Ahmad Al Fatih Pranadipa adalah siswa SMA yang dikenal sebagai pembuat onar. Kenakalannya tak hanya meresahkan sekolah, tetapi juga keluarganya. Hingga akhirnya, kesabaran orang tuanya habis—Fatih dikirim ke pesantren untuk dididik langsung oleh seorang kyai dengan harapan ia berubah.
Namun, Fatih tetap menjadi dirinya yang dulu—bandel, pemberontak, dan tak peduli aturan. Di balik tembok pesantren, ia kembali membuat keonaran, menolak setiap aturan yang mengikatnya. Tapi hidup selalu punya cara untuk mengubah seseorang. Perlahan, tanpa ia sadari, langkahnya mulai berbeda. Ada ketenangan yang menyusup dalam hatinya, ada cahaya yang mulai membimbing jalannya.
Dan di saat ia mulai menemukan jati dirinya yang baru, hadir seorang wanita yang membuatnya merasakan sesuatu yang tak pernah ia duga—getaran yang mengubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Balqis berjalan dalam kebingungan karena rumahnya mendadak ramai. Perasaannya mulai tak enak, dirinya khawatir sesuatu yang pernah dia dengar dan di rencanakan oleh ayahnya dan Pranadipa benar-benar terjadi. Belum lagi beberapa orang yang hadir terus memperhatikannya.
Deg... Jantungnya semakin berdetak kencang ketika dari jauh dia melihat namanya di tertulis, semakin dekat dia terus berjalan dan memastikan bahwa dia salah. Ketika dia menoleh pada sebuah dinding dengan hiasan mawar merah yang sangat mencolok dan di tengah-tengah mawar itu terdapat dua buah nama yang tertuliskan Balqis dan Fatih. Lebih tepatnya HAPPY ENGAGEMENT BALQIS & FATIH.
"Apa-apaan ini?" wajah Balqis tiba-tiba pucat dan menoleh pada kakaknya untuk mendapat jawaban.
"Cieeee yang mau tunangan dan enggak lama akan nikah, pura-pura enggak tahu yah?" ledek Yasmine dan menggoda adik satu-satunya tersebut.
"Jangan pura-pura deh kak, itu apaan? Dedek mulai lemes nih." Balqis semakin tak kuat menapaki lantai rumahnya, tubuhnya benar-benar lemas tapi dia masih berusaha untuk tetap berpijak walau seakan tubuhnya sebentar lagi akan tersungkur karena shock. Disisi lain Fatih menatap dingin tulisan itu, tanpa meminta pendapatnya ayahnya mengambil keputusan sepihak. Melihat gelagat putranya yang tidak senang, Pranadipa mencoba untuk membujuk.
"Maafkan papa. Papa hanya ingin di umur papa yang tak tahu tersisa berapa lama lagi, papa ingin memilihkan sendiri calon istri untuk putri papa. Papa takut Allah memanggil papa tiba-tiba seperti mama kamu, dan tidak bisa melihat kamu menikah." Fatih merasa sangat tersudut dengan pernyataan ayahnya. Ibunya yang baru beberapa bulan meninggal dan masih sangat terasa kehilangannya, Fatih juga tak mau hidup sendiri tanpa ayahnya.
"Tapi enggak gini juga, Pah. Papa kamu bisa meminta pendapat Fatih terlebih dahulu. Lagian Fatih enggak suka dengan perempuan dingin itu."
"Dia akan menjadi hangat ketika kalian sudah saling mengenal. Sifat dinginnya adalah harga dirinya sebagai seorang wanita yang tidak mudah tersentuh." ucap Pranadipa, karena Balqis memang selalu menjaga dirinya dari gangguan pria yang selalu menggodanya. Wajah cantik dengan pahatan sempurna, hidung mancung, mata yang berukuran sedang, bibir yang kecil, dan kulit putih karena memang dia adalah gadis blasteran, ibunya bukan berkewarganegaraan Indonesia.
"Fatih menyukai wanita lain, Pah. Jika papa menganggap seperti itu, wanita yang Fatih sukai juga seperti Balqis."
"Kamu kan belum mengenal Balqis sepenuhnya. Kamu akan jatuh cinta dengan calon istri kamu itu melebihi wanita yang kamu sebut tadi."
"Enggak Pah, saat pertama bertemu dia sudah menggetarkan hati Fatih dan Balqis sama sekali tidak. Jika papa memaksa Fatih untuk tunangan, Fatih akan setuju. Tapi jangan salahkan Fatih untuk membatalkannya di tengah jalan." Pranadipa lupa jika putranya adalah anak yang pemberontak dulunya. Dia mengira bahwa Fatih benar-benar sudah berubah dan bisa menerima keputusannya. Ternyata dia salah. Karena Fatih membela diri dengan suara yang cukup keras, suara itu terdengar di telinga Balqis. Wanita itu mengeratkan telapak tangannya. Dia merasa tersisihkan saat ini, bagaimana dia bisa tunangan dengan pria yang tidak mencintainya dan bahkan ingin membatalkan pertunangan mereka. Malu, sangat malu jika hal itu terjadi. Wanita yang selalu menjaga harga dirinya itu tidak ingin sesuatu hal seperti itu menimpa dirinya. Selagi masih bisa di tolak untuk saat ini, dia akan berusaha. Lagian bukan Fatih saja yang tidak menginginkan pertunangan ini. Dia juga sangat tidak setuju.
Balqis kemudian berjalan menemui ayahnya yang sedang mengobrol dengan beberapa tamu. Balqis tersenyum ramah pada tamu itu, bagaimana pun juga dia tidak boleh memperlihatkan wajah kesalnya pada orang lain.
"Ini yang namanya Balqis yah?"
"Benar ini putri saya, benar-benar mutiara yang yang sangat berharga." ucap Ilham dengan bangga.
"Ternyata Pak Ilham mempunyai seorang putri lagi, saya mengira putri Anda hanya Yasmine." kata pria yang mengobrol dengan ayahnya tadi, dia melihat penampilan Balqis dari ujung kaki hingga kepala. Penampilan yang sama sekali tidak memperlihatkan lekuk tubuhnya, gamis panjang yang menjuntai dan jilbab besar hingga di pahanya menutup sempurna lekuk tubuhnya yang indah. Wanita itu bahkan berniat untuk memakai niqob agar wajahnya tertutup sempurna dan tak terlihat oleh pria manapun. Tapi ayahnya menentang niatnya itu.
"Putri saya ini tidak ingin mengakui saya sebagai ayahnya." kata Ilham kemudian tertawa.
"Pah, bisa bicara sebentar?" bisik Balqis dengan wajahnya yang serius.
"Saya permisi dulu, silahkan di nikmati." ucap Ilham seraya memperlihatkan aneka sajian makanan yang sudah tersusun rapi di atas meja panjang. Beberapa aneka kue juga sudah berjejer di setiap meja tamu.
"Kita ngobrolnya di atas." Ilham sudah mengantisipasi protes yang akan di lakukan putrinya. Agar para tamu yang mulai berdatangan tidak mendengar, alangkah baiknya mereka membicarakan itu di lantai dua. Saat setelah ayah dan putrinya itu menaiki tangga, Ilham menahan tawa saat melihat Pranadipa dan Fatih juga berada di lantai dua. Karena suara Fatih sudah tak bisa di kontrol, Pranadipa mengajak putranya untuk naik ke lantai dua dimana para tamu tidak menginjakkan kaki mereka di sana.
"Bagaimana kalau kita berempat mengobrol, sepertinya pembasahan kalian akan sama dengan saya." ucap Ilham membuat Pranadipa mengangguk setuju.
Di ruang keluarga tepatnya di lantai dua, ke empat orang itu terlihat seperti sedang rapat.
"Papa menjodohkan kalian, bukan tanpa alasan. Kalian berasal dari keluarga yang sama, pendidikan kalian juga sama, kalian akan menjadi pasangan yang sangat serasi. Fatih tampan, dan putri papa sangat cantik. Lalu hal apa yang kalian khawatirkan?"
"Papa enggak tahu, kalau dia menyukai wanita lain. Bagaimana jika kami menikah, dan dia meninggalkanku? Apa papa tega melihat putri papa menjanda?" Balqis menatap nanar sang ayah, entah alasan apalagi yang harus dia katakan agar pertunangan itu di batalkan.
"Walau dia pemberontak, tapi itu dulu. Dia adalah pria yang bertanggung jawab. Saya tidak akan pernah percaya bahwa putra saya akan meninggalkan istrinya." seyakin itu Pranadipa pada putranya. Sedangkan Fatih tidak bisa berkata lagi, sepertinya apapun perkataan atau penolakan yang dia katakan selalu di bantah oleh ayahnya.
"Betul, pendapat om Pranadipa benar. Ini masih tunangan, belum menikah. Dalam masa kalian bertunangan, dan itu kan hubungan kalian sudah jarak jauh. Sempatkanlah untuk berkomunikasi, berbagi kabar satu sama lain. Dari situ akan tumbuh rasa kasih sayang kalian dan saling merindukan. Kalian akan menikah jika Fatih sudah kembali dari pendidikannya." ujar Ilham tak kalah yakinnya. Sepertinya keputusan dua orang ayah tersebut sudah bulat.
"Papa jangan ngarang, ini bukan sinetron. Ini menyangkut dengan masa depan Balqis. Jika papa merasa keputusan papa sudah bulat, maka Balqis akan kekeh mempertahankan penolakan ini!" tegas Balqis si wanita dengan pendirian yang tak mudah goyah.
"Maaf menyela, yang di katakan ukhti Balqis memang benar. Saya menyukai orang lain, Om."
"Tapi rasa suka kamu belum di utarakan kan?"