NovelToon NovelToon
Aku, Kamu, Dan Jarak Yang Tak Kasat Mata

Aku, Kamu, Dan Jarak Yang Tak Kasat Mata

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Venus Earthly Rose

"Apa yang Dipisahkan Tuhan takkan pernah bisa disatukan oleh manusia. Begitu pula kita, antara lonceng yang menggema, dan adzan yang berkumandang."
- Ayana Bakrie -

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Venus Earthly Rose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Senin 1 Agustus 2016

Semua pikiranku tentang narasi indah yang ia ucapkan saat itu yang tak ingin kudengar lenyap seketika, karena keesokan harinya saat kami kembali bertukar pesan dia sudah seperti yang biasanya, tak membahas masalah saat itu sama sekali. Aku tak tahu aku harus merasa kasihan pada diriku sendiri atau kecewa atau bagaimana tapi aku cukup lega karena kami masih berteman dengan baik. Tak ada yang berubah darinya sama sekali. Dia masih sama. Cerianya, candaannya, bahkan suaranya masih terdengar ringan menyenangkan, aku tahu tak ada kecanggungan dari nada bicaranya.

Tentu saja, hanya aku yang jatuh cinta di sini, tidak dengannya, tentu saja Andra tidak terlalu memikirkan hal itu seperti aku yang terus menerus memikirkan pertanyaan kemungkinan yang ia ajukan saat itu. Bahkan dia mungkin tak memikirkannya sama sekali, atau bahkan sudah lupa jika pernah menanyakan hal seperti itu kepadaku. Hanya karena mendapatkan pertanyaan seperti itu bisa membuatku terjaga hingga bermalam-malam. Sungguh narasi indah yang benar-benar tak ingin ku dengar, darinya. Sungguh. Aku menyedihkan, selain jatuh cinta padanya diam-diam, aku tahu jika sampai kapanpun aku dan dia takkan pernah bisa bersatu, takkan pernah bisa bersama-sama. Apa yang dipisahkan oleh Tuhan takkan pernah mampu disatukan oleh manusia sampai kapanpun itu. Perasaanku kepadanya akan hilang seiring dengan berjalannya waktu dan aku masih menunggu waktu yang tepat.

Dia sama sekali tak membahas masalah pertanyaannya saat itu, tak membahas bagaimana jika ternyata dia menyukaiku atau semacamnya. Sebenarnya apa sih yang aku harapkan? Dia menyukaiku, begitu? Lalu Jika dia memang menyukaiku apa yang akan kulakukan selanjutnya? Apa yang ku harapkan? Seharusnya aku sadar diri, dia hanya menanyakan bukan menyatakan, begitu saja aku sudah kegirangan. Namun sejujurnya aku sedikit merasa lega karena kami akan terus berteman, aku takut jika dia mengetahui tentang perasaanku yang sebenarnya dia akan menjauh dariku. Dia mungkin akan risih. Aku suka keadaan ini. Di mana aku mungkin bisa melupakan perasaanku padanya perlahan demi perlahan. Karena, jujur, menyukai Andra terasa semenyenangkan itu. Bisa melihat fotonya, bisa mendengar suaranya dari pesan suara dan juga telepon, membaca ceritanya, mendengarkan curhatan-curhatan kecilnya tentang permasalahan-permasalahan di sehari-harinya, mengetahui bagaimana harinya berlangsung, mendengar canda dan tawanya setiap hari terasa begitu menyenangkan bagiku. Semua ini menyenangkan. Semua pembahasan kami mengenai perasaan saat itu seperti menguap begitu saja diterpa angin. Tak berbekas.

Kemarin Andra bercerita kepadaku tentang keluarganya yang tiba-tiba meminta maaf. Orang tuanya. Orang tua Andra menyusul ke Jakarta. Orang tua mereka mengajak mereka makan di sebuah restoran mewah. Andra bilang ini pertama kalinya saat mereka makan malam bersama di luar, ayahnya tidak selalu memandang ponsel dan ibunya tidak selalu memandang cermin, seperti yang selama ini mereka lakukan saat ada makan malam keluarga. Andra dan kedua kakaknya awalnya bingung, mereka berpikir tentang kemungkinan terburuk yang terjadi saat tiba-tiba orang tua mereka mengumpulkan mereka seperti ini, perceraian. Andra bilang ia harus menekan pelipisnya kuat-kuat menahan rasa pening yang seketika menjalar saat membayangkan kata itu. Setelah selama ini keluarganya tak seperti keluarga pada umumnya, dan kini akan tiba-tiba berakhir? Andra sungguh tak menginginkan hal itu.

Tetapi kenyataannya lain, ayah Andra menceraikan pengasuhnya dulu, Tante Maria, namun akan tetap menafkahi anak mereka yang kini berusia lima tahun. Ibu Andra, akan berhenti menemui kekasih lamanya dulu. Itu semua dilakukan untuk keutuhan keluarga mereka. Demi mewujudkan keluarga yang memang benar-benar seutuhnya bahagia. Andra bilang otaknya merespon dengan lambat setiap ucapan dari ayah dan ibunya, ia bahkan tak sanggup menangis saat yang lain sudah tersedu-sedu, mereka semua menangis. Ia tak sanggup melukiskan kebahagiaan yang ia dapatkan saat itu yang datang secara mendadak. Ia baru bisa menangis saat melihat kedua orang tuanya bersimpuh meminta maaf karena telah menjadi orang tua yang buruk bagi mereka. Ia dan kedua kakaknya memeluk orang tua mereka sambil menangis.

"Itu salah satu hari paling membahagiakan di hidup saya, Na." Katanya.

Aku yang hanya membaca pesan dan mendengarkan pesan suara darinya saja bahkan turut menangis. Orang tua Andra berubah menjadi lebih baik demi anak-anaknya. Ini yang selalu Andra inginkan, rumah yang ia idamkan. Ia ingin keluarga nyata yang bahagia bukan hanya kelihatan bahagia di kamera belaka. Andra bilang, orang tuanya mungkin sampai kapanpun takkan pernah saling mencintai, namun mereka akan jadi teman yang baik, dia yakin itu, dia merasa sangat berterima kasih karena mereka lebih mementingkan anak-anaknya daripada keinginan hati mereka sendiri. Dia bersyukur atas semua itu. Ia bilang suasana rumahnya di Semarang jauh lebih hidup daripada dulu.

Andra bercerita ia dan kedua kakaknya memutuskan untuk menjenguk adik kecil mereka di daerah Surabaya. Tanpa diketahui orang tua mereka. Mereka ingin tahu bagaimana wajahnya mengingat ayah mereka tak pernah menunjukkannya kepada mereka. Andra tahu pasti ayahnya sangat terluka saat memutuskan untuk menceraikan Tante Maria, begitu pula dengan ibunya, namun bagi Andra, mereka telah melakukan hal yang paling benar. Mereka bertiga naik mobil yang dikemudikan oleh kakak laki-laki Andra langsung dari Jakarta. Mereka beralasan jika ingin berkunjung ke Banyuwangi ke rumah teman Andra. Oh, rumahku. Pantas saja saat itu Andra pernah berencana akan mampir ke rumah namun batal karena kakak perempuannya harus segera kembali kuliah jadi mereka buru-buru ke Jakarta.

Rumah Tante Maria di salah satu perumahan daerah Surabaya Utara, daerah Kecamatan Krembangan. Mereka hanya berbekalkan nama kecamatan itu dan nama Tante Maria semata jadi mereka habiskan untuk berputar-putar ke setiap perumahan yang ada di kecamatan tersebut dan terus menanyakan namanya sambil menunjukkan foto. Hingga saat hari hampir sore di hari selanjutnya, mereka menemukannya. Rumah Tante Maria tidak terlalu luas namun sangat asri. Halaman depan rumahnya sangat luas dilengkapi dengan mainan-mainan anak kecil, dan ada bunga mawar putih di sana, tumbuh dan dirawat dengan indah, bunga favorit Ayahnya Andra.

Pada awalnya Tante Maria terkejut melihat kedatangan mereka namun akhirnya tetap mengizinkan mereka masuk. Mereka juga akhirnya bertemu dengan adik kecil mereka. Mata itu sungguh mata yang sama dengan milik mereka bertiga, ia bilang. Gadis kecil sangat cantik. Dia kelihatan aktif dan sehat, Andra bahkan hampir kembali menangis sampai Tante Maria menyuruh adik kecil mereka untuk masuk ke kamarnya dulu. Ia tahu, Tante Maria sangat marah dengan keputusan ayahnya. Sekarang gantian kakak laki-laki Andra yang menyuruh kakak perempuan Andra menunggu di mobil. Di situ mereka mulai berdebat dengan Tante Maria.

"Kalian puas sudah menghancurkan hidup saya dan putri saya?" Kata Tante Maria.

"Maksudnya?" Kakak Andra balik bertanya.

"Karena keegoisan kalian putri saya kehilangan sosok ayah. Kalian tahu itu? Kalian bisa bayangkan hal itu? Dia juga butuh ayahnya, bukan hanya kalian! Kalian sudah dewasa, dia hanya anak usia lima tahun."

Andra bilang seketika itu juga ia mencoba menahan emosi.

"Seharusnya anda memikirkan hal ini matang-matang sebelum anda berani berselingkuh dengan atasan anda dulu, cece." Kata Andra pada akhirnya.

Iya, panggilan itu dulu padahal adalah panggilan favorit Andra untuk Tante Maria, namun rupanya Tante Maria tak seperti yang ia harapkan.

"Salah saya jika ayahmu tak mencintai ibumu dan lebih memilih saya? Begitu? Kalian harusnya sadar diri, biarkan ayah kalian bahagia dengan saya. Yang harusnya berpisah bukan saya tapi dia dengan ibu kalian!" Kata Tante Maria sambil menjerit dan menangis.

"Itu tidak membenarkanmu untuk berselingkuh dengan ayah saya! Rata-rata orang yang berselingkuh memang selalu mengatakan hal setidak tahu diri ini, ya! Tadinya kami ke sini untuk menengok anakmu karena kami peduli dengan adik kami, tapi rupanya kami salah, kami bahkan tak kamu beri kesempatan untuk menjelaskan maksud kedatangan kami."

"Andra... Cukup! Ayo kita pulang! " Kata Kakak Andra berusaha menenangkan.

"Lucu sekali, sampai kapanpun rasa cinta ayahmu untukku takkan pernah hilang, akan selalu membekas di hatinya! Hanya aku yang ia cinta!" Tante Maria kembali menegaskan.

"Iya, dan bekas perselingkuhan kalian juga akan selalu kami ingat sepanjang hidup kami! Aku akan berdoa agar karma tak datang kepadamu! Kamu boleh mengatakan kedatangan kami kepada ayahku!"

Andra bilang dia takkan pernah datang lagi ke tempat itu, ia dan yang lain tak masalah jika ayahnya bertemu dengan anak Tante Maria, mau bagaimanapun juga, dia juga adik mereka meskipun tak seibu. Andra berjanji dia takkan ke sana lagi sampai kapanpun.

Bekas, tanda yang tertinggal atau tersisa, sesuatu yang tertinggal sebagai sisa, memberikan kesan. Andra bilang, bekas itu berupa noda yang takkan bisa ia hilangkan seumur hidupnya.

1
nurul hidayati
ceritanya bagus... cuma direct speech nya aj yg agak banyakin.... biar berasa real aj. good 👍🏻👍🏻
Venus Earthly Rose: oke kak, makasih masukannya 🫶🏻🫶🏻🫶🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!