Kinara tak menyangka jika kedatangannya di acara reuni akan membawa bencana bagi kehidupan selanjutnya. Bertemu dengan pria yang dulunya membuat hidupnya tertekan.
Hingga ia memutuskan untuk pergi dari kehidupan sang pria. Dan kali ini, pertemuan dirinya dan pria masa lalunya membawa duka lara untuk dirinya.
"Aku sudah lama menunggu kehadiranmu! Biarkan malam ini menjadi saksi rasa sakit hatiku padamu Kinara."~ Edgar Regantara
"Kau tak tau bagaimana rasanya jadi aku, Mungkin dengan cara kamu membalaskan dendam padaku! Rasa sakit hatimu lenyap bersamaan dengan luka yang akan aku bawa pergi" ~Kinara Saqeel Ardav
Sanggupkah Kinara melewati semua itu, melewati hal tak terduga dari masa lalunya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mhaya Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PMR 24
Tak sesuai ekspetasinya, ternyata Edgar terlihat bagaimana ketika tau jika dirinya hamil. Siapa yang menyangka jika hubungan yang awalnya hanya dilandasi rasa balas dendam malah membuahkan hasil.
Edgar berhasil menghamili ketika ia berusaha menerima pernikahan itu. Kinara tak menyangka jika akan secepat itu dirinya akan berbadan dua.
"Kam-u menerima bayi yang ada dirahimku ini!" seru Kinara masih tak percaya jika Edgar sangat antusias pada janin yang dikandungnya.
"Kenapa? Apa kamu tidak senang dengan berita ini?" tanya Edgar menaikkan satu alisnya di wajah pucatnya.
"Bukan begitu, itu hanya dugaan kan belum tentu benar. Dan jika benar aku hamil, apa kamu percaya kalau bayi yang ada dirahimku adalah anakmu?" tanya Kinara , pasalnya ia tau jika Edgar takkan mudah percaya.
"Aku percaya bahkan sangat percaya," terang Edgar.
"Bagaimana bisa kamu percaya sedangkan kamu mengira aku jal___"
"Hentikan ucapanmu ,Ra! maafkan aku yang salah menilai mu," ungkap Edgar setelah memotong ucapan Kinara.
"Kenapa kamu jadi berubah pikiran?" tanya Kinara lagi masih merasakan bingung akan maksut Edgar.
"Sudah berapa kali aku bilang! Aku dihasut bahkan orang suruhan Mommy yang memberikan informasi palsu. Tapi sekarang aku tau semuanya meskipun kamu gak cerita sedikitpun padaku," sahut Edgar dengan tampang keseriusannya.
"Bagaimana aku mau cerita kalau kamu sendiri gak percaya bahkan berspekulasi sendiri. Aku bisa apa, Ed!" ungkap Kinara teringat tentang kejadian beberapa bulan lalu. Dimana kata- kata Edgar selalu terngiang-ngiang diingatannya.
"Iya, aku mengakui jika aku salah. Maafkan aku," sesal Edgar sembari menatap wajah sendiri Kinara.
"Aku akan memeriksanya, Ed. Izinkan aku kerumah sakit sekarang, aku hanya ingin tau kebenarannya," terang Kinara, Wanita itu berpamitan hanya karena ingin tau yang sebenarnya. Ia tak mau berspekulasi ataupun percaya dengan dugaan dokter.
"Aku akan mengantarmu," ungkap Edgar hendak bangkit dari ranjang namun mendengar ucapan Kinara. Pria itu sekilas menolah ke arah wanitanya.
"Tidak, aku akan pergi sendiri," sahut Kinara tak memperbolehkan Edgar ikut bersamanya.
"why? Aku suamimu, Ra!" sentak Edgar dengan dahi mengkerut.
"Iya, tapi lihatlah kondisimu. Apa kamu kuat mengantarkan ku , lalu kalau kamu pingsan siapa yang mau nolongin?" jelas Kinara dengan lembutnya. "Aku, kamu mau aku kesusahan bawa tubuh kamu yang jauh lebih besar dari pada aku," tunjuk Kinara pada dirinya sendiri.
"Tap-i aku hanya ingin memastikan bahwa kamu dan anak kita sehat, Ra. Dan aku takut kamu kenapa-kenapa," tutur Edward bahkan bisa membuat wajah Kinara merah merona karena mendengar penuturan Edgar. Pria itu sangat perhatian padanya pikir Kinara, hatinya merasa berbunga-bunga bahkan banyak kupu -kupu terasa hinggap di kepalanya.
Entah mengapa perhatian kecil itu mampu membuat Kinara tersenyum simpul. Bersyukur Kah dirinya dengan perubahan Edgar yang signifikan.
"Aku tidak apa-apa,Ed. jangan berlebihan," sahut Kinara yang berusaha menetralkan rasa bahagianya.
"Baiklah, jika kamu bersikeras untuk pergi dan aku dilarang ikut. Tapi jangan larang jika ada seseorang yang aku utus untuk menemanimu," papar Edgar tanpa mau dibantah, Ia tak suka jika Kinara pergi sendiri dari dulu hingga sekarang.
"Ya terserah kau saja, asal jangan sepuluh orang. Aku takut dikira tukang nagih hutang," seloroh Kinara memecah ketegangan disana. Wajah Edgar terkekeh mendengarnya, bahkan tangan kekarnya mengusap pelan pucuk kepala Kinara dengan penuh semangat.