Balas Dendam seorang istri yang tersakiti.
Mentari tidak menyangka jika suami yang di cintainya selama ini ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Perlahan rasa cinta itu mulai hilang dan berubah menjadi kebencian. Balas dendam adalah jalan satu-satunya untuk membalaskan rasa sakit yang di rasakan oleh Mentari selama ini.
Di sisi lain, Jhonatan Alfarizzy pria berusia 31 tahun, laki-laki masa lalu Mentari datang kembali dalam kehidupannya. Laki-laki yang begitu mencintainya dan laki-laki yang rela melakukan apa pun untuk mendapatkan Mentari, perempuan yang sudah lima tahun pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Cerita ini tidak menarik, cerita yang membosankan dan bikin darah tinggi. Untuk yang penasaran, silahkan di baca ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tunggu saja pembalasanku
Drttt.... Drtt....
Ponsel Mentari bergetar menandakan bahwa ada panggilan masuk untuk dirinya. Dengan malas, Mentari pun meraih ponselnya. "Lisa? Untuk apa pengkhianat ini menghubungiku?" Batin Mentari sambil menggeser tombol berwarna hijau dan menempelkan ponselnya di telinga.
"Ada apa, Lis?" Tanya Mentari dengan nada bicara seperti biasanya.
"Gue nginep di rumah lo, ya. Bokap sama nyokap gue lagi pergi soalnya." Ucap Lisa seperti biasanya selalu riang dan gembira.
"Gue tanyakan sama mas Alex dulu, ya." Jawab Mentari membuat Lisa mendengus di seberang sana.
"Dia pasti ngizinin, Ri. Pokoknya nanti malam gue ke rumah lo, ya."
"Memangnya sekarang lo lagi dimana, Lis?" Tanya Mentari penasaran karena ia sangat yakin jika sahabatnya itu masih bersama suaminya.
"Emm gue lagi di hotel, nih. Lo tahu kan tunangan gw selalu minta ehmmm... Lo ngertikan, Ri." Jawab Lisa tanpa rasa bersalahnya. Ya Lisa memang memiliki tunangan, tetapi saat ini tunangannya sedang berada di luar negeri. "Yaudah gue lanjut lagi, ya. Bye bye..." Setelah mengatakan hal itu, Lisa langsung memutuskan sambungannya secara se pihak.
"Yang lo sebut tunangan lo itu suami gue, Lisa. Kalian berdua benar-benar keterlaluan. Kalian bersenang-senang di atas penderitaanku." Ucap Mentari sambil menggenggam erat ponselnya.
Mentari kembali menghela nafas beratnya, ia mulai menghubungi suaminya berharap insting kewanitaannya itu salah.
"A,,,ada apa sayang."Suara sang suami terdengar begitu berat membuat hati Mentari semakin terasa teriris.
"Kamu sedang apa, mas?"Tanya Mentari pura-pura tidak tahu.
"Emmh... Aku,, aku sedang mengerjakan pekerjaanku sayang. A,,, ada kamu menelponku lagi?" Ucap Alex seperti sedang melakukan sesuatu.
"Kalau begitu kamu lanjutkan lagi pekerjaanmu, ya."Setelah itu Mentari memutuskan sambungannya. Sementara itu Alex kembali melakukan aktifitasnya seperti dugaan istrinya, saat ini ia sedang bermain dengan Lisa di salah satu hotel yang berada di kawasan Jakarta.
Mentari tertawa kencang, ia menertawakan kebodohannya karena selalu percaya dengan apa yang di ucapkan oleh suami tercintanya itu. "Dasar bodoh lo Mentari. Seharusnya lo menyadari pengkhianatan mereka sedari dulu. Bukankah dulu manusia tidak tahu malu itu selalu berbarengan menghilang? Kenapa lo baru menyadarinya sekarang? Apakah jika gue tidak melihat adegan tadi siang, gue akan tetap seperti orang bodoh selamanya? Gue akan tetap di bodohi sama suami dan sahabat gue sendiri? Benar-benar lucu." Ucap Mentari di iringi dengan tangis dan tawanya.
Dadanya semakin sesak, saat dirinya membayangkan apa yang di lakukan oleh kedua mahluk yang tidak tahu malu itu di kamar hotel. Hatinya sudah hancur sehancur-hancurnya. Suami yang begitu dia cintai tega mengkhianati dirinya.
Mentari kembali menatap photo pernikahannya dengan Alex, lalu ia meraih bingkai photo itu. "Alex... Betapa besarnya rasa cintaku padamu, tetapi yang ku terima hanyalah sebuah pengkhianatan. Kenapa kamu tega melakukan ini padaku? apa salahku padamu, Alex?" Batin Mentari sambil menatap photo suaminya yang tersenyum bahagia.
"Alex, Lisa. Kalian harus merasakan apa yang ku rasakan saat ini. Tunggu pembalasanku." Mentari mengangkat bingkai photo itu, amarahnya kembali menyelimuti dirinya. Rasanya ia ingin sekali menghancurkan bingkai photo itu saat ini juga, namun ketika ia mengingat suami dan sahabatnya berkhianat, Mentari pun mengurungkan niatnya. Mentari tidak ingin dua manusia pengkhianat itu bahagia di atas penderitaannya
Mentari kembali menaruh bingkai Photo itu di tempatnya. Ia tersenyum dingin dengan kedua tangan terkepal dengan kuat. Selama ini suami dan sahabatnya dapat bersandiwara seperti tidak ada hubungan apapun, namun kenyataannya mereka sudah mengkhianatinya, bahkan mereka sudah pergi ke hotel.
"Baiklah, kalian ingin bersandiwara di hadapanku, maka aku akan mengikutinya." Batin Mentari di iringi dengan senyuman sinisnya.
Bersambung.
Prioritas utama kebahagiaan anak apa demi pandangan orang lain?
Huuhhh peliknya 😎😉