Kisah cinta diantara para sahabat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunshine_1908, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku akan Mencintaimu dengan Layak
"Gila, hotelnya semewah ini?" Caelen berjalan dengan penuh decak kagum.
Ini kali pertamanya bergabung di acara milik keluarga ternama se-Amadya itu. Masuk ke lobby EDG Hotel saja sudah membuat mulutnya ternganga begitu lebar. Apalagi dengan kartu undangan limited edition yang digenggamnya. Membuatnya bisa mengakses seluruh area hotel, hingga ke Kasino dan Bar di lantai dasar.
"Wah, area billiard dan Karaoke roomnya benar-benar mirip dengan drama yang ada di Televisi. Gue penasaran sama area kasinonya. Kita ke bawah yuk?" Caelen baru saja hendak beranjak, namun Jishan sudah menarik kerah bajunya dari belakang dan menuntunnya ke arah yang seharusnya.
Jishan sudah pernah masuk ke area itu sebelumnya. Ia tahu persis bahwa area hiburan di kasino bawah itu telah di kuasai oleh Chloe, adik kembar Caelen.
Mengingat bagaimana protective-nya Caelen terhadap Chloe membuatnya memiliki prasangka buruk terhadap Caelen. Bisa saja bukan, jika ia akan mengacaukan seluruh rencananya untuk mendekati Nicya malam ini hanya karena Chloe.
Chloe yang nampak begitu liar berdiri di atas lantai dansa. Tangannya di penuhi dengan botol wine berkualitas tinggi, belum lagi dengan rokok yang terselip di antara jarinya.
Jishan yang bukan siapa-siapanya saja bisa bergidik melihat kelakuan nakalnya yang lebih mirip seorang pel*cur. Apalagi Caelen yang merupakan saudara kandungnya.
...----------------...
"Kita harus naik ke tempat acara, Cae." Caelen hanya menurut ketika Jishan menarik tangannya untuk masuk ke dalam lift.
Sesampainya mereka di tempat acara, Jishan juga Caelen di lantai paling atas mereka mendengar teriakan seseorang dari arah toilet. Suara yang sebenarnya tidak asing, namun ia masih berusaha untuk berbaik sangka.
"Sial! Jangan macam-macam lo sama gue anj*ing!!" bentak gadis itu dengan kondisi yang cukup menyedihkan.
Gaunnya nyaris melorot turun ketika seorang pria mabuk menyentak tali bahunya ke bawah dengan kasar. Ia nampak kesusahan untuk menahan gaunnya. Namun sorot matanya sama sekali tak menampakkan kegentaran sama sekali.
"Lo kira gue takut, Jangan macam-macam sama dia!"
"Shhhiiittttt!!!!!" umpat Caelen.
Ternyata gadis itu tengah menolong gadis lainnya yang nampak mabuk berat. Pakaiannya bahkan sudah turun hingga ke dada. Untung saja masih ada tangtop yang menutupi area terlarangnya. Atau jika tidak, mungkin tubuh bagian atasnya akan terekspose seluruhnya.
Caelen melepas jasnya lalu memasangkannya kepada gadis mabuk itu, lalu membawanya masuk ke dalam dekapannya.
"Sial, lu ngapain disini?" gertaknya kepada gadis itu yang ternyata adalah Chloe.
Sementara Jishan, ia memilih untuk melindungi gadis yang satunya dengan melemparkan jasnya kepada gadis itu.
"Kamu kalau mau nolongin orang, ingat keselamatan kamu sendiri." kesal Jishan kepada gadis itu yang ternyata adalah Nicya, gadis yang disukainya.
Jishan terlibat perkelahian yang cukup sengit dengan si pria mabuk yang mencoba melecehkan kedua gadis itu. Di tengah pertikaian mereka muncullah Jaryan juga anak-anak dreamers yang lain mencoba untuk menenangkan situasi.
Juan melerai mereka dan membawa si pria mesum kepada pihak keamanan. Khaizan membawa Caelen dan Chloe ke salah satu kamar hotel. Sementara Marvin membantu menghubungi penatu hotel untuk mencarikan mereka pakaian baru yang layak serta sopan.
Terjadi keheningan yang cukup mencekam diantara mereka yang tersisa. Terlebih antara Jaryan dan juga Jishan yang diliputi kesalahpahaman.
"Kenapa dia selalu aja malang di saat ada di dekat lo?" bentak Jaryan.
Tubuhnya kini berada di depan tubuh Nicya dan menyembunyikannya di balik tinggu tubuhnya yang sempurnya. Ia nampak kesal dengan jas Jishan yang terlampir di bahu Nicya.
Bahu gadis itu sudah terekspose sempurna. Hanya tinggal genggaman tangannya yang kini tersisa untuk menahan gaun miliknya agar tidak jatuh.
"Lo yang harusnya lebih peka dan gak ninggalin dia sendiri! Kalau gue terlambat sedikit aja, bisa habis mereka sama tu orang." emosi Jishan tak mau kalah.
Jaryan mengangkat tubuh Nicya ke dalam gendongannya. Dibantu oleh Clarissa yang datang dengan selembar selimut si tangannya. Jaryan membawa Nicya pergi meninggalkan Jishan beserta emosinya yang masih tertahan.
Jishan awalnya hendak mengejar, namun Ranendra menahannya.
"Lo luka, biar gue bantu obatin. Naira bantu kakak bawa kotak P3K di mobil. Cla lo temenin Naira ya? Jangan pergi sendiri." Naira dan Clarissa menurut, begitu juga Jishan yang hanya bisa diam tanpa membantah.
"Lo gak nyalahin gue juga?" ujarnya setelah menghempaskan bokongnya kasar pada salah satu kursi tunggu yang berada disana.
"Gue sempat cek CCTV dulu bareng Bang Marvin. Mau bagaimana pun kita butuh bukti biar orang tadi di hukum." Jishan hanya mengangguk.
"Lo nggak salah, tapi Jaryan juga nggak. Siapa coba yang gak kalut saat lihat orang terdekatnya dalam keadaan seperti tadi. Bahkan lo pun sama kan?" Ren menatap Jishan penuh makna.
"Gue lihat, awalnya lo cuma panik karena harus nemuin Chloe dalam keadaan buruk. Apalagi karena ada Caelen disana. Lo cukup tenang untuk seorang yang terlihat panik." Jishan hanya menundukkan pandangannya tanpa bisa memberi reaksi, apalagi bantahan.
"Tapi kenapa waktu lo lihat cewek yang teriak itu adalah Nicya, reaksi lo berubah." Jishan menatap Ren dengan tatapan tajam.
Ia tak mengatakan apapun, hanya menatap seolah ia bisa memberikan jawabannya melalui tatapan itu. Adegan itu berlangsung cukup lama, hingga Naira datang dan memberikan kotak obat itu kepada Ranendra.
"Gue gak akan larang lo untuk suka sama siapapun. Lo berhak untuk itu. Tapi dia juga berhak untuk mendapatkan cinta yang layak. Lo faham kan maksud gue." Narendra nampak begitu telaten mengobati luka demi luka yang ada pada wajah Jishan.
Melihatnya tidak merintih sama sekali saat ia mengobatinya, membuat Ren berfikir bahwa ia sudah cukup terbiasa dengan luka-luka seperti itu.
"Gue tahu Nicya itu orangnya lembut. Dia bahkan gak pernah masalah untuk dekat sama orang-orang bobrok seperti kita. Tapi bukan berarti karena kita ingin diobati, kita malah menyakiti dia. Lo paham kan maksud abang."
Ranendra pergi meninggalkan Jishan bersama Naira juga Clarissa. Setelah kejadian tadi, ia merasa bertanggung jawab untuk mengantar kedua gadis itu sampai ke rumah dengan selamat.
Apalagi semua teman-temannya sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ia tak siap jika harus menerima kabar serupa, dan terulang kepada dua orang gadis manis itu.
Sementara Jishan, ia masih larut dalam lamunannya sendiri. Duduk di dekat rooftop dengan hembusan angin yang kencang, seolah kencangnya angin mampu membawa segenap perasaan sedihnya itu pergi.
"Gue gak akan pernah menyesal udah bantuin lo. Gue juga gak akan pernah menyerah untuk memperjuangkan lo. Gue Janji Cya. Gue bukan bokap gue, gue akan berikan cinta yang selayaknya untuk lo. Gue janji." tanpa ia sadari ada tetesan bening yang mengalir keluar dari matanya. Tetesan air yang seolah menunjukkan betapa tulusnya semua perasaannya terhadap cintanya.