NovelToon NovelToon
Rumah Iblis Bersemayam

Rumah Iblis Bersemayam

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Spiritual / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Sebuah rumah besar nan megah berdiri kokoh di tengah pedesaan yang jauh dari perkotaan. Rumah yang terlihat megah itu sebenarnya menyimpan banyak misteri. Rumah yang dikira biasa, nyatanya malah dihuni oleh ribuan makhluk halus.
Tidak ada yang tahu tentang misteri rumah megah itu, hingga satu keluarga pindah ke rumah tersebut. Lalu, mampukah mereka keluar dengan selamat dari rumah tempat Iblis bersemayam itu? Ikuti perjalanan mistis Bachtiar Purnomo bersama keluarganya!k

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 18

Anggun tidak sanggup melihat keadaan Bella, dia kemudian memberikan kotak kecil itu kepada suaminya. "Ini milik mama sama papa, kita bisa menggunakan ini untuk menyelamatkan Bella kan, Pa?" tanya Anggun.

"Tante, jangan bertindak gegabah dulu. Kita cari jalan keluar lain, dengan mengikuti apa yang ada di buku ini, berarti kalian menerima pusaka ini, dan itu artinya kalian sudah resmi menjadi pewaris dari harta pak Purnomo. Setiap saat pada waktu yang telah ditentukan, kalian wajib melakukan ritual, memberikan tumbal apa saja yang diminta, apa kalian sanggup?"

Anggun dan Bachtiar saling tatap, Sisi mulai melihat kejanggalan dari mamanya. Kelihatannya Anggun mau menerima itu semua, Sisi merebut kotak itu dari tangan mamanya.

"Ma, aku enggak mau Mama sama Papa menjadi sesat seperti kakek. Bukan mudah menjalani ini semua, kita pasti bisa menyelamatkan nyawa Bella tanpa harus menjadi pengikut Iblis itu!" tekan Sisi.

Anggun putus asa, yang dia tahu saat ini Bella hanya akan selamat apabila dibantu oleh penjaga harta keluarga mertuanya. Mencari bantuan pada Iblis? Bukan jalan keluar yang tepat!

"Aku akan cari cara untuk menyelamatkan Bella," ucap Andini kemudian, ia mencoba meyakinkan keluarga Sisi.

Pagi harinya begitu para warga kembali melakukan aktivitas sehari-hari mereka. Kabar tentang janin Wati yang diambil oleh Mulan langsung tersebar luas, ibu-ibu di desa karang mulai heboh dengan kabar tersebut.

"Saya ngeri dengarnya, Mar." Bu Yeni menimpali obrolan bu Marni dan pelanggan lainnya, sambil membawa satu kotak bubur ayam untuk temannya itu.

"Desa kita semakin tidak aman, Yen," ucap bu Marni.

Beliau masuk ke dalam untuk meletakkan bubur ayam pemberian bu Yeni.

"Itu buburnya dihabisin, sengaja aku buat lebih teringat kamu suka makan bubur ayam," ucap bu Yeni.

"Sudah pasti, kamu tenang aja."

Bu Yeni memutar pandangan ke sekeliling. "Tumben jam segini masih sepi warungmu, Mar?"

"Biasalah, Yen. Namanya juga desa kita sedang dalam keadaan tidak baik, mana teror arwahnya Mulan semakin menjadi-jadi lagi," ucap bu Tuti ikut nimbrung.

"Benar itu, semalam saya dengar suaranya di depan rumah. Dia terus mencari anaknya, dan ternyata dia malah mencelakai si Wati," timpal yang lain.

"Iya, kasihan benar anaknya bu Yeyen ya. Padahal si Wati sudah lama menginginkan anak, tiga tahun menikah, dan baru sekarang bisa hamil. Eh, nasib buruk menimpanya pula. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Wati saat mengetahui dirinya sudah tidak memiliki anak lagi," ucap bu Yeni prihatin.

Anggun berbalik arah, dia hendak belanja di warung bu Marni. Namun, karena mendengar obrolan ibu-ibu di sana, jadinya dia mulai takut untuk pergi ke sana.

Anggun tidak mau dirinya ditanya tentang Mulan, bukan lagi rahasia kalau kematian Mulan ada kaitannya dengan keluarga mereka.

Pagi itu dengan riuhnya kicauan burung-burung di alam, Rendra mendatangi rumah Sisi. Dia berpapasan dengan Anggun di jalan, mereka kemudian berjalan bersama sambil mengobrol.

Rendra mengatakan sesuatu yang baru diketahui tentang kakaknya Mulan.

"Kebetulan sekali ketemu Tante di sini," ucap Rendra, "ada sesuatu yang ingin aku sampein juga sama Tante." Rendra memutar pandangan ke sekeliling, mewanti-wanti agar tidak ada yang mendengar obrolan mereka.

Tampaknya para warga yang mereka lewati memang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Pemandangan di desa memang sangat menyejukkan mata, melihat warga yang sibuk memanen hasil kebun masing-masing. Ada yang sedang memetik tomat, cabe, kacang panjang, dan beberapa sayuran lainnya.

Andai hal seperti ini tidak terjadi, mungkin desa itu benar-benar menjadi tempat idaman bagi keluarga mereka. Namun, yang terjadi sekarang malah bertolak belakang dengan apa yang terlihat. Mereka hanya bisa tenang di pagi hari, sedangkan kalau malam menjelang semua orang akan meringkuk di balik selimut dengan perasaan was-was.

"Apa yang ingin kamu katakan? Ayo ngomong!"

"Soal kakaknya mbak Mulan," jawab Rendra setelah yakin kalau obrolan mereka tidak akan ada yang mendengar.

"Dia punya kakak?" tanya Anggun kaget.

"Iya, Tante. Beberapa hari yang lalu, aku sempat melihat seorang wanita, dia mirip seseorang. Aku berpikir cukup lama dengan siapa wanita itu mirip, akhirnya aku sadar kalau dia mirip mbak Mulan. Andini juga bilang kalau yang mengambil jasad mbak Mulan adalah seorang wanita, bisa jadi dialah kakaknya mbak Mulan," ucap Rendra penuh keyakinan.

Mereka fokus mengobrol di perjalanan pulang, tak terasa sekarang sudah tiba di kediaman keluarga Bachtiar.

Bella tidak bisa masuk sekolah dalam beberapa hari ke depan, terpaksa Bachtiar mengatakan kepada wali kelas anaknya itu, kalau Bella sedang kembali sebentar ke rumah mereka yang ada di kota.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Rendra.

"Mari bagi tugas," ucap Sisi.

"Tugas apa?"

"Biar aku dan Andini pergi ke tempat di mana anak mbak Mulan dibuang, kamu pergi menemui dukun itu."

"Gimana sama om dan tante?"

Sisi menatap sang mama dengan perasaan khawatir, pertanyaan Rendra membuatnya serba salah.

Dia juga tak yakin bisa tenang meninggalkan mama dan papanya berdua di rumah.

"Mama dan papa di rumah, mereka kan harus ngejagain Bella."

"Iya, tapi gimana soal kandungan mama? Mama enggak yakin juga kalau tinggal di sini," ucap Anggun.

"Tante, setidaknya di sini lebih aman. Tante enggak perlu merasa takut akan kedatangan arwahnya mbak Mulan lagi, untuk sementara kita bisa menangguhkan waktu sebelum malam bulan purnama tiba." Andini mulai mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Dewi, yang tak lain adalah kakaknya Mulan.

"Apa maksudnya ini?" tanya Sisi.

"Aku cuma ingin memperlihatkan pada kalian, juga untuk memastikan kalau yang kakaknya mbak Mulan adalah dia," ucap Andini.

Rendra menatap lebih dekat, tak lama kemudian dia mengangguk membenarkan.

"Di mana kamu ngeliat perempuan ini?" tanya Anggun.

"Saat dia hendak pergi menuju jalan yang mengarah ke lereng bukit."

"Lereng bukit?" tanya Rendra.

"Iya, aku melihatnya di sana, dan aku langsung mengenalinya. Aku masih ingat wajah wanita yang ada dalam mimpiku itu," jelas Andini.

Mereka sama-sama diam, sepertinya mereka tengah memikirkan sesuatu.

"Dukun itu di sana!" seru Andini dan Sisi hampir bersamaan.

Anggun menjentikkan jarinya, dia senang karena akhirnya satu masalah sudah menemui titik terangnya.

"Kalian harus ke sana dan temui dukun itu, minta dia untuk menghentikan Mulan. Pasti dia melakukan ini semua ada alasannya, dia kan gurunya kakek kamu," ucap Anggun.

Hari itu juga mereka mempersiapkan keberangkatannya.

Rendra pamit pada kakek dan neneknya untuk mencari keberadaan dukun tersebut.

Sisi dan Andini pergi ke tempat di mana dibuangnya anak Mulan, hutan yang letaknya tidak jauh dari kampung winara.

Mereka akan berangkat ke sana siang ini juga, sedangkan Anggun harus tetap berada di rumah untuk menjaga Bella.

Mereka sangat berharap kalau semua akan cepat terselesaikan, dan tidak ada lagi yang jadi korbannya Mulan.

"Perjalanan kita masih jauh, Din. Gimana kalau malam ini kita cari tempat berteduh dulu? Jangan sampe malam di perjalanan, gue takut diikuti sama Iblis-Iblis itu, atau bisa jadi diikuti sama hantunya mbak Mulan." Sisi memindai sekelilingnya, tanah basah yang mereka pijak membuatnya membayangkan hal-hal mengerikan.

Suasana begitu tenang, terkesan menyeramkan. Sekarang mereka telah tiba di dekat sungai para warga mencari ikan, Sisi berniat mendirikan tenda di sana. Namun niatnya itu tidak disetujui oleh Andini, karena dia tidak yakin keadaan di sana aman.

1
Aksara L
Luar biasa
Aksara L
Biasa
Kakak Author
lanjut .. bagus banget ceritanya .../Pray/mampir ketempat aku dong /Ok/
🎧✏📖: semangat, kalo boleh baca ya judul baru 🤭
🥑⃟Riana~: iya kk
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!