Alzahro adalah pria miskin dan hanya bekerja serabutan. Awalnya pernikahan itu terjadi karena kecelakaan kecil, ya itu Saat Genisa hendak menikah, tunangan Genisa kabur di hari pernikahannya. kebetulan Alzahro sedang lewat ia pun di tarik oleh Genisa sebagai pengganti pengantin pria.
Selama hidupnya di rumah keluarga Genisa, ia tidak pernah di anggap sebagai keluarga, melainkan seorang pembantu di rumah itu, tapi meskipun Genisa tidak mencintainya, Genisa juga tidak membencinya. Hanya Genisa yang baik padanya di rumah itu.
Berkali-kali Ibu Genisa minta Alzahro bercerai dengan Genisa, tapi Alzahro selalu menolaknya, hingga akhirnya Ibu mertuanya itu pun melakukan sesuatu padanya, memukulnya dengan kayu hingga ia sekarat.
Di saat ia sekarat, ia mendapatkan sebuah berkah, yaitu sistem yang mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Hadiah Misi cadangan
......❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️......
Dengan amarah membuncah, Alzahro tak ragu lagi. Tinjunya melesat cepat dan akurat, mendarat tepat di hidung dan mulut pria itu.
Buk!
Suara keras itu menggema, menandai jatuhnya pria tersebut. Darah segar mengucur deras dari hidungnya yang patah, dua gigi depannya terlepas dan jatuh ke tanah.
"Aaaaaaaaaaaaa!" jeritan panjang dan menggema di udara, diiringi raungan kesakitan pria itu yang memegangi hidungnya yang teramat sakit.
"Sialan! Siapa kamu?!" teriak salah satu penculik, matanya melotot tak percaya melihat Alzahro muncul dari balik mobil. Debu beterbangan saat Alzahro berdiri tegak di hadapannya.
"Ho, jadi kalian masih berani menculik anak-anak? Tadi aku sudah memberi kalian kesempatan, tapi sepertinya kalian tak mengerti bahasa baik-baik," ucap Alzahro, suaranya dingin dan penuh ancaman. Tanpa menunggu jawaban, tinjunya melesat cepat dan akurat, mengarah ke wajah penculik tersebut.
Namun, penculik itu sigap menangkis. Tangan mereka bertemu dalam sebuah benturan yang menghasilkan suara gedebuk. Namun, Alzahro lebih cepat. Dengan gerakan kilat, tangan kirinya mendarat tepat di ulu hati penculik itu.
Buk!
Penculik itu tersentak, napasnya terhenti seketika. Tubuhnya terhuyung ke belakang, menahan rasa sakit yang menusuk di dadanya. Alzahro memanfaatkan kesempatan itu, melancarkan serangkaian pukulan cepat dan tepat ke arahnya anunya.
Rasa sakit yang menusuk membuat pria itu terdiam sejenak, wajahnya mengerut menahan nyeri. Napasnya tersengal-sengal. Beberapa saat kemudian, jeritan panjang dan pilu memecah kesunyian. "Aaaaaaaaaaaaa!" raungan kesakitan pria itu menggema, tangannya memegangi selangkangannya yang terluka parah.
"Sialan kamu! Berani sekali kamu ikut campur urusan kami!" Amarah membuncah, pria itu meraung, tinjunya melayang ganas ke arah Alzahro. Namun, Alzahro sudah mengantisipasi serangan itu. Dengan gerakan lincah, ia menunduk menghindari pukulan, lalu dengan cepat dan tepat, ia menghajar perut pria itu.
Bak! Buk! Bak! Buk!
Serangkaian pukulan bertubi-tubi mendarat dengan akurat dan penuh tenaga. Alzahro tak memberi kesempatan pria itu untuk membalas.
Pukulan demi pukulan dilayangkan tanpa henti, menghantam tubuh lawannya hingga pria itu terkapar tak berdaya, meringkuk kesakitan di atas tanah. Kecepatan dan kekuatan Alzahro sungguh menakjubkan.
Dengan cekatan, Alzahro membuka karung yang berisi anak kecil itu. "Tenang Nak. Kalian aman sekarang," ucap Alzahro menenangkan dua bocil itu.
Karung yang untuk mengurung dua bocil tadi, Alzahro gunakan untuk mengarungi kedua penculik tersebut agar tidak kabur.
Genisa, setelah memastikan situasi aman, keluar dari mobil dengan hati-hati. Langkahnya cepat namun tenang, menghampiri Alzahro yang berdiri di dekat dua karung besar yang masih bergerak-gerak di dalamnya, menandakan para penculik masih hidup namun tak berdaya.
"Bagaimana? Apa sudah selesai?" tanyanya, suaranya sedikit khawatir, mencoba menyembunyikan rasa takut yang masih membayangi. Ia melirik sekilas ke arah karung-karung itu.
Alzahro mengangguk, napasnya masih tersengal-sengal. "Iya, semuanya sudah aman. Kamu sudah telepon polisi?"
Genisa mengangguk lega. "Sudah, mereka sedang dalam perjalanan ke sini." Suaranya kini lebih tenang. Mereka berdua menunggu kedatangan polisi sambil terus mengawasi para penculik yang terkapar tak berdaya.
"Syukurlah kalau begitu," jawab Alzahro, lega dan kelelahan terlihat jelas di wajahnya. Ia mengusap keringat di dahinya. "Sayang, kamu coba bujuk dua bocah ini ya, supaya berhenti menangis. Aku kurang pandai menghadapi anak kecil," ucapnya sambil tersenyum.
Genisa mengangguk, meskipun ia ragu-ragu. Ia belum pernah membujuk anak kecil sebelumnya, apalagi mereka berdua belum memiliki anak. Ia merasa sedikit kikuk dan tak yakin bisa berhasil. Namun, melihat air mata dua bocah itu, ia mencoba tetap tenang.
Genisa menghampiri kedua anak itu, berjongkok di hadapan mereka, dan memeluk mereka dengan lembut. "Adek kecil, jangan menangis lagi ya? Kalian mau dibelikan apa? Mau cokelat, atau permen?" tanyanya dengan suara lembut dan penuh kasih sayang, mencoba meniru cara membujuk anak kecil yang pernah dilihatnya di film.
"Mamaaa!" Tangis salah satu bocah semakin keras, mengucapkan satu kata yang menusuk hati Genisa. Kata "Mama" itu mengingatkannya betapa besar trauma yang dialami kedua anak itu.
Untunglah, tepat pada saat itu, sirene polisi memecah kesunyian. Mobil polisi berhenti tak jauh dari mereka, beberapa petugas turun dengan sigap. Kedatangan polisi membawa secercah harapan dan rasa lega bagi Alzahro dan Genisa.
"Terima kasih atas bantuan kalian. Kami sangat senang karena kalian berdua peduli dengan anak-anak ini," ucap salah satu polisi, suaranya tulus dan penuh rasa hormat. Ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Alzahro dan Genisa.
"Sama-sama, Pak Polisi. Ini adalah tugas kita sebagai manusia, saling membantu," jawab Alzahro, tersenyum tulus. Ia merasa puas karena telah berhasil menyelamatkan kedua anak itu.
"Baiklah, karena masalah ini sudah selesai, kami akan menangani sisanya. Para penculik akan dibawa ke kantor polisi, dan kami akan mengantar anak-anak ini kepada orang tua mereka," jelas polisi tersebut. Ia menunjuk ke arah petugas lain yang sudah mulai mendekati kedua anak tersebut dengan lembut.
"Iya, Pak. Kalau begitu, kami permisi dulu," ucap Alzahro, mengangguk hormat. Genisa juga ikut mengangguk, melemparkan pandangan terakhir kepada kedua anak itu, berharap mereka akan segera berkumpul kembali dengan keluarga mereka.
Alzahro dan Genisa berjalan menuju mobil mereka, meninggalkan tempat kejadian.
Ting!
[Selamat Anda sudah menyelesaikan misi cadangan]
[Selamat Anda mendapatkan uang sejumlah 50.000.000]
[Selamat Anda mendapatkan 50 poin]
[Selamat, Anda mendapatkan sebuah rumah mewah tingkat dua]
[Saldo 70.000.000]
[Penampilan:6%]
[Pesona:6%]
[Kekuatan:6%]
[Kecepatan:6%]
[Kelincahan:6%]
[Pertahanan:6%]
[Kecerdasan:6%]
[Keberanian:6%]
[Poin: 150]
"Apa aku dapat rumah?" tanya Alzahro terbelalak tak percaya yang membuat Genisa terkejut.
Jangan lupa like, vote, komen, subscribe dan hadiah ya gaes 🥰
......❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️......