecil, darah daging yang pernah ditolaknya. Devano stres berat. Dia ingin mencari Ciara untuk memohon maafnya. Tapi, kemana Devano harus mencari? Akankah Ciara sudi menerimanya lagi atau malah akan meludahinya? Apakah Ciara benar membunuh anak mereka?
Apapun risikonya, Devano harus menerima, asalkan dia bisa memohon ampunan dari Ciara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeni Erlinawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keberangkatan Devano
Hari ini adalah hari dimana Devano akan berangkat ke Amerika untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Awalnya orangtuanya menginginkan Devano untuk pergi 1 bulan yang lalu tapi karena ada masalah di kantor pusat di Jakarta maka mau tak mau Devano harus mereka tahan terlebih dahulu. Jangan tanya reaksi Devano waktu itu saat penerbangannya ke Amerika ditunda yang jelas ia sangat bahagia dan lebih gencar lagi mencari keberadaan Ciara namun entah belum waktunya bertemu atau memang takdir tak memperbolehkan mereka saling bertatap muka lagi, selama waktu yang di berikan orangtuanya kemarin tak membuahkan hasil sama sekali. Menyerah? tentu saja tidak. Ia akan terus mencari Ciara sampai kapanpun bahkan diujung dunia pun ia akan mencarinya asalkan dirinya bisa bertemu kembali dengan wanitanya.
Sekarang ia tengah berada didalam mobil menuju bandara internasional Soekarno-Hatta ditemani oleh Mommy Nina. Sedangkan Daddy Julian terpaksa tak bisa mengantarkan anaknya dikarenakan ada meeting penting yang tak bisa diwakilkan.
Tak perlu waktu lama Devano berserta Mommy Nina tiba di bandara.
"Mommy pasti kangen banget sama kamu sayang hiks," tutur Mommy Nina dengan tangis tak mengikhlaskan putra satu-satunya jauh dari dirinya.
"Ya udah kalau gitu Dev gak usah berangkat ke Amerika aja ya Mom."
Mommy Nina menghapus air matanya.
"Enak aja. Gak ada ya udah sana berangkat!" Devano berdecak namun tubuhnya segera berhambur memeluk Mommy Nina.
"Kamu disana jaga diri baik-baik ya. Jangan lupa makan, Kerjanya yang wajar aja jangan terlalu diforsir gak baik buat kesehatan. Ingat kesehatan lebih penting dari segalanya," ucap Mommy Nina sembari mengelus punggung Devano.
Devano pun melepaskan pelukannya dan menatap lekat mata Mommy Nina.
"Iya Mommyku sayang. Udah puluhan kali lho Mom bilang kayak gitu apa gak bosen? Dev yang denger aja bosen."
Mommy Nina mengerucutkan bibirnya.
"Ck. Mom kan khawatir sama kamu Dev," tutur Mommy Nina merajuk.
"Iya iya deh. Terimakasih sudah menghawatirkan Dev Mom. Ya udah Dev pamit dulu bentar lagi pesawatnya mau take off," pamit Devano sembari mencium punggung tangan Mommy Nina tak lupa juga mencium kedua pipi dan kening Mommynya itu.
Mommy Nina pun membalas ciuman di dahi Devano.
"Hati-hati sayang."
Devano menganggukkan kepalanya sembari berlenggang pergi meninggalkan Mommy Nina yang masih memandangi punggungnya hingga hilang dari pandangannya.
Devano kini telah berada didalam pesawat pribadi milik keluarganya. Ia terduduk dan lagi-lagi termenung seakan-akan itu adalah kegemarannya akhir-akhir ini.
"Sampai jumpa lagi Cia dan maaf untuk semuanya. Aku yakin suatu saat nanti jika waktu sudah mengijinkan, kita akan bertemu lagi. I miss you, really really miss you," gumam Devano.
Kini setelah menempuh beberapa jam di dalam pesawat, Devano akhirnya telah sampai di negara Amerika lebih tepatnya di kota New York. Ia telah disambut beberapa orang kepercayaannya dan juga kepercayaan sang Daddy tentunya. Devano digiring menuju mobil yang akan mengantarkan dirinya ke mansion yang akan ditempati Devano selama tinggal di Amerika.
Sesampainya di mansion Devano segera menuju kamarnya untuk segera membersihkan tubuhnya yang sudah sangat lengket. Tak butuh waktu lama, Devano kini telah keluar dari kamar mandi dengan kaos santai dan celana pendek selutut. Ia menuju balkon kamarnya yang saat ini tengah menyuguhkan pemandangan langsung kota New York.
Ia menyenderkan tubuhnya di pembatas balkon tersebut sembari menikmati angin pagi yang sangatlah menyejukkan. Namun tiba-tiba ucapan dari sang Daddy kembali muncul membuat dirinya berdecak.
Flashback On
Malam ini keluarga Devano tengah berkumpul untuk sekedar berbincang ringan, bercanda dan bergurau.
"Kamu besok berangkat jam berapa sayang?" tanya Mommy Nina.
"Gak tau."
"Jam 9 pagi," jawab Daddy Julian karena ia yang tau jadwal penerbangan anaknya itu.
Mommy Nina pun mengangguk mengerti.
"Kamu disana akan mengurus kantor Daddy dan melanjutkan kuliah kamu."
"Huft," helaan nafas tak rela dari Devano.
"Iya, Dev udah tau," sambung Devano.
"Owh ya kamu akan disana selama 3 tahun atau bahkan lebih tergantung kuliah kamu selesai kapan dan juga urusan kantor. Jika keduanya atau salah satunya belum tuntas maka kamu harus tetap disana."
"Lho Dad gak bisa gitu dong. 3 tahun tuh udah lama banget lho. Toh kuliah kan bisa disambung disini juga kalau urusan kantor udah selesai, masak iya gara-gara salah satunya belum selesai harus tetap disana. Aku gak setuju pokoknya." Bukan Devano yang protes kali ini melainkan sang Mommy.
"Ini yang terbaik buat Dev Mom. Lagian kan semua perusahaan nanti yang pegang Devano. Dia harus berusaha keras untuk memperdalam pengawasan dan ilmu dia mengenai dunia bisnis. Toh universitas disana juga sudah dipastikan sangatlah bagus untuk Dev kedepannya. Kalau Dev sudah mahir dalam dunia bisnis kan Dad bisa tenang nyerahin semua perusahaan Dad ke dia. Dad udah semakin berumur Mom udah saatnya Dad istirahat nikmati waktu berdua sama kamu, mengulang waktu kita muda dulu. Aku tuh pengen pacaran lagi sama kamu Mom," ucap Daddy Julian sembari memberi wink kearah Mommy Nina.
Mommy Nina yang mendapatkan kedipan maut dari Daddy Julian pun tersipu malu.
Sedangkan Devano yang melihat interaksi dari kedua orangtuanya pun memutar bola matanya malas.
"Sudah tua tapi kelakuan kaya ABG saja," batin Devano.
Devano yang sudah jengah dengan kelakuan kedua orangtuanya pun memutuskan untuk meninggalkan ruang tamu tersebut.
"Mom, Dad. Dev mau istirahat dulu. Good night," pamit Devano setelah itu ia beranjak dari duduknya dan segera menuju kamar pribadi miliknya.
Flashback Off
Setelah bosan menatap indahnya kota New York, Devano kembali masuk kedalam kamarnya. Merebahkan tubuhnya di kasur king size. Ia saat ini tengah lelah fisik maupun pikiran dan tak lupa dengan hatinya yang masih mencari tambatan hati yang tak kunjung ia temukan. Memang benar jika raganya saat ini tengah di New York tapi berbeda dengan pikirannya saat ini yang masih berada di negara kelahirannya, Indonesia lebih tepatnya pikirnya sekarang tengah dikuasai oleh Ciaranya tak ada yang lain. Karena sangking lelahnya, perlahan mata tajam milik Devano tertutup begitu saja. Mengabaikan perutnya yang sudah meronta untuk di isi oleh makanan.
...*****...
Sedangkan disisi lain Ciara sudah bersiap untuk membuka tokonya di bantu dengan Dea yang sudah 1 bulan tinggal bersama dengannya. Dea yang anaknya dulu sangat tertekan dan pendiam kini berubah menjadi lebih banyak bicara dan yang pasti sudah lebih bahagia dibandingkan dulu saat dirinya masih bersama dengan tantenya. Dan Dea saat ini juga tengah melanjutkan sekolahnya yang baru memasuki kelas 2 SMA. Bukan dengan uang Ciara tentunya namun dengan uang hasil jerih payahnya sendiri karena tengah bekerja di toko milik Ciara walaupun awalnya Ciara maupun Olive tak mengijinkan Dea membiayai sekolahnya sendiri tapi karena tekat Dea untuk mandiri maka Ciara mau tak mau mengiyakan kemauan Dea dan sebisa mungkin ia akan membantu adik angkatnya itu jika kesusahan dalam masalah ekonomi.
"Kak. Kakak aku tinggal sendiri gak papa kan?" tanya Dea khawatir.
"Gak papa Dea. Yang penting kamu hati-hati dijalan kalau ada apa-apa telfon Kakak," tutur Ciara.
"Huh ya sudah Dea kepasar dulu ya Kak. Kalau Kakak ada apa-apa juga telfon Dea ya. Assalamualaikum," pamit Dea.
"Waalaikumsalam," jawab Ciara.
Begitulah kegiatan mereka saat hari libur. Dea akan pergi ke pasar atau super market untuk membeli keperluan mereka dan juga toko menggunakan motor yang dibelikan oleh Olive. Sedangkan Ciara ia akan menjaga toko yang setiap weekend akan tambah ramai dari hari-hari biasa.
"Semangat anaknya Mama. Mama gemas pengen lihat kamu secara langsung sayang. Huh tapi masih satu bulan lagi. Ya udah lah yang penting kamu sehat-sehat didalam sampai ketemu 1 bulan lagi ya," gumam Ciara sembari mengelus perutnya.
love you sekebon /Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
kayak mo nggruduk apa gitu serombongan si berat /Smirk//Smirk/