"Dasar brengsek! Kadal burik! Seumur hidup aku gak mau ketemu kamu lagi. Bahkan meskipun kamu mati, aku doain kamu susah menjemput ajal."
"Siapa yang sekarat?" Kanya terhenyak dan menemukan seorang pria di belakangnya. Sebelah tangannya memegang kantung kresek, sebelah lagi memasukan gorengan ke dalam mulutnya.
"Kadal burik," jawab Kanya asal.
"Kadal pake segala di sumpahin, ati- ati nanti kena tulah sumpah sendiri."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Berharap
Seperti buah simalakama, begitulah yang di alami Alan. Atau ada istilah maju kena, mundur juga kena.
Alan terjebak dalam pernikahan yang sangat- sangat tak dia inginkan. Dia bahkan menyakiti kekasihnya dan dirinya sendiri dengan membatalkan pernikahan mereka.
Pernikahan impian pacarnya, Kanya.
Tapi imipan itu hancur, saat dalam beberapa hari lagi mereka melangsungkan pernikahan.
Hanya karena kehamilan Sonya.
Kenapa Alan yang harus bertanggung jawab?
Tidak! Bukan karena bayi itu benar-benar miliknya. Tapi dia terjebak dalam situasi dimana dia harus mempertanggung jawabkan dan mengakui jika bayi itu miliknya. Jika tidak-
"Permisi, Pak." Alan menoleh.
"Kita harus segera berangkat." Alan mengangguk, dan mengikuti langkah sekretarisnya untuk segera keluar ruangan.
Saat memasuki lift Alan merogoh ponselnya yang berdering, lalu menaikan alisnya saat melihat nama pemanggil di ponselnya. Tanpa berniat untuk menerimanya Alan memasukan kembali ponselnya ke dalam saku setelah mengaktifkan mode silent di ponselnya.
"Kapan pesawatnya berangkat?" Alan melihat sekretarisnya dengan sudut matanya.
"Satu setengah jam lagi, Pak." Alan mengangguk dan kembali menatap ke depan.
Hingga pintu lift terbuka dan mereka bergegas untuk menuju bandara.
Tak membutuhkan waktu lama, sebab perjalanan yang juga dekat, dan hanya membutuhkan waktu sekitar kurang lebih dua jam, Alan dan sekretarisnya sudah tiba di kota tujuan.
Saat sekretarisnya mengurus mobil untuk mereka, Alan menunggu di ruang tunggu. Awalnya dia sibuk dengan tabletnya, hingga Alan mengangkat wajahnya dan meneliti sekitar.
Alan mengeryit saat merasa mengenal punggung seorang gadis. Alan bangkit dan mengikuti kemana punggung itu pergi. Hingga gadis itu memasuki sebuah toko roti, lalu keluar dan kembali ke gerbang kedatangan.
Alan masih menatap ke arah punggung gadis yang dia kenal, tentu saja dia kenal, sebab dia tidak akan pernah lupa dengan wajah bahkan senyum cantik gadis itu. Namun rupanya dia bukan gadis lagi.
Kanya.
Dan yang membuatnya terkejut rupanya dia sudah memiliki anak.
Kanya sudah menikah? Alan bahkan sempat mendengar Kanya menyebutkan kata Papa, pada anak di gendongannya, lalu melambaikan tangan pada pria tinggi yang mengenakan masker dan topi yang menutupi wajahnya, hingga akhirnya Kanya pergi dengan memasuki taksi.
Alan meraba jantungnya yang terasa sakit. Memang apa yang masih dia harapkan saat dia sendiri menyakiti Kanya begitu dalam. Bukankah dia terlihat tak tahu diri jika dia mengharapkan bisa kembali pada Kanya.
Alan hanya merasa hingga kini cintanya tak pernah hilang. Meski tak bisa memiliki Kanya
....
"Abang gak ada kerjaan lain selain kerjain aku?" Kanya mengeluh saat mendapat panggilan di ponselnya.
"Cuma seminggu, Dek. Abang lagi persiapan buat lahiran Mily. Dilan pengen liburan ke sana, Abang bisa apa?"
"Terus kerjaan aku?"
"Ya, titip aja lah kalau lagi kerja ke tante Mela."
"Abang!" Kanya menjerit kesal.
Dasar Abang gak ada ahlak. Benar- benar membuatnya kesal. Tiba-tiba menghubungi dan bilang kalau dia akan mengantarkan anaknya untuk berlibur bersamanya. Dan mereka akan naik pesawat.
Lalu sekarang dia harus menjemputnya karena Abangnya itu akan kembali ke Jakarta setelah mengantarkan Dilan padanya.
Kanya melihat jam di tangannya, masih ada waktu sampai jam makan siang tiba. Dan dia bisa menjemput Dilan di jam makan siang nanti.
.....
Kanya melihat sekitarnya jika di hitung dari tadi saat Arga menelponnya, pesawat akan mendarat sekitar sepuluh menit lagi. Beruntung dia sudah mintakan izin pada Tina jika dia kembali ke kantor terlambat nanti.
"Nasib, mana belum makan siang lagi." Kanya melihat ke arah toko roti, lalu melangkahkan kakinya masuk ke toko tersebut.
Sambil melahap rotinya Kanya melihat ke arah gerbang keberangkatan saat mendengar suara mengudara jika pesawat dari Jakarta akan segera mendarat.
Kanya melambaikan tangannya saat melihat Arga menggandeng anak usia 4 tahun di tangannya, juga tas ukuran sedang yang mungkin pakaian Dilan saat dia berlibur di sana.
"Di jaga anak abang, ya, Dek." Arga menyerahkan tasnya pada Kanya.
Kanya hanya mengangguk dia masih kesal dengan Arga.
"Dilan, Papa pergi dulu ya. Satu minggu lagi Papa jemput. Oke?"
"Ote." Kanya tersenyum saat mendengar suara cadel Dilan.
"Bilang bye- bye dulu sama, Papa." Kanya menggendong Dilan dan melambaikan tangannya ke arah Agra yang berjalan menjauh.
Kanya mengecup pipi Dilan, meski dia kesal dengan Arga, tapi Kanya menyayangi Dilan. Apalagi Dilan adalah anak yang pintar dan lucu.
Kanya segera meninggalkan bandara dengan menggendong Dilan, lalu memasuki taksi.
semangat..
semangat..💪
alan sj blm cerai kasian kanya bs di blng pelakor wlu pernikahan alan tnpa cinta.
bisa laku tinggi, gk lama lg kan idul adha/Silent/
wlu sekrng kanya tau tetap aja kanya dpt bekas alias duda apalagi blm resmi cerai lg sm sonya.
bikin greget si alan ini,makan tuh rs kasihanmu