“Menikahlah denganku, lahirkan keturunanku, dan aku akan membantumu.”
Penawaran dari Sagara dengan imbalan yang cukup fantastis membuat Lisa seakan mendapatkan angin segar di tengah tuntutan hutang yang menggunung. Namun, gadis itu tak memiliki cukup keberanian untuk mengambil tawaran itu karena Lisa tahu bahwa Sagara telah memiliki istri dan Lisa tidak ingin melukai perasaan istri Sagara.
Hingga akhirnya Lisa kembali dihadapkan pada kabar yang mengguncang pertahanannya.
Ia harus memilih antara menjadi istri kedua dan melahirkan keturunan Sagara dengan imbalan yang besar, atau mempertahankan harga diri dan masa depannya, tetapi ia harus kehilangan orang yang ia sayangi.
Lalu, bagaimana dengan keputusan Lisa? Dan apa sebenarnya yang buat Sagara akhirnya berpaling dari istrinya?
Yuk, ikuti terus kisah selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
“Ibu baik-baik saja. Kemarin aku sempat meminta pihak rumah sakit untuk memindahkan ruangan ibu dengan ruangan yang lebih besar,” jawab Sagara.
“Oh, syukurlah,” gumam Lisa.
Setibanya mereka di ruangan bu Sekar, pandangan Lisa langsung tertuju pada sang ibu yang sudah tertidur pulas bersama seorang perawat wanita yang duduk di kursi di samping brankar. Perawat itu berdiri dan tersenyum sopan ke arah Sagara dan Lisa.
“Pasien baru saja beristirahat,”
“Terima kasih sudah menemani beliau. Sekarang kamu boleh pulang,” kata Sagara dan diangguki oleh perawat itu.
“Aku nggak tahu kalau ternyata ada perawat yang bersedia menemani pasien di ruangannya,” celetuk Lisa. Sebab yang ia tahu perawat hanya akan datang ketika waktunya visit dan ketika ada panggilan dari pasien.
“Aku meminta pihak rumah sakit untuk menempatkan satu orang perawat untuk menjaga ibu selagi kamu bekerja. Jadi sekarang kamu bisa tenang karena ibu tidak sendirian,”
“Kamu terlalu berlebihan, jangan memperlakukanku seperti ini, ini benar-benar membuatku tak nyaman,”
Batin Lisa tengah berperang, antara terharu dan juga tidak ingin bergantung pada pria itu. Mau bagaimanapun, Sagara masihlah suami orang dan ia bisa dibilang adalah orang ketiga di dalam hubungan pria itu, sehingga Lisa tidak ingin memakai perasaan untuk hubungannya dengan Sagara karena suatu hari nanti, Lisa yakin bahwa cepat atau lambat, dirinya akan merasakan rasa sakit itu.
Apakah Lisa jatuh cinta dengan Sagara? Tentu saja jawabannya tidak. Gadis itu begitu patuh dan baik dengan Sagara hanya karena pria itu bersedia membantunya. Meski dalam hal ini baik dirinya maupun Sagara tidak ada yang dirugikan sama sekali. Namun, Lisa yang pada dasarnya berhati baik tidak mungkin membalas kebaikan itu dengan sesuatu yang menyakiti.
“Ini sama sekali tidak berlebihan. Kamu calon istriku, sudah sewajarnya aku membantumu,”
Lisa memejamkan matanya, mengembuskan napasnya pelan kemudian menoleh ke arah Sagara yang berdiri di sampingnya. Perlahan kakinya melangkah menuju sofa yang tidak jauh dari tempat ibunya. Gadis itu terduduk di sana dengan suasana hati yang tidak menentu.
“Mas, bisakah aku melunasi semua uang itu dengan mencicil?Jujur saja aku nggak sanggup berada di situasi seperti ini. Situasi di mana aku menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga orang lain dan itu pasti akan berdampak bukan hanya ke aku, tapi juga pada ibu dan ke dua adikku. Jika kita benar-benar menikah dan memiliki anak, aku khawatir di masa depan anak kita harus mendengar cerita buruk bahwa ibunya ternyata seorang pelakor,” ucap Lisa dengan pandangan lurus menatap Sagara yang masih bergeming di tempatnya.
Perlahan pria itu mendekat dan berlutut di hadapan Lisa. Ke dua tangannya menggenggam jari jemari Lisa yang bertaut. Kepalanya mendongak, menatap mata indah Lisa yang kembali berkaca-kaca.
“Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi aku janji sama kamu, aku tidak akan biarkan hal itu terjadi. Lagipula jika hanya untuk bersenang-senang, aku bisa mencari wanita penghibur di luaran sana. Kamu tahu, kenapa aku lebih memilihmu alih-alih memilih wanita yang benar-benar tertarik denganku?”
“Tentu saja tidak. Kita bahkan hanya saling mengenal sebagai pelayan dan pelanggan di toko,”
“Aku pernah mencintai wanita yang bukan pilihanku, mencintai dia begitu tulus dan melakukan apapun agar dia bahagia. Namun, pada kenyataannya, aku menjadi orang yang paling terluka dan aku ingin dia merasakan hal yang sama,”
“Itu berarti kamu menjadikanku sebagai tameng? ternyata kamu pendendam juga,” ledeknya.
“Aku memang pendendam, maka dari itu, kamu jangan mencari gara-gara denganku!”
Lisa berdecih dalam hati. “Lalu, kenapa akhirnya memilih aku?”
“Kamu, kan sudah tahu jawabannya. Aku inginnya kamu jadi istri sekaligus ibu untuk anak-anakku,”
“Bukan itu maksudku, Mas. Iya, aku tahu kalau masalah itu, maksudku, kenapa harus aku? Nggak ada hal istimewa yang bisa dibanggakan dari diriku, dan aku juga jauh dari kata sempurna, bahkan bisa dibilang kalau aku wanita yang nggak tahu diri yang mau-mau saja jadi pelakor, tapi kenapa kamu justru memilihku. Harusnya kamu memilih wanita yang nggak mau jadi yang kedua,”
“Kalau aku mengatakan, aku cinta sama kamu, apa kamu akan percaya?” tanya Sagara sambil terus menggenggam erat ke dua tangan Lisa.
Ya, pria itu benar-benar telah jatuh hati dengan gadis itu. Terlihat brengsek memang, tetapi apa mau dikata, hatinya telah mati pada sang istri akibat perselingkuhannya itu. Dan dirinya memilih untuk mencari kebahagiaannya sendiri dengan cara menikah kembali dan itu sama sekali tidak bisa dibenarkan.
Ah, alasan saja memang.
Lisa melepas genggaman itu, kepalanya menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan pria itu. Cinta? Lisa sepertinya sudah tidak percaya adanya cinta di dunia ini.
“Kita baru beberapa kali ketemu, Mas. Sangat tidak mungkin kalau itu cinta. Bisa saja karena rasa sakit hatimu membuatmu menganggap apa yang ada di diriku menjadi hal menarik untukmu. Bisa dibilang, rasa itu hanya sebatas pelampiasan karena cintamu yang telah diduakan.”
Keheningan menyapa dua manusia yang saling membisu. Ke duanya saling berperang dengan pikirannya masing-masing. Lisa yang mengumpulkan tekadnya menjadi wanita kedua, sementara Sagara tengah meyakinkan diri bahwa dirinya benar-benar mencintai Lisa.
“Terserah apa pandanganmu padaku, yang jelas aku akan tetap menikahimu. Lusa aku akan mengenalkanmu pada mama dan papa. Jadi bersiaplah untuk itu.”
***
Malam semakin larut, Sagara yang baru saja sampai di rumah segera menghempaskan tubuh lelahnya di atas sofa ruang kerjanya. Seperti biasanya, dirinya akan banyak menghabiskan waktunya berdiam diri di sana alih-alih tidur di kamarnya sendiri.
Dulu ketika dirinya pulang bekerja, Dewi selalu menyambutnya dengan bahagia. Istrinya itu akan langsung memeluk kemudian melingkarkan tangannya ke lengan kekar miliknya dan menuntunnya menuju kamar.
Dewi melayaninya dengan begitu baik sehingga lambat laun, Sagara mulai membuka hati dan berusaha memberikan cinta dan materi yang melimpah untuk istrinya. Namun, sejak saat itu, istrinya mulai berubah, Dewi yang lemah lembut dan selalu menyambutnya dengan antusias tidak lagi melakukan hal itu. Wanita itu justru menomorsatukan satukan jadwal syutingnya dan memperpadat pekerjaannya alih-alih melayaninya seperti dulu.
Awalnya Sagara mencoba maklum, ia pikir karena Dewi masih ingin mengepakkan sayapnya hingga terbang tinggi sehingga istrinya terlihat begitu sibuk dan menerima banyak pekerjaan, tetapi semakin hari Dewi justru semakin tidak bisa diajak bicara.
Wanita itu selalu sibuk dan jarang sekali di rumah. Hingga akhirnya Sagara mengetahui semuanya. Mungkin saat ini Dewi telah menyadari perubahan suaminya sehingga wanita itu selalu menyempatkan diri untuk pulang. Namun, Sagara sudah tidak peduli lagi karena pria itu yakin bahwa apa yang dilakukan Dewi hanyalah kamuflase belaka.
Cinta Sagara telah habis untuk wanita itu dan dia ingin segera menyudahi semuanya.
"Mungkin ini saatnya aku melepaskan wanita itu dan menyerahkan pada orang yang tepat untuknya,"