"Untuk hidupku sendiri, akan ku lakukan apapun yang bisa dilakukan, agar dapat bertahan hidup di dunia Aneh ini." ( Athena / Phoenix)
*****
'Phoenix'. Sebuah nama samaran dari seorang pensiunan yang bekerja sebagai psikolog kriminal.
Ia telah lama bekerja sama dengan para penyelidik di kepolisian untuk mengungkap banyak pelaku kejahatan. Banyak penghargaan serta mendali emas yang ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya.
Namun, hal itu tidak menyebabkan semua orang senang dengan kemampuan prediksinya. Terutama para penjahat yang telah di tangkapnya.
Pada akhirnya, Phoenix harus pasrah menerima kematiannya di tangan salah satu penjahat yang sempat ia tangkap.
Tapi..... Benarkah Phoenix benar-benar mati?
Atau takdir malah memberikan kesempatan kedua padanya untuk hidup di dimensi lain?
Simak kisahnya dalam cerita ini.
😌😌😌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auroraserenity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 11 Permintaan kerja sama.
Benar saja, tak lama setelah semua orang masuk ke kamar mereka masing masing, Athena yang memiliki pendengaran tajam, mendengar suara langkah kecil mendekati ruangannya.
Tok.. Tok... Tok...
Berjalan ke arah pintu, gadis itu membukanya dan melihat 2 gadis kecil tengah menatapnya dengan mata sayu.
Athena tidak bereaksi sama sekali dan hanya balik menatap keduanya dengan tatapan datar serta acuh.
"Siapa kalian? Dan apa yang kalian lakukan di depan pintu kamar ku?" ucap Athena tenang.
Meski ia tidak terlalu peduli dengan kedua anak kecil itu, akan tetapi Athena masih bersikap baik dengan melembutkan suaranya.
Melihat kakak di depannya nampak tidak perduli, kedua gadis kecil itu mulai gelisah. Mereka berdua kelaparan dan berharap kakak perempuan ini dapat memberikan sedikit makanan.
Sampai akhirnya, salah satu dari mereka berbicara juga.
"Kakak perempuan, kami disini untuk meminjam makanan. Kami sudah kelaparan selama 2 hari, dan belum makan apapun sejak saat itu. Bisakah kakak meminjamkan kami sedikit makanan?" ucap salah satu anak itu.
"Maaf adik kecil, tapi siapa kakak perempuan mu? Untuk kalian ketahui saja, Aku anak tunggal dan tidak merasa memiliki saudara. Juga, jika kalian berdua kelaparan, minta pada ayah dan ibu mu, sebab kalian adalah tanggung jawab mereka." ucap Athena memberi pengertian.
Kedua anak itu cukup terkejut sebab targetnya tidak menunjukkan belas kasihannya. Biasanya, mereka akan mendapatkan apapun yang mereka mau jika sedikit mengeluarkan air mata.
"Saudara, bagaimana ini? Haruskah kita kembali atau mencoba kamar lain?" tanya gadis kecil yang sedari tadi tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
"Kembali? Apa kamu mau di marahi semua orang karena gagal membawa makanan? Kita coba kamar lain!" jawab sang saudara kesal.
Gadis kecil itu cuma mengikuti saudaranya dan kembali mengetuk pintu. Akan tetapi kali ini, tidak ada yang membukakan pintu.
Semua orang di dalam kamar berpura-pura tidak mendengar apapun dan sibuk dengan kegiatannya.
2 orang bermain game offline yang telah lama mereka download di handphone mereka.
1 orang membaca novel yang telah di berikan Athena, sementara sang kapten dan wakilnya sibuk melihat peta. Mengatur jalur teraman yang akan mereka lewati saat menuju kota selanjutnya.
"Saudara, masih tidak ada yang membukakan pintu. Apakah kamar ini kosong?" tanya gadis kecil pemalu.
"Tidak mungkin! Kakak bilang hanya ada 3 kamar di lantai ini, satu ditempati seorang kakak perempuan dan sisanya pasti di tempati para tentara. Tidak mungkin ada kamar yang kosong." jawab sang saudara.
"Jadi, mereka sengaja tidak membukakan pintu untuk kita?" tanya gadis itu sendu.
Perutnya baru saja berbunyi dan di benar-benar lapar sekarang.
"Hanya ada satu cara sekarang." ucap sang saudara tiba-tiba.
"Apa?" tanya gadis kecil pemalu tersebut.
"Menangis! Menangislah dengan keras. Pasti mereka akan mengasihani kita. Ayo cepat keluarkan air mata mu." titah sang saudara.
Keduanya mulai menangis, mengeluarkan banyak air mata dan terus menangis dengan keras, berharap rencana ini akan berhasil menarik perhatian mereka.
Di sisi lain, para tentara yang sibuk dengan urusannya sendiri, juga mendengar percakapan mereka.
Bisa di katakan, gadis pemalu itu masih lah anak-anak dan cuma menuruti apa yang dikatakan saudaranya. Sedangkan untuk saudaranya, gadis cilik ini telah tumbuh dengan pemikiran licik di usia dini.
Tentu saja ini bukan salahnya. Di dunia apocalypse, semua orang akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya.
Bahkan saat dunia damai pun, orang-orang seperti itu banyak berkeliaran. Jadi, tidak perlu menyalahkan semua orang dan salahkan lah keadaan yang menjepit ini.
"Kapten, apa kita masih tidak akan keluar untuk melihat kedua anak itu?" tanya salah satu anggota yang tidak tahan dengan suara tangisannya.
"Bersabar saja. Kau tahu apa yang akan terjadi jika kita memberikan mereka berdua makanan. Orang-orang juga akan mengikuti langkah ini dan memanfaatkan anak-anak mereka untuk datang meminta makanan." jawab sang kapten.
"Baik, saya mengerti." balas sang anak buah sambil menengok kearah pintu dan menghela napas.
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah beberapa orang yang mendekat.
"Ada apa ini? Kenapa kalian bisa ada disini dan menangis? Dimana orang tua dan keluarga kalian?" ucap pemimpin rombongan.
"Bos, kami akan bertanya ke lantai atas dan bawah!" balas anak buah di belakangnya.
"Ya, juga hentikan suara tangisan itu. Sungguh sangat mengganggu." titah sang pengantin.
Beberapa tentara naik ke lantai atas dan beberapa turun ke lantai bawah, bertanya milik anak keluarga mana ke dua gadis kecil yang menangis kencang tersebut.
Adapun sang pemimpin, tujuan awalnya datang ke lantai 2 adalah untuk berdiskusi dengan kapten pasukan khusus.
Tok... Tok... Tok...
"Siapa?" tanya Ryan dari dalam.
"Saya Andre. Saya ingin mendiskusikan sesuatu dengan kapten anda." jawab Andre sopan.
Bagaimanapun pasukan khusus tidak boleh dianggap remeh. Setelah pintu terbuka, pria paruh baya itu pun di persilahkan masuk.
"Silahkan masuk." ucap Ryan lalu melirik 2 gadis kecil yang matanya sembab karena menangis.
"Apakah anda mengenal ke dua anak ini? Saya menemukan keduanya di luar pintu anda dan menangis dengan kencang." ucap Andre basa-basi.
"Kami tidak tahu. Abaikan saja." jawab Ryan acuh.
Andrea cukup tercengang mendengar jawaban yang di berikan, namun tidak terlalu peduli.
"Baik, mari masuk." ucap Andre.
Namun sebelum itu, sang pemimpin berbalik, kemudian memberikan perintah pada tentara yang memegang 2 anak kecil tersebut.
"Dan untuk kalian berdua, saat kalian menemukan anggota keluarga anak-anak ini, langsung berikan pada mereka. Juga katakan untuk tidak mengizinkan 2 gadis ini terus berlarian dan mencari masalah, atau kami tidak akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada kedua gadis kecil ini, kalau mereka masih melakukan hal yang sama." ucap Andre dengan raut wajahnya serius.
Tentu saja dia mengerti apa yang ingin di lakukan kedua gadis kecil itu. Namun untuk memanfaatkan anggota pasukan khusus yang telah aktif terjun pada misi yang berbahaya, bahkan kalaupun masih tersisa rasa kasihan, setidaknya mereka tidak akan mau di manfaatkan secara terus menerus.
Jika kedua gadis kecil itu berhasil, bukan tidak mungkin mereka akan datang lagi dan lagi. Lalu semua orang akan mencontoh, dan yang terakhir akan menjadi kekacauan.
"Jadi, apa yang ingin di bicarakan kapten Andre dengan saya?" tanya Daniel setelah melipat peta dan meletakkannya di meja.
"Aku datang dengan tujuan untuk bekerja sama." jawab Andre sigap, tidak lagi memikirkan 2 bocah itu.
"Berkerja sama? Dalam hal apa?" tanya Daniel.
"Seperti yang anda ketahui, rombongan kami akan pergi ke kota f dan itu melewati beberapa jalur yang juga harus di lewati oleh tim anda jika ingin pergi ke ibu kota. Mengapa kita tidak mengemudi bersama?" ucap Andre.
"Hanya mengemudi bersama? Atau kau memiliki tujuan lain?" tanya Daniel menyipitkan kedua matanya, dengan rasa ingin tahu.
"Apa... Tidak... Itu... Sebenarnya..." jawab Andre sedikit gugup.
"Sebenarnya apa? Katakan dengan jelas apa yang ingin kau bicarakan!" desak Daniel kasar.
"Amunisi tim kami hampir habis, aku tidak tahu apakah itu akan cukup untuk tentara memimpin para penyintas disaat perbekalan juga habis." ucap Andre.
"Bahkan sekarang, para penyintas sudah mulai melakukan tindakan pencurian secara terang-terangan dan kami sulit untuk mengendalikannya." lanjut pemimpin itu berbicara dengan ekspresi yang tidak berdaya.
Namun, apakah Daniel akan mengasihaninya dan membantunya dengan semua yang di alami pemimpin itu?
"Aku bersimpati dengan apa yang terjadi pada kelompok kalian, tapi misi utama kami adalah melindungi target. Yaitu nona Athena, putri angkat dari jendral besar Radea." ucap Daniel datar.
"Jika terjadi sesuatu padanya saat kami melaksanakan kerja sama ini, Maukah kamu berbagi tanggung jawab dengan kami dan menanggung kemarahan jendral besar?" tanya Daniel dengan raut wajahnya sinis.
"Bahkan jika beliau hanya putri angkat, kau bisa melihat seberapa berartinya sang nona bagi sang jenderal, hingga pasukan khusus kami di pesan untuk mengawal nona kembali ke ibu kota tanpa luka satu pun." Lanjut sang kapten.
"Apakah anda masih ingin melakukan kerja sama ini?" tanya Daniel.
"Ini, apakah benar-benar tidak cara bagi kami?" tanya Andre masam.
"Tinggalkan saja mereka yang tidak mau berusaha!" ucap seorang gadis yang bersandar di pintu yang terbuka.
Andre terpesona saat melihat gadis cantik di hadapannya. Dia telah banyak melihat gadis cantik, namun tidak ada yang bisa menarik minatnya.
"Nona Athena!" sapa Daniel sopan.
Kemudian melirik Andre yang masih belum bangun oleh keterpesonaannya. Akhirnya, dia menepuk bahu pria itu untuk membuatnya sadar.
"Ah, maaf atas ketidaksopanan ku. Nona ini?" tanya Andre ingin berkenalan.
Dia bahkan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, sayangnya Athena tidak berniat untuk melakukan itu.
"Seperti saran ku barusan, akan lebih baik jika kau hanya membawa orang-orang berguna dalam tim mu. Mereka yang mau belajar untuk bertahan hidup di hari akhir ini. Belajar membunuh zombie saat dia masih lemah. berikan mereka senjata sederhana seperti tongkat atau pisau semangka, sesuatu yang bisa membantu mereka belajar memusnahkan zombie." ucap Athena.
"Jika mereka terus dilindungi, bagaimana mereka akan hidup di bawah tekanan perbekalan dan bahan materi yang habis. Apakah kau akan terus membiarkan mereka terus mencuri makanan orang lain?" lanjut gadis itu memberi ceramah.
Andre kembali dibuat terpesona oleh pemikiran serta kebijaksanaan putri angkat jenderal besar Radea ini.
"Apa yang di katakan nona ini benar. Para penyintas itu harus di latih untuk melindungi dirinya sendiri. Tidak ada gunanya melindungi orang lemah. Mereka mungkin hanya akan menjadi beban orang lain di masa depan." jawab Andre.
Athena hanya tersenyum tipis, tidak berkata apa-apa lagi.
.
.
.
TO BE CONTINUE.
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗