Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.
Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya
Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.
Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.
Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24. Siapa dia
Lala sadar jika dirinya juga salah, salah karna sudah menerima ajakan Alan untuk menikah. Jelas jelas dia tahu Alan baru saja menikahi seorang gadis. Dia di butakan oleh cinta, sampai sampai dia menyakiti hati sesama perempuan.
"Dan kau..., kau benar benar wanita murahan!" ujar Pak Ilham dengan suara tertahannya. Pak Ilham pun terjatuh di lantai dan tak sadarkan diri, Alan dan Lala pun panik. Alan pun segera mengangkat Pak Ilham masuk ke dalam.
"cepat panggil dokter La!" pinta Alan. Lalu melangkah menaiki tangga menuju kamar Nia. Lalu membaringkan tubuh Pak Ilham di atas ranjang.
"bagaimana Ayah Mas?" tanya Lala lembut. Dia duduk di tepi ranjang tepat di sebelah Pak Ilham.
"belum sadarkan diri juga, apa kau sudah panggil dokter?" tanya Alan.
"dokter sedang perjalanan ke sini. Apa tidak sebaiknya Ayah kita bawa ke rumah sakit Mas?" tanya Lala.
"kita tunggu dokter dulu, jika memang harus di bawa ke rumah sakit. Kita bawa ke sana," jawab Alan.
Tak menunggu waktu lama, dokter pun sudah datang dan kini telah memeriksa Pak Ilham.
"bagaimana dok?" tanya Alan. Kini dokter sedang menulis resep obat yang harus di tebus.
"Ayah anda mengalami syok Tuan. Biarkan beliau istirahat dan jangan sampai beliau mengalami syok kembali. Karna kondisi jantungnya lemah takutnya beliau mengalami serangan jantung," ucap Pak Dokter.
"baik dok. Terima kasih," ucap Alan.
Alan dan Lala memutuskan untuk tidak berangkat kerja dan menjaga Pak Ilham. Lala yang sedari tadi menghubungi Nia, tak juga di angkat olehnya.
"gak di angkat angkat Mas, sekarang malah gak aktif Mas!" ucap Lala cemas.
"kamu coba kirim pesan saja, jadi pas dia aktifin ponselnya pesannya ke baca. Bilang kalau Ayah ada di sini!" pinta Alan
***
Di perusahaan Ayu group.
Nia yang sudah duduk di kursi kerjanya, hanya menatap ponselnya yang berdering dari tadi. Dia enggan mengangkatnya lalu ia mematikan ponselnya. Dia berpikir jika Lala hanya akan menyuruhnya pulang ke rumah. Lena yang melihat sahabatnya gelisah, langsung menghampirinya.
"kamu kenapa Nia?" tanya Lena yang kini berdiri di sampingnya. Nia pun mendongakkan kepalanya ke arah Lena.
"Lala dari tadi menghubungiku tapi males ngangkatnya," jawab Nia.
"dia pasti menyuruhmu pulang!" ujar Lena
"sepertinya sih iya, tapi udah ku matiin ponselku." ucap Nia enteng. Dia tidak tahu jika itu panggilan mendesak, dia hanya berpikir jika Lala hanya menyuruhnya pulang.
"bukannya nanti kamu ikut meeting sama Pak Hendri?" tanya Lena kembali.
"hem...,aku harus menyiapkan berkas yang kemarin dan file yang di perlukan nanti." ucap Nia.
"perlu bantuanku?" tanya Lena.
"terima kasih, tapi ini bisa sendiri kok. Kamu kerjain aja kerjaanmu ya," ucap Nia lembut.
Obrolan mereka pun berakhir, Nia yang di panggil atasannya. Kini Nia pun sudah masuk dan duduk di ruangan Pak Hendri.
"kamu sudah siapkan semuanya Nia?" tanya Pak Hendri.
"sudah siap semua Pak," jawab Nia.
"ya sudah kamu kembali saja ke meja kerjamu. Nanti jam sepuluh kita berangkat!" ujar Pak Hendri.
Nia kembali ke meja kerjanya, dia sama sekali tak menyentuh ponselnya. Dia masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Len aku berangkat ya," pamit Nia. Karna Pak Hendri sudah menunggunya.
"oke... Semoga meetingnya lancar, sukses kawan!" seru Lena.
"aamiin," jawab Nia.
***
Pukul 12.00.WIB.
Pak Ilham belum juga sadarkan diri, Alan dan Lala masih setia menjaga Pak Ilham.
"Nia....," lirih Pak Ilham. Beliau memanggil nama Nia, dengan mata yang masih terpejam.
"begitu sayangnya Ayah pada Nia, sampai sampai saat beliau tak sadarkan diri pun. Nia yang di panggil," gumam Lala dalam hati.
"apa Nia belum bisa di hubungi La?" tanya Alan. Menyadarkan Lala dari lamunannya.
"ponselnya belum aktif juga Mas," jawab Lala. Dia masih terus menghubungi Nia.
"apa kamu punya nomer ponsel Lena teman Nia?" tanya Alan pada Lala.
"ya aku gak punya lah Mas, seharusnya aku yang tanya seperti itu. Kamu suaminya seharusnya kamu yang punya nomer ponsel teman Nia. Bukan aku," ujar Lala kesal.
"kamu jaga Ayah, aku akan temui Nia di kantornya!" ucap Alan. Dia pun langsung bergegas pergi.
"hati hati Mas," ucap Lala lembut.
Kini di rumah hanya ada Lala dan Pak Ilham yang masih terbaring di ranjang. Lala masih setia menjaga Pak Ilham, dia merasa sedih. Karna semua ini terjadi tak jauh dari kesalahnya juga.
"maafin Lala Yah, Lala tahu Lala salah. Hanya saja Lala tidak ingin kehilangan Mas Alan. Begitu juga Mas Alan Yah. Kami berdua saling mencintai, Lala juga sudah berusaha menyuruh Mas Alan untuk bersikap adil." gumam Lala. Dia kini meneteskan air matanya.
Sesampainya di tempat kerjanya Nia, Alan menunggu di dalam mobil. Tapi Alan melajukan mobilnya kembali, dia menunju 'Mars Resto'. Alan berpikir jika Nia dan Lena pasti sedang makan siang di sana.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.