Nia tak pernah menduga jika ia akan menikah di usia 20 tahun. Menikah dengan seorang duda yang usianya 2 kali lipat darinya, 40 tahun.
Namun, ia tak bisa menolak saat sang ayah tiri sudah menerima lamaran dari kedua orang tua pria tersebut.
Seperti apa wajahnya? Siapa pria yang akan dinikahi? Nia sama sekali tak tahu, ia hanya pasrah dan menuruti apa yang diinginkan oleh sang ayah tiri.
Mengapa aku yang harus menikah? Mengapa bukan kakak tirinya yang usianya sudah 27 tahun? Pertanyaan itu yang ada di pikiran Nia. Namun, sedikit pun ia tak berani melontarkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan Mahal
Burj Khalifah merupakan salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi jika seseorang berkunjung ke negara tersebut, suatu bangunan yang merupakan bangunan tertinggi di dunia dan juga merupakan salah satu bangunan yang merupakan tujuan para pria yang memiliki kantong tebal untuk mengukir kenangan romantis di sana.
Sama halnya dengan Faris saat ini, ia sudah meminta untuk menampilkan sebuah pesan di sana, walau harganya sangat fantastis, mencapai angka miliaran. Namun, ia sama sekali tak peduli akan angka yang harus dibayarnya.
'Nia, jadilah ibu dari anak-anakku, hiduplah bersamaku selamanya. Aku mencintaimu, Nia,' kata yang cukup panjang yang sudah dipesan oleh Faris.
Dia ingin memberi kejutan kepada Nia, selain menulis pesan tersebut yang akan ditampilkan di gedung tertinggi yang mencapai 828 m itu, Faris juga udah menyewa sebuah restoran dan mendesain dengan sangat romantis. Mereka akan makan malam di sana dan pandangan mereka akan langsung menuju ke menara tersebut.
Saat ini, keduanya sedang menuju ke arah restoran yang telah dipersiapkan oleh Faris. Nia begitu bahagia walau dengan pakaian santai mereka. Mereka masuk di restoran itu, di mana kebanyakan orang-orang di sana mengenakan gaun dan juga jas setelan lengkap.
"Mas, ngapain kita ke sini? Kita ke tempat lain aja, yuk," pinta Nia yang merasa tak enak saat beberapa orang melihat ke arah mereka.
Nia hanya ingin berjalan-jalan di sekitaran hotelnya saja, membuat ia memutuskan untuk memakai baju yang seperti sekarang mereka pakai. Nia sama sekali tak menyangka jika Faris akan mengajaknya ke restoran mewah seperti itu.
"Emangnya, kenapa kalau kita ke sini?" tanya Faris dengan santai sambil berjalan masuk ke restoran tersebut dan langsung menuju ke tempat yang sudah mereka pesan, ruangan VVIP yang bersifat pribadi.
"Mas nggak lihat semua orang melihat ke arah kita," ucap Nia.
"Biarkan saja, toh ini juga bukan restoran milik mereka, sementara pemilik restoran justru menyambut kita dengan hangat kan. Jadi, kamu tak usah memikirkan mereka," ucap Faris. Ia semakin terkejut saat mereka masuk ke dalam sebuah ruangan yang sama sekali tak cocok dengan pakaian yang mereka gunakan, sebuah ruangan bernuansa romantis dengan lilin di atas meja makan.
Seharusnya mereka memakai gaun dan jas untuk menikmati makan malam yang mewah itu. Namun, saat ini mereka bahkan memakai sepatu kets dan hanya memakai kaos saja, sungguh tak seimbang dengan menu makan malam mewah yang tersaji di depan mereka.
"Ayo kita makan, kamu lapar kan?" ucap Faris, membuat Nia pun hanya mengangguk dan menurut saja apa yang suaminya itu katakan. Ia duduk dengan canggung, terlebih lagi saat beberapa musisi menghampiri mereka, memainkan biola dengan lagu yang romantis. "Abaikan saja mereka semua yang memperhatikan kita."
Mereka makan sambil sesekali bercanda, Nia masih membahas pakaian mereka yang tak pantas. Namun, Faris mengatakan jika dia suka berpenampilan seperti saat ini, ia sudah bosan mengenakan jas dan berpakaian resmi setiap saat.
Faris sesekali menyuapinya dengan makanannya, membuat Nia merasa sangat diperhatikan, walau Faris hanya melakukan beberapa hal-hal kecil. Namun, bagi Nia itu merupakan hal-hal yang romantis dan Nia sangat suka akan hal itu.
Setelah makan, Faris membawa Nia ke balkon restoran itu, di sana juga terdapat kursi panjang. Membuat Faris duduk di sana dan menarik Nia ke pelukannya. Mereka melihat-lihat ke arah bangunan yang konon merupakan bangunan tertinggi di dunia itu. Nia sangat senang bisa melihat dan menyaksikan langsung bangunan yang selama ini ingin dilihatnya.
Ia terus memuji kecantikan bangunan itu. "Mas, besok kita ke sana ya," pinta Nia buat Faris pun menggangguk.
"Tentu saja, apapun yang kau inginkan," ucapnya lagi setelah berbicara cukup lama menikmati keindahan bangunan Burj Khalifah yang ada di depan mereka. Nia bersandar di dada Faris, Faris mengusap lembut pipi istrinya itu. Keduanya bersama-sama menikmati keindahan di hadapan mereka dalam diam. Namun, tiba-tiba pesan muncul di menara tertinggi itu.
"Nia, jadilah Ibu dari anak-anakku dan hiduplah selamanya bersamaku.
Aku mencintaimu Nia."
Nia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya, ia melihat ke arah Faris. Sebegitu cintanya kah suaminya itu pada dirinya, hingga menulis kalimat seperti itu di sana yang sudah pasti harganya mencapai miliaran dan ia sangat tahu akan hal itu. Nia berkaca-kaca menatap mata sang suami, kagum dengan apa yang suaminya siapkan.
"Bagaimana, kau belum menjawab pertanyaan itu, kamu mau kan menjadi ibu dari anak-anakku dan hidup selamanya bersamaku?" ucap Faris menggengan tangan Nia dan mencium penggunng tangannya. Nia pun mengangguk dan berhamburan kepelukan Faris, ia terguguh di sana. Inikah sosok pria yang dikirim Tuhan untuk menjadi jodohnya. Nia sangat bersyukur akan hal itu, walau mereka dipertemukan dengan cara yang cukup dramatis, menjadi syarat dari sebuah pinjaman uang.