Demi kebahagiaan sang kakak dan masa depan anaknya, Andrea rela melepaskan suami serta buah hatinya dan pergi sejauh mungkin tanpa sepengetahuan mereka. Berharap dengan kepergiannya Gerard dan Lucy akan kembali rujuk, namun rupanya itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya karena bayi lelaki yang ia tinggalkan itu kini tumbuh menjadi anak pembangkang yang merepotkan semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~25
Setelah keluar dari kamarnya Gerard nampak melangkah menuju balkon yang berada di lantai dua penginapannya, kemudian mengambil benda mengandung nikotin dari dalam saku celananya dan segera menyalakannya dengan korek api. Nampak asap mengepul keluar dari bibir pria itu setelah di hembuskan ke udara, sebenarnya pria itu bukanlah seorang perokok namun beberapa tahun terakhir ini ia mulai melakukannya sebagai pelarian dari rasa kekecewaannya.
Kepergian Andrea beberapa tahun silam begitu memukul jiwanya, ada perasaan rindu sekaligus benci yang ia rasakan saat ini hingga membuatnya menjadi seseorang yang dingin dan tak mudah tersentuh.
Di tengah menikmati aktivitasnya itu pandangannya nampak ke arah jalanan di mana beberapa warga sekitar hilir mudik di sana, namun tiba-tiba tatapan pria itu berhenti pada seorang pria yang sedang berjalan beriringan dengan seorang wanita yang mengenakan masker.
"Dokter Steve?" Gumamnya.
"Apa wanita itu yang dimaksud oleh Jiro?" Imbuhnya ketika melihat wanita yang melangkah di samping dokter Steve, sayangnya ia yang sedang memperhatikannya dari lantai dua penginapannya tak begitu jelas melihat wajahnya dari temaram lampu jalanan apalagi wanita itu juga sedang mengenakan masker medis serta jas putih kebesarannya.
Mereka terlihat romantis jadi bagaimana mungkin putranya berniat menjodohkannya dengan wanita itu bahkan hingga kini ia tak pernah terpikirkan hal tersebut akan terjadi.
Lama sekali pria itu memperhatikan mereka sampai keduanya hilang dari pandangannya, namun entah kenapa ia seperti tak asing ketika melihat siluet tubuh wanita itu yang mengingatkan pada masa lalunya.
"Sepertinya hanya mirip saja," gumamnya menyanggah. Entah kenapa semakin ia ingin melupakan Andrea justru wanita itu semakin lekat di pikirannya.
Kemudian Gerard pun nampak mematikan puntung rokoknya di atas abak lantas segera berlalu dari sana karena masih ada pekerjaan yang harus ia bahas dengan sang asisten.
Sementara itu Andrea yang baru menolong salah satu warga di sana yang tiba-tiba melahirkan nampak kembali ke rumahnya, harusnya hari minggu ia bisa beristirahat dengan tenang namun sebagai seorang petugas medis ia di paksa untuk selalu siaga menolong orang yang sedang membutuhkannya.
"Maaf ya sayang, aku jadi mengganggu waktu liburmu." Ucap dokter Steve setelah mengantar wanita itu pulang.
"Tidak apa-apa, lagipula aku sudah seharian beristirahat." Sahut Andrea tak mempermasalahkannya, karena memang sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai sesama manusia.
"Oh ya lusa akan ada peresmian pembangunan rumah sakit, kamu temani aku ya nanti akan ku kenalkan kepada tuan Gerard Adrian." Ucap dokter Steve mengingatkan meskipun sebelumnya ia sudah mengatakannya pada wanita itu.
Andrea nampak mengangguk ragu, sepertinya memang sudah saatnya ia harus bertemu dengan mantannya tersebut. Akhir-akhir ini ia sengaja menghindari membahas pria itu dengan dokter Steve ketika mereka bertemu seperti saat ini, apalagi kekasihnya itu juga lumayan sibuk untuk mempersiapkan pembangunan rumah sakitnya jadi ia tidak ingin membahas yang lain selain hubungan mereka.
"Tentu, tentu saja." Sahutnya kemudian.
"Terima kasih," Dokter Steve pun nampan tersenyum lantas menggenggam tangan wanita itu dan ketika hendak mendekatkan wajahnya Andrea tiba-tiba melangkah menjauh.
"Maaf banyak orang lalu lalang," ucapnya mengingatkan dan dokter Steve pun nampak kecewa namun pria itu tak mempermasalahkannya karena memang di lingkungan tempat tinggal mereka sedikit padat penduduk bahkan jalanan pun masih ramai meskipun di malam hari apalagi musim liburan seperti ini.
Keesokan harinya.....
Pagi itu Andrea yang baru membuka matanya nampan terkejut ketika melihat Jiro sudah berada di sebelahnya.
"Astaga sayang, bagaimana kamu bisa di sini?" Ucapnya tak percaya, sejak kapan bocah kecil itu masuk dan tidur di sebelahnya.
Jiro yang mengusap matanya pun langsung tersenyum lebar menatapnya. "Ibu lupa ya jika kemarin memberikan kunci cadangan padaku?" Ucapnya mengingatkan, tadi pagi-pagi sekali ia yang baru terbangun dari tidurnya langsung meninggalkan rumahnya dan karena masih ngantuk jadi lanjut tidur di samping wanita itu.
"Oh astaga," Andrea nampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Apa keputusannya sudah benar memberikan bocah itu akses untuk bisa keluar masuk rumahnya karena tanpa ia sadari akhir-akhir ini ia selalu di buat terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
Sebelumnya ia memang sengaja memberikan bocah itu kunci cadangan rumahnya dengan maksud jika merasa bosan tinggal di penginapannya bisa datang ke rumahnya kapan pun yang anak itu mau. Ia sudah terlanjur menyayanginya dan menganggapnya seperti putranya sendiri dan sejak kehadirannya hidupnya benar-benar berwarna.
"Ini masih sangat pagi sayang, bagaimana jika ayahmu mencarimu?" Tanya Andrea yang masih bergelung dengan selimutnya, hari masih petang dan entah jam berapa bocah itu datang ke rumahnya.
"Papa tidurnya mengorok jadi membuatku tak bisa tidur," ucap bocah itu mengadu kesal.
"Benarkah?" Andrea yang tadinya mengantuk mendengar itu pun langsung terkekeh.
"Hm, ngoroknya sangat nyaring. Apa ibu bisa mengobatinya ?" Imbuh bocah itu lagi dengan penuh harap.
"Tentu saja sayang, tapi ibu harus memeriksanya dahulu setelah menemukan penyebabnya baru di obati." Terang Andrea menanggapi.
"Baiklah kalau begitu besok aku bawa papa ke klinik untuk bertemu dengan ibu," Jiro pun nampak bersemangat semoga saja rencananya berjalan dengan lancar untuk mempertemukan ayahnya dengan wanita itu.
"Boleh, besok ibu tunggu di klinik ya. Sekalian ajak mama kamu juga ya sayang, karena pengobatan itu harus di ketahui oleh ibumu jadi proses pengobatannya lebih cepat." Andrea pun menyetujuinya tanpa berpikiran apapun, sebagai tenaga medis memang itu sudah menjadi tugasnya.
"Tapi ibu, mama sedang mengandung adik bayi jadi tidak ikut datang kesini kata papa." Ucap Jiro menjelaskan.
"Benarkah? Jadi sebentar lagi kamu akan menjadi kakak, hm?" Andrea pun sontak menggodanya dan bocah itu langsung mengangguk sembari tersenyum lebar.
"Baiklah, ayo temani ibu buat sarapan setelah itu bawa ayahmu ke klinik ya." Ajak Andrea kemudian dan Jiro pun nampak bersemangat.
Beberapa saat kemudian keduanya yang telah sarapan segera meninggalkan rumahnya tersebut. "Sampai jumpa sayang," ucapnya ketika mengantar Jiro ke depan penginapannya dan langsung di sambut oleh beberapa pengawalnya dengan wajah bingung karena tiba-tiba bocah itu datang yang entah dari mana tanpa sepengetahuan mereka.
Jiro nampak melambaikan tangannya menatap kepergian Andrea menuju kliniknya.
"Tuan muda ayo masuk sebelum tuan melihatmu," Ajak beberapa anak buah ayahnya tersebut namun Jiro tetap berdiri di depan gerbang seraya melambaikan tangannya ke arah Andrea yang juga sesekali berbalik badan melambaikan tangan ke arahnya di tengah langkahnya.
"Ada apa?"
Tiba-tiba Henry datang dan di lihatnya anak bosnya itu berada di depan gerbang penginapan lantas pandangan pria itu beralih ke arah bocah itu melambaikan tangannya.
Pria itu pun langsung memicing menatapnya, meskipun wanita itu telah pergi jauh namun ia sempat melihat wajahnya sekilas.
"Nyonya Andrea?"
Ego kalian masih tinggi
Tidak ada yg mau mengalh,😌😌😌
Mesti ada Jiro yg menengahi kalian
biar kalian sadar, kalian bukan anak kcil lagi 😵💫😵💫😵💫😵💫
dan kau gerarld beffkir sdkit tentang seorang ibu yg bertaruh nyawa demi malhirkan bibit mu hrus nya kamu bertnya knpa dia meninggal kan mu bukan mlah nuduh yg bukan2😒😒😒😒😒😒😒😒😒
Kemanapun Kamu akan Membawa Jiro pergi,
Suatu saaat Nanti Jiro akan tau siapa Andrea sbnernya Rard,,,,
takut skli kamu kalau Andrea bakalan merebut Jiro darimu 😌😌🥱🥱🥱🥱
Andrea kamu sebenarnya yg salah jadi berusahalah untuk menjelaskan wlaupun itu akan sulit di trima oleh Gerard
sampai kapan kamu menyembunyikan smeuanya dre? lebih baik kamu jujur sama Dr steve, jangan gantungin hati orang? kamu tahu kan? rasanya di kasih harapan palsu..kalau memang kamu tak bisa melupakan masalalu, jangan coba2 kasih harapan palsu buat orang baru.
1.apakah bnr gerard seh menceraikan andrea kok bs”nya andrea menganggap gerard hny masa lalunya
2. lucy hamil dan mmg blm dijelaskan smp skr hamil anak siapa karena ketika ibunya gerard mau kasih tau kedua ortu lucy jwban lucy sngt ambigu dia mengatakan ortunya pst tidak akan senang mendengarnya apakah berarti itu anak dr pria lain?
entah dengan cara seperti apa yg nanti akan membuat mereka kembali bersama. mungkin Jiro yg nanti akan jadi jembatan penghubung antara Gerard & Andrea