Reiner merupakan ketua Mafia/Gengster yang sangat di takuti. Ia tak hanya di kenal tak memiliki hati, ia juga tak bisa menerima kata 'tidak'. Apapun yang di inginkan olehnya, selalu ia dapatkan.
Hingga, ia bertemu dengan Rachel dan mendadak sangat tertarik dengan perempuan itu. Rachel yang di paksa berada di lingkaran hidup Reiner berniat kabur dari jeratan pria itu.
Apakah Rachel berhasil? Atau jerat itu justru membelenggunya tanpa jalan keluar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Dangerous Man
Reiner tersenyum karena melihat wajah takut Rachel. Ini yang dia mau. Melihat reaksi polos Rachel, membuat perasaan pria itu semakin senang.
"Manusia seperti apa kau sebenarnya?" ucap Rachel yang tak bisa lagi menyembunyikan rasa tak sukanya pada pria jahat di depannya.
Dan melihat sorot mata yang mempertontonkan ketakutan itu, Reiner segera menarik Rachel ke kamar khusus lalu mengikat kedua tangan dan kaki Rachel sehingga membuat posisi perempuan itu merentang.
Rachel memberontak sewaktu di belenggu. Tapi kekuatan yang dimiliki sama sekali bukan menjadi ancaman bagi seorang Reiner.
"Apa yang kau lakukan, apa kau gila? Lepaskan aku!" dengan wajah panik dan gerakan memberontak Rachel berusaha menggoyangkan rantai yang membelenggunya.
Tapi tentu saja usahanya itu menjadi sia-sia. Yang ada kaki tangannya malah semakin sakit karena tekanan dan gerakan kasar.
Reiner merayap naik ke ranjang dengan kasur berwarna hitam itu lalu mulai menyentuh payudara Rachel. Membuat wanita itu kontan menggeliat sembari menatap marah."Jangan sentuh aku, pria brengsek!" ia memaki dan berusaha mempertahankan diri.
Tapi Reiner malah semakin memilin puncak kuncup lembut itu dengan wajah penuh gairah. Rachel sudah mau menangis karena ia benar-benar tersiksa, takut dan malu.
"Kau yakin tak mau mencobanya? Ini akan sangat nikmat!" kata Reiner seraya terus memutar kuncup dada yang perlahan-lahan mulai mengeras.
Rachel berusaha memberontak sebisanya, namun semakin ia memberontak, kaki dan tangannya semakin terasa sakit. Dan lebih sial lagi, ia tak bisa menahan gelenyar aneh yang merambat dalam diri manakala Reiner terus memutar kuncup nya.
Hingga sejurus kemudian,
SREK!
Dengan kasar, Reiner menarik paksa rok yang di kenakan Rachel sehingga memperlihatkan CD berwarna hitam yang di kenakan olehnya. Dengan tatapan penuh selera, Reiner menjilat sendiri jarinya lalu menekankannya ke pangkal paha Rachel.
Membuat wanita itu seketika menahan napas.
"Ah!" Rachel terlihat resah sebab des*ahan lirih malah meluncur tanpa bisa ia redam.
Reiner memperhatikan reaksi wajah Rachel yang mati-matian melawan gejolak alami dari diri sewaktu jemari Reiner bergerak liar di bagian lembab itu. Reiner menang.
"Ku mohon lepaskan aku, tuan!" Rachel kini menangis karena ia merasa telah di lecehkan sangat buruk. Ia harus memohon karena sepertinya Reiner tak suka di lawan.
"Diamlah, ini akan enak!"
Air mata semakin membajiri pelupuk mata, sementara sebuah sulutan panas kian membuat tubuhnya merinding tak karuan.
"Tuan, stop! Aku mohon henti...ah!"
Tapi Reiner terus menggerakkan jemarinya sebab sesuatu di bawah sana sudah sangat lembab dan licin. Rachel semakin mende*sah keras sebab ledakan dari dalam diri makin sukar ia tolak apalagi di tepis.
"Ahhh!"
Reiner menyeringai. Wajah memerah penuh ketidakberdayaan yang di tunjukkan oleh Rachel membuatnya puas.
Dan Rachel makin tak karuan, ia merasa tiap syarafnya seolah seperti di aliri arus yang belum pernah ia rasakan. Mengikat dan membuatnya terseret arus paling melenakan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Dan demi apapun yang ada di dunia ini, Rachel seperti mau menjerit ketika Reiner kini sudah melepaskan CD milik Rachel lalu menyapukan lidahnya dengan dramatis ke area kewanitaannya dengan beringas.
***
Di lain pihak, Dilan sebenarnya sedang berniat memanggil beberapa kepala karyawan untuk pertemuan terbatas, tapi kemunculan seorang gadis cantik membuatnya urung.
CEKLEK!
"Kakak mau pergi?" ucap gadis tersebut tanpa babebo.
"Hm, ada apa? Minta uang lagi?" Dilan langsung saja bertanya. Sebab seringnya memang seperti itu.
Gadis cantik itu pun tersenyum meringis. Memperlihatkan giginya yang putih dan rapih. "Mau minta ke kak Jay gak berani!"
Dilan pun tersenyum lalu menekan ponselnya dan sejurus kemudian menunjukkan bukti transfer kepada adiknya. "Udah!"
"Makasih kakak ku yang ganteng dan jomblo!" gadis itu segera mengecup pipi kakak keduanya lalu pergi sembari menjulurkan lidahnya.
Dilan hanya geleng-geleng kepala. Sejak orangtua mereka meninggal, Dilan dan kakaknya Jay selalu berusaha membuat hidup adiknya cukup.
Ia lalu melihat kalender. Hari ini seharusnya Rachel masuk kerja bukan? Tapi ia sedari tadi tak melihat perempuan itu.
Dan yang di pikirkan kini sedang menatap jijik Reiner yang baru aja membuatnya mendesah sembari mengeluarkan cairan yang tak bisa ia tahan. Membuat sekujur tubuhnya lemas.
"Bagaimana, kau menikmatinya?" tanya Reiner sembari menjilati leher Rachel yang tak berhenti menangis.
"Aku bisa membuatmu menjerit semalaman dan kau akan memohon padaku untuk terus melakukannya, hm?"
Rachel membuang muka dengan perasaan campur aduk. Malu, marah, kesal, jijik, sedih, nelangsa. Semua bercampur jadi satu. Ia sendiri tak tahu kenapa tubuhnya merespon seperti demikian, saat otaknya saja sebenarnya ingin menolak.
Kini ia menutupi tubuhnya dengan cepat begitu belenggu itu di lepaskan. Merasa ketakutan dan semakin ingin menghindari Reiner yang tak hanya kejam tetapi juga membahayakan.
Reiner menuang minuman sembari memandangi Rachel yang sibuk menutupi diri. Kemudian berkata, "Aku mengampuni mu hari ini. By the way, aku suka milik mu!" ucap Reiner menyeringai.
Rachel tak mau menatap dan menunduk dalam rasa malu. Ia tahu bila Reiner kini sedang berjalan mendekat ke arahnya, tapi ia masih tak mau mendongak.
Dan saat wajah Reiner berada di dekatnya, Rachel langsung menampar wajah pria itu. Ia tak peduli, ia sangat marah karena di lecehkan. Sementara Reiner yang di tampar langsung mencengkeram rahang Rachel.
"Kau mau mati?" teriaknya marah.
Rachel mengeluarkan napas yang memburu. "Bunuh saja aku. Kau sungguh bukan manusia! Aku benci padamu!"
Tapi Reiner segera tersenyum kembali sembari melepaskan cengkeramannya perlahan-lahan saat mendengarkan makian Rachel.
Apa dia bilang ? Membunuh? Hah, melepaskannya saja tak mungkin apalagi membuat mainannya itu mati. Never ever!
" Aku belum puas menyiksa mu. Jadi, jangan mati dulu. Lagipula, bukankah aku sudah berjanji bila aku akan membuat mu menjerit semalaman?"
Tawa Reiner membuat tangis Rachel pecah. Ia ingin lepas dari pria mengerikan ini. Harus, ia harus lepas. Melihat Reiner pergi, ia segera berlari dan berniat meninggalkan mansion.
***
Sejak kejadian tempo hari, Rachel memblokir nomor Reiner dan tak lagi datang ke mansion. Ia tak peduli. Ia sangat benci dia pria itu. Ia takut bila ia bakal di perlakukan lebih gila lagi. Ia hanya pergi bekerja ke cafe lalu kembali ke rumah sakit menemani Ayahnya.
Namun di hari ke empat ini, saat ia mendatangi ruangan VIP tempat dimana ayahnya tinggal, ia melihat Helen dan Sonia terduduk murung dengan wajah ketakutan.
"Ibu, apa yang terjadi di mana Ayah?" tanya Rachel dengan muka pias.
PLAK!
Alih-alih mendapatkan jawaban, sebuah tamparan malah tiba-tiba mendarat di pipi Rachel. Ia kontan memegangi pipinya yang berdenyut dan panas.
"Apa yang kau lakukan sehingga tuan Reiner marah besar, hah?" kata Helen dengan kesabaran yang telah sirna. "Dia datang dengan muka marah lalu membawa Ayahmu dengan kasar. Sebenarnya apa yang kau lakukan? Kenapa kau selalu membuat kami sial, kau anak sial!"
Slnya si rainer lg mumet sm nenek sihir