Lana, seorang gadis yang tumbuh dalam pengabaian orangtua dan terluka oleh cinta, harus berjuang bangkit dari kepedihan, belajar memaafkan dan menemukan kembali kepercayaan pada cinta sejati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidya Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 28 Kalian Pacaran ??
Di sekolah, keesokan harinya, Sakha terus memperhatikan Lana sepanjang hari.
Entahlah gadis itu mengingat ucapannya atau tidak, namun Lana menegaskan pada Sakha kalau dirinya tak ingin jatuh cinta.
Lalu apa yang gadis itu inginkan darinya?
Menjauh?
Sakha jelas takkan mau.
Dan sejak lama Sakha juga menegaskan kalau ia takkan mudah menyerah. Ia akan terus mempertahankan perasaannya dengan atau tanpa balasan Lana.
Tapi..
Gadis itu memintanya berhenti?
Mengapa?
Apakah ia takut?
Yang terpikir dalam benak Sakha hanya satu hal..
Gadis itu takut akan luluh..dan berakhir jatuh cinta padanya.
...-------------...
"Yuk pulang." seolah menjalankan rutinitasnya yang biasa, Sakha menghampiri Lana yang masih duduk di bangkunya bersama dengn Dilla.
Gadis yang awalnya sedang serius mendengarkan celotehan sahabatnya itu, langsung menghentikan aktivitasnya dan menoleh pada Sakha.
Tanpa bicara Lana segera mengangguk dan mulai memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Aku pulang duluan ya, kamu nanti bareng Joshua kan?" tanya Lana.
"Iya, tapi pasti lama, dia mau main basket dulu katanya." Dilla mengerucutkan bibirnya. "Kamu enggak mau nemenin aku dulu?" ajak gadis itu.
Lana melirik pada Sakha seolah meminta jawaban padanya.
"Enggak, Lana udah ada janji sama aku." respon Sakha datar.
Ya, sore itu Lana memang berencana menemani Sakha membeli laptop baru. Cucu nenek Yasmin itu ingin mengganti laptop lamanya yang rusak.
"Dih, jutek amat bos!" ketus Dilla atas respon Sakha padanya.
Sakha hanya mengedikkan bahunya tak perduli. Jika soal Lana, dirinya memang kerap bersikap egois dan ingin semua perhatian gadis itu hanya diberikan padanya. Sakha pun tak mengerti pada dirinya sendiri atas sikapnya tersebut.
"Paling satu jam main basketnya, enggak akan lama. Kamu sabar aja ya." hibur Lana.
Dilla hanya mencibir dan memasang raut wajah kesal.
"Jahat!" protes Dilla.
Lana hanya tersenyum dan mengelus rambut sahabatnya yang merajuk itu, lalu ia pun bangkit dan berjalan mendekati Sakha. Saat akan melangkah keluar dari bangkunya, tangan kanan Lana tanpa sengaja membentur sudut meja yang runcing.
"Awww.." teriak Lana kesakitan sambil memegang tangannya yang terasa nyeri.
Sakha membulatkan matanya terkejut, ia segera menarik tangan gadis itu, lalu ditiupnya bagian yang terbentur tadi.
Pemuda yang awalnya memasang wajah datar tiba-tiba saja berubah 180 derajat, menjadi sosok yang manis dan penuh perhatian.
Sakha terlihat terus meniup tangan Lana seolah tiupannya bisa menyembuhkan. Pemuda yang masih memasang raut wajah paniknya itu juga sibuk memperhatikan tangan Lana. Ia merasa sedikit lega karena lukanya hanya meninggalkan memar dan tidak sampai berdarah.
"Sudah lebih baik?" tanyanya setelah beberapa saat.
Lana hanya terdiam membeku dengan reaksi pemuda yang sejak kemarin terus membuat jantungnya berdetak hebat.
"Jangan bengong! Kamu makin buat aku khawatir." seru Sakha.
"A..aku enggak apa-apa." jawab Lana cepat meski terbata.
"Syukurlah..makanya pelan-pelan aja. Kan aku enggak nyuruh kamu untuk buru-buru." omel Sakha yang sekilas memperlihatkan kemiripannya dengan nenek Yasmin.
Lana mengangguk-anggukan kepalanya seperti mainan anjing kecil yang ada di dashboard mobil.
"Pintar..jangan sakit ya!" respon pemuda itu sembari mengusap puncak kepala Lana.
Dan tiba-tiba saja..
"Cup.." Pemuda itu mencium punggung tangan Lana yang sedari tadi masih ia genggam.
Lana masih mematung di posisinya, gadis itu semakin kaku, hanya pipinya saja yang tiba-tiba terlihat memerah dan jantungnya yang berdegup kencang.
"KALIAN!"
Sebuah suara menyadarkan keduanya, Lana dan Sakha pun menoleh.
"KALIAN PACARAN YA???" teriakan Dilla membahana ke seisi kelas. Kedua matanya membulat sempurna, menatap tajam dua sejoli di hadapannya yang seolah terhanyut dengan dunia mereka sendiri.
Lana buru-buru menarik tangannya dari genggaman Sakha.
Gadis yang terlihat panik itu, langsung mengibaskan kedua tangannya, seolah menyangkal asumi Dilla. Namun belum sempat ia membantah, suara Sakha di sampingnya membuat usahanya terasa takkan berguna.
"Iya, aku dan Lana pacaran."
...----------------...
tak bapak tak ibu sama aja dua duanya jahat sama anak sendiri