Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
"Laura." Panggil Alva dengan senyum tipis.
Laura merespon persis seperti pertama kali mereka bertemu.
"Jangan bergerak kau tidak boleh terlalu lelah," ucap Alva sembari memegang tangan Laura namun sayang wanita itu memilih untuk melepas tangan Alva.
"Laura kau hamil," imbuh Alva antusias.
"Syukurlah," kata Laura dengan wajah datar.
"Kau tidak bahagia?" Tanya Alva heran karena Laura biasa biasa saja mendengar kabar itu.
"Aku tidak memiliki alasan untuk itu," jawab Laura datar lalu mengambil ponselnya.
"Halo Karin bisa minta tolong panggilkan taksi kerumah sakit Medika," ucap Laura dari balik sambungan.
"Nona baik baik saja?"
"Iya tolong ya aku menunggu di luar," jawab Laura.
"Baik nona."
"Terima kasih."
Laura memutuskan sambungan lalu bersiap untuk menuruni ranjang rumah sakit namun Alva melarang keras.
"Kau ingin kemana!" Ucap Alva dingin.
"Pulang," jawab Laura.
"Kenapa harus menggunakan taksi, aku ada disini."
"Perempuan murahan seperti ku tidak pantas menginjakkan kaki dimobil seorang Alva," ucap Laura.
Kenapa aku sakit sendiri mengatakan ini, batin Laura.
"Laura jangan macam macam."
"Aku tidak akan macam macam aku hanya ingin pulang masalahnya dimana."
"Kau bisa pulang bersamaku."
"Kenapa mengurusku, seingat ku kau belum menyelesaikan urusan dengan calon tunanganmu mengenai acara yang batal itu, jangan terlalu sibuk mengurus urusan orang lain," kata Laura lalu berjalan keluar.
"Orang lain katamu? Kau adalah...."
"Wanita murahan yang menjual diri hanya untuk kehidupan lebih baik," ucap Laura memotong kalimat Alva.
Dia benar-benar tersinggung atas perkataan ku tadi malam, gumam Alva.
"Baiklah maaf atas ucapanku tadi malam, aku hanya tidak suka kau mendekati orang lain," Alva mengalah demi mengendalikan emosi Laura.
"Setelah ku pikir pikir kita memang tidak seharusnya terlalu dekat, kau dan aku tidak lebih dari seorang rekan kerja jadi mulai sekarang sebaiknya jangan terlalu dekat satu sama lain, kau boleh memperhatikan sesuatu yang berkaitan dengan anak ini tapi tidak dengan aku," ujar Laura.
Gadis itu sangat lelah harus menerima caci makian dari orang orang sekitarnya dan tadi malam Alva yang melakukan itu jadi dia membuat tembok pembatas agar tidak terkena imbas.
"Ahh ya satu lagi karena aku sudah hamil kau boleh berhubungan dengan kekasihmu lagi permisi," imbuh Laura lalu pergi membawa tasnya.
Alva mengejar Laura sampai luar lalu menggenggam pergelangan tangannya untuk ikut masuk kedalam mobil.
"Alva lepaskan!"
"Anakku tidak boleh menaiki sembarangan mobil, bagaimana jika taksi itu ceroboh saat mengendara," ucap Alva datar.
Laura masuk kedalam mobil namun ia tidak memilih kursi penumpang melainkan duduk disamping Rain yang akan mengendarai mobil.
Alva menghela nafas berat dan membuka pintu depan lalu menyuruh Rain untuk keluar.
"Pulang dengan taksi," ucap Alva lalu menggantikan Rain mengendarai mobil.
Bugh!
"Kau...."
"Laura jangan keras kepala sekali saja."
Laura menatap Alva hingga beberapa detik lalu mengangguk datar, Alva menjalankan mobilnya dan sepanjang perjalanan Laura hanya memegang ponsel untuk mengabari supir taksi yang ia batalkan.
Alva masih sabar menanggapi Laura yang tidak berbicara sama sekali hingga sampai dirumah bahkan Laura langsung masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu sangat rapat.
Alva membiarkan gadis itu beristirahat didalam kamarnya untuk sementara, masalah Laura marah urusan nanti agar kandungannya tidak lemah seperti perkataan dokter.